Nama : Suci Nata Kusuma
NPM : 1314051046
Teknologi
Serealia dan Palawija
“Pengolahan Isolat Protein Kedelai”
Isolat protein kedelai atau disebut sebagai pekatan
protein kedelai adalah produk dari protein kedelai bebas lemak atau berlemak
rendah yang diolah sedemikian rupa sehingga kandungan proteinnya tinggi (95%)
dari bahan kering (Koswara, 1995). Isolat protein kedelai memiliki beberapa
fungsi dalam olahan daging seperti penyerapan dan pengikat lemak, pengikatan
flavor, pembentuk dan menstabilkan emulsi lemak dan membuat ikatan disulfida
(Pabita, 2011). Isolat protein kedelai biasanya
digunakan sebagai bahan campuran dalam makanan
olahan daging dan susu. Prospeknya sangat luas, bukan hanya sebagai campuran tetapi juga bahan utama dalam
industri makanan. Di AS dan Eropa, isolat protein kedelai banyak digunakan
untuk memproduksi analog-analog daging seperti meatless ham, meatless
bacon dan meatless hot dog, terutama untuk para vegetarian (Anonim, 2011).
Cara
pembuatan isolat protein kedelai adalah dengan memisahkan komponen-komponen
lain dalam bahan pangan seperti karbohidrat dan lemak. Pembuatan isolat protein
dilakukan dengan menggunakan sifat-sifat fungsional protein. Salah satu yang
paling berpengaruh adalah sifat kelarutan protein. Isolat protein dibuat dengan
cara mengendapkan protein pada titik isoelektriknya. Dengan cara ini, protein
dapat diisolasi dan dipisahkan dari bagian bahan lainnya yang tidak diinginkan
(Anonim, 2011).
Isolat
protein kedelai dapat dibuat dari tepung kedelai bebas lemak maupun dari biji
kedelai utuh. Proses pembuatannya hampir sama, yang membedakan adalah hanya cara
ekstraksi proteinnya. Apabila isolat protein dibuat dari tepung kedelai, maka
tepung kedelai dapat langsung dicampur dengan air yaitu perbandingan tepung : air
= 1:8 . Kemudian pH-nya diatur hingga 8.5 - 8.7 dengan ditambahkan NaOH 2 N, dan dilakukan
pengadukan selama 30 menit pada suhu 50-55 ºC sehingga protein terekstrak.
Protein
dari biji kedelai utuh diekstraksi dengan cara merendama biji kedelai
selama 5-8 jam, dimana sebelumnya telah
dilakukan sortasi kedelai untuk memilih kedelai yang baik. Tujuan perendaman
adalah untuk hidrasi biji kedelai dan terjadinya fermentasi asam laktat secara
alami (Koswara, 1995). Terjadinya hidrasi biji kedelai dapat melunakan biji
sehingga memudahkan proses pengelupasan kuit ari dan penghancuran biji. Tahap
selanjutnya adalah dibuat bubur kedelai yaitu dengan biji kedelai yang sudah
dipisahkan dari kulit arinya dihancurkan seperti pada pembuatan susu kedelai, kemudian
diencerkan dengan perbandingan kedelai kering : air = 1 : 8. Setelah itu pH diatur
hingga 8,5 - 8,7 dengan menambahkan NaOH
2 N dan diaduk selama 30 menit pada suhu 50 - 55 ºC. Teori (Haris, 2014) menyatakan
bahwa penambahan NaOH ke dalam larutan protein menyebabkan pH larutan di atas
pH isoelektrik sehingga kelarutan protein dalam air meningkat. NaOH tergolong
basa kuat yang ditunjukkan dengan adanya endapan setelah pemanasan, dimana NaOH
yang ditambahkan mampu mendenaturasikan protein yang terdapat dalam larutan.
Ekstraksi
protein yang dihasilkan berisi protein dan residu non protein. Pada proses ini
yang akan diisolasi adalah proteinnya, jadi residu non proteinnya perlu
dipisahkan. Pemisahan residu non protein dilakukan dengan menggunakan alat sentrifugasi
yaitu dengan kecepatan 1500 x g selama 30 menit. Tahap ini penting dan harus
dilakukan secara benar karena dapat menentukan kemurnian isolat protein kedelai
yang dihasilkan. Selanjutnya, filtrat atau cairan yang diperoleh dari proses sentrifuse
diturunkan pH-nya sampai 4,5 yaitu dengan cara menambahkan larutan HCl 2 N,
sehingga proteinnya mengendap. Kemudian dilakukan sentrifusa kembali untuk
memisahkan endapan protein. Menurut teori (Haris, 2014) penambahan larutan HCl
menyebabkan larutan protein mengendap. Mengendapnya larutan protein disebabkan
karena setelah ditambahkan dengan larutan HCl, pH larutan protein berada di
bawah titik isoelektrik. Pada keadaan ini kelarutan protein berada pada titik
minimumnya, sehingga dengan penambahan asam kuat membuat larutan protein
semakin cepat mengendap karena kelarutannya dalam air sangat berkurang.
Endapan
protein yang diperoleh kemudian dicuci yaitu dengan cara dicampur dengan air
dan disentrifuse lagi, dan dikeringkan menggunakan pengering beku. Pada cara pengeringan beku semua bahan pada awalnya
dibekukan, kemudian diperlakukan dengan suatu proses pemanasan ringan dalam
suatu lemari hampa udara. Teori (Gaman
dan Sherrington, 1981) menyatakan kristal-kristal es yang terbentuk selama
tahap pembekuan, menyublim jika dipanaskan pada tekanan hampa yaitu berubah
secara langsung dari es menjadi uap air tanpa melewati fase cair. Ini akan
menghasilkan produk yang bersifat porous dengan perubahan yang sangat kecil
terhadap ukuran dan bentuk bahan aslinya. Hasil pengeringan tersebut adalah
isolat protein kedelai.
Selain
dengan cara dicuci dan disentrifuse, juga dapat dilakukan dengan cara
menambahkan air yaitu dengan perbandingan (air : endapan = 2 : 1), lalu dikeringkan
dengan pengering semprot. Prinsip kerja pengering semprot yaitu menggabungkan fungsi evaporasi,
kristalisator, pengering, unit penghalus, dan unit klasifikasi. Penguapan dari
permukaan tetesan menyebabkan terjadinya pengendapan zat terlarut pada
permukaan. Dalam pengering semprot, bubur atau larutan didispersikan ke dalam
arus gas panas dalam bentuk kabut atau tetesan halus. Kandungan air akan
menguap dengan cepat dari tetesan itu, dan meninggalkan partikel zat padat
kering, yang kemudian dipisahkan dari arus gas (Priyo, 2012). Hasil
dari pengeringan tersebut adalah isolat
protein kedelai. Untuk mendapatkan produk yang lebih awet yaitu isolat proteinat kedelai, setelah pencucian
dilakukan netralisasi dengan penambahan NaOH 2 N sampai pH 6 - 8, baru kemudian
dikeringkan.
Sumber Pustaka
Anonim.
2011. Pekatan Protein Kedelai. Jurusan Teknologi pagan dan gizi. Insituti
Pertanian Bogor. Bogor.
Haris,
Hasrah. 2014. Laporan Praktikum Uji Kualitatif Protein. Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Gaman, P. M. dan K. B. Sherrington. 1981. Ilmu Pangan :
Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. UGM-Press, Yogyakarta.
Koswara. 1995. Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadi
Makanan Bermutu.
Pustaka
Seminar Harapan. Jakarta.
Pabita, Grace. 2011. Pengaruh Tingkat Penambahan
Lemak dan Isolat Protein
Kedelai
(IPK) Terhadap Kualitas Burger Dari Daging Sapi Bali. Makalah Hasil Penelitian,
Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin. Makassar.
Priyo,
Ari. 2012. Pengering Semprot.
http://www.scribd.com/doc/94476062/Pengering-Semprot#scribd. Diakses
pada 22 November 2015 pukul 21.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar