Rabu, 08 November 2017

Pembuatan Susu Kecambah Kedelai dan Susu Kecambah Kacang Hijau (Laporan Serealia)



PEMBUATAN SUSU KECAMBAH KEDELAI DAN SUSU KECAMBAH KACANG HIJAU

(Laporan Praktikum Teknologi Serealia dan Palawija)



Oleh
Suci Nata Kusuma
1314051046
Kelompok 5






JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015


I. PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting peranannya dalam kehidupan. Kacang-kacangan dan umbi-umbian cepat sekali terkena jamur (aflatoksin) sehingga mudah menjadi layu dan busuk. Untuk mengatasi masalah ini, bahan tersebut perlu diawetkan. Hasil olahannya dapat berupa makanan seperti keripik, tahu dan tempe, serta minuman seperti bubuk dan susu kedelai.
Kedelai mengandung protein 35 % bahkan pada varitas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40 % - 43 %.  Susu kedelai merupakan minuman yang bergizi tinggi, terutama karena kandungan proteinnya. Selain itu susu kedelai juga mengandung lemak, karbohidrat, kalsium, phosphor, zat besi, provitamin A, Vitamin B kompleks (kecuali B12), dan air (Margono, 1993). Namun perhatian masyarakat terhadap jenis minuman ini pada umumnya masih kurang, dan harga susu kedelai pada umumnya lebih murah daripada susu produk hewani.
Kacang hijau mengandung protein relatif tinggi yaitu sekitar 24%. Protein kacang hijau kaya akan asam amino lisin. Perkecambahan atau germinasi dapat meningkatkan daya cerna karena perkecambahan merupakan proses katabolis yang menyediakan zat gizi yang penting untuk pertumbuhan tanaman melalui reaksi hidrolisa dari zat gizi cadangan yang terdapat di dalam biji. Melalui germinasi, nilai daya cerna biji kacang hijau akan meningkat karena selama germinasi terjadi hidrolisa protein, karbohidrat, dan lemak menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Selama perkecambahan, protein akan turun akibat adanya aktivitas enzim protease yang ada di dalam biji yang menghidrolisis protein menjadi asam-asam amino (Sudarmanto, 1992). Pada praktikum ini dilakukan pembuatan susu kedelai dan susu kacang hijau dengan waktu perkecambahan yang berbeda dengan tujuan untuk mengetahui stabilitas emulsi

1.2      Tujuan

            Adapun tujuan dilakukan praktikum ini sebagai berikut:
a. Mengetahui karakteristik warna, aroma, dan stabilitas emulsi susu kedelai dan susu kacang hijau.
b.  Mengetahui pengaruh waktu perkecembahan kedelai dan kacang hijau terhadap karakteristik susu kecambah kadelai dan susu kecambah kacang hijau.






















II. TINJAUN PUSTAKA

2.1       Kedelai

Kacang kedelai banyak mengandung protein dan lemak. Kandungan lemak kedelai tidak begitu tinggi (16-20%). Kedelai juga mengandung asam-asam tak jenuh yang dapat mencegah timbulnya arterio sclerosis (pengerasan pembuluh-pembuluh nadi). Maka nilai kedelai bagi kesehatan sangat tinggi. Di samping itu, kandungan protein kedelai cukup tinggi dengan faktor cerna 75-80% dan asam-asam amino yang menyusun protein kedelai serupa dengan yang terdapat pada kasein (Aksi Agraris Kanisius, 1989). Selain itu, kedelai juga mengandung mineral dan vitamin yang cukup tinggi, diantaranya adalah vitamin B, seperti B1, B2, B3, B12, dan vitamin E. Mineral pada kedelai berupa kalsium, zat besi, dan fosfor. Vitamin dan mineral ini berguna bagi metabolisme seluruh sistem dalam tubuh, termasuk sistem saraf (Sarwono, 2010).
Kadar protein di dalam kedelai berhubungan dengan kadar non-proteinnya. Jika kadar protein naik maka kadar lemak menurun sebesar 0,33%, gula 0,33%, sisanya hemiselulosa dan pentosan (Ketaren, 2005).  Kedelai bernilai gizi tinggi, dengan kadar protein sekitar 40%. Kandungan asam amino penting yang terdapat dalam kedelai yaitu isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, valin yang rata-rata tinggi, kecuali metionin dan fenilalanin. Di samping itu kedelai mengandung kalsium, fosfor, besi, vitamin A, dan B yang berguna bagi pertumbuhan manusia (Suprapto, 1993).
Secara umum kedelai merupakan sumber vitamin B, karena kandungan vitamin B1, B2 , nisin, piridoksin, dan golongan vitamin B lainnya banyak terdapat didalamnya. Vitamin lain yang terkandung dalam jumlah yang cukup banyak ialah vitamin E dan K. Sedangkan vitamin A dan D terkandung dalam jumlah yang sedikit. Dalam kedelai muda terdapat vitamin C dengan kadar yang sangat rendah (Koswara, 1992).
Di samping mengandung senyawa yang berguna, ternyata pada kedelai terdapat juga senyawa anti gizi dan senyawa penyebab off flavor (penyimpangan cita rasa dan aroma pada produk olahan kedelai). Di antara senyawa anti gizi yang sangat mempengaruhi mutu olahan kedelai ialah antitripsin, hemaglutinin, asam fitat, oligosakarida penyebab flatulensi (timbulnya gas dalam perut sehingga perut kembung). Sedangkan senyawa off flavor pada kedelai ialah penyebab bau langu (beany flavor) yang dihasilkan oleh enzim lipoksidase pada kedelai, penyebab rasa pahit dan penyebab rasa kapur (chalky flavor) yang disebabkan oleh senyawa glikosida, soyasaponin, dan sapogenol. Dalam pengolahan, senyawa-senyawa tersebut harus dihilangkan atau diinaktifkan, sehingga akan dihasilkan produk olahan kedelai dengan mutu terbaik dan aman untuk dikonsumsi manusia (Koswara, 1992).
2.2       Kacang Hijau

Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Gizi yang terkandung pada kacang hijau relatif besar, terutama kandungan protein dan karbohidratnya. Kandungan protein kacang hijau sebanyak 24%. Dalam menu masyarakat sehari-hari, kacang-kacangan adalah alternatif sumber protein nabati terbaik (Wuwiwa, 2007).
Kacang hijau memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan merupakan sumber mineral penting, antara lain kalsium dan fosfor. Sedangkan kandungan lemaknya merupakan asam lemak tak jenuh. Kandungan kalsium dan fosfor pada kacang hijau bermanfaat untuk memperkuat tulang. Kacang hijau juga mengandung rendah lemak yang sangat baik bagi mereka yang ingin menghindari konsumsi lemak tinggi. Kadar lemak yang rendah dalam kacang hijau menjadikan bahan makanan atau minuman yang terbuat dari kacang hijau tidak mudah berbau. Lemak kacang hijau tersusun atas 73% asam lemak tak jenuh dan 27% asam lemak jenuh. Umumnya kacang-kacangan memang mengandung lemak tak jenuh tinggi. Asupan lemak tak jenuh tinggi penting untuk menjaga kesehatan jantung. Mengkonsumsi kacang hijau secara teratur dapat menurunkan kadar kolesterol jahat.
Tabel komposisi Kimia Kacang Hijau Tiap 100 g bahan
Komposisi
Jumlah
Air (g)
10
kalori (kal)
395
Protein (g)
22,2
Lemak (g)
1,26
Karbohidrat (g)
62,9
Kalsium (mg)
125
Fosfor (mg)
320
Besi (mg)
6,7
Vitamin A (IU)
1570
Vitamin B1(mg)
0,64
Vitamin C (mg)
6

Proses perkecambahan benih merupakan rangkaian kompleks dari bahan, tertjadi perubahan morfologis, fisiologis dan biokimia. Protein, pati dan lipid setelah dirombak oleh enzim-enzim digunakan sebagai bahan penyusun pertumbuhan didaerah titik-titik tumbuh sebagai bahan bakar respirasi selama proses perkecambahan menyebabkan perubahan nutrisi yang digunakan untuk memperbaiki nilai gizi, vitamin A, B dan C meningkat mulai 2,5 sampai 300%. Kadar lemak yang rendah dalam kacang hijau menyebabkan bahan makanan/minuman yang terbuat dari kacang hijau tidak mudah tengik. Lemak kacang hijau tersusun atas 73% asam lemak tak jenuh dan 27% asam lemak jenuh. Umumnya kacang-kacangan memang mengandung lemak tak jenuh tinggi. Asupan lemak tak jenuh tinggi penting untuk menjaga kesehatan jantung (Wuwiwa, 2007).  
Kacang hijau merupakan sumber alternatif protein nabati. Kacang hijau mengandung protein tinggi sebanyak 17 g/100 g. Protein yang terkandung memiliki asam amino lengkap. Protein pada kecambah kacang hijau sudah berkurang jumlahnya yaitu hanya 13 g/100 g, tetapi asam aminonya sebagian dalambentuk bebas yang cepat diserap-tubuh. Kacang hijau memiliki kandungan serat yang tinggi sekitar 7,6 g/100 g. Kandungan serat ini mencukupi kebutuhan serat harian Anda sebesar 30%. Serat berguna untuk membantu melancarkan pencernaan dan mencegah konstipasi (Putra, 2012).
Selain senyawa-senyawa yang berguna, ternyata kacang-kacangan juga mengandung antigizi. Beberapa senyawa antigizi terpenting yang terdapat dalam kacang-kacangan adalah antitripsin, hemaglutinin atau lektin, oligosakarida, dan asam fitat. Salah satu upaya untuk menginaktifkan zat-zat antigizi tersebut adalah dengan membuat kacang-kacangan berkecambah menjadi tauge. Kandungan zat gizi pada biji sebelum dikecambahkan berada dalam bentuk tidak aktif (terikat). Setelah perkecambahan, bentuk tersebut diaktifkan, sehingga meningkatkan daya cerna bagi manusia. Peningkatan zat-zat gizi pada tauge mulai tampak sekitar 24-48 jam saat perkecambahan (Putra, 2012).

2.3       Susu Kedelai dan Susu Kacang Hijau

Susu kedelai adalah produk seperti susu sapi, tetapi dibuat dari ekstrak kedelai. Susu kedelai diperoleh dengan cara penggilingan biji kedelai yang telah direndam dalam air. Hasil penggilingan kemudian disaring untuk memperoleh filtrat atau cairan susu kedelai, yang kemudian dididihkan dan diberi bumbu, biasanya berupa gula dan essen untuk meningkatkan rasanya. Protein susu kedelai dapat digunakan sebagai pengganti susu sapi bagi mereka yang alergi terhadap laktosa (lactose intolerance) atau bagi mereka yang tidak menyukai susu sapi. Untuk memperoleh susu kedelai yang baik dan layak dikonsumsi manusia, diperlukan persyaratan sebagai berikut : bebas dari bau dan rasa langu kedelai, bebas antitripsin, dan mempunyai stabilitas koloid yang mantap. Bau dan rasa langu kedelai dapat dihilangkan dengan cara menginaktifkan enzim lipoksigenase menggunakan pemanasan.
Susu kedelai memiliki dua macam bentuk yaitu cair dan bubuk. Kelemahan susu kedelai cair adalah tidak tahan lama sehingga gizi dan cita rasa berubah. Susu kedelai cair menjadi media pertumbuhan bakteri yang sempurna karena mengandung banyak gizi sehingga menjadi cepat basi. Susu kedelai lebih banyak diproduksi dalam bentuk bubuk. Namun, susu kedelai bubuk kurang diminati oleh masyarakat karena susu cepat mengendap. Susu kedelai merupakan salah satu bentuk emulsi. Sifat emulsi pada susu kedelai cenderung kurang stabil yaitu cepat mengalami pengendapan. Endapan yang ada dalam susu kedelai merupakan zat yang terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak. Ketiga zat tersebut merupakan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Susu kedelai yang mengandung endapan tidak disukai konsumen. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk memperbaiki kualitas susu kedelai bubuk agar memiliki emulsi yang stabil (Radiyati, 1992).
Susu kacang hijau diperoleh dengan cara penggilingan biji kacang hijau yang telah direndam dalam air. Kadar lemak yang rendah dalam kacang hijau menyebabkan bahan makanan/ minuman yang terbuat dari kacang hijau tidak mudah tengik. Lemak kacang hijau tersusun atas 74% asam lemak tak jenuh dan 27% asam lemak jenuh. Umumnya kacang-kacangan memang mengandung asam lemak tak jenuh tinggi. Asupan lemak tak jenuh tinggi penting untuk menjaga kesehatan jantung. Akan tetapi sumber lain menyatakan bahwa kacang hijau mengandung 27% protein dan sekitar 16 MJ/ kg energi. Kacang hijau mengandung kadar antigizi yang tidak berarti sehingga tidak diperlukan perlakuan khusus pada saat pengolahan (Triyono, 2010).

C.        Perkecambahan

Perkecambahan merupakan pertumbuhan embrio yang dimulai kembali setelah penyerapan air/imbibisi. Perkecambahan dapat terjadi apabila substrat (karbohidrat, protein dan lemak) berperan sebagai penyedia energi yang akan digunakan dalam proses morfologi (pemunculan organ-organ tanaman seperti akar, daun dan batang). Proses perkecambahan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah: air, suhu, oksigen dan cahaya (Hidayat, 1995). Perkecambahan pada biji akan berlangsung secara lambat apabila media tumbuhnya dalam keadaan kering. Pada proses imbibisi dipengaruhi juga oleh keadaan suhu dimana memiliki peranan penting terhadap kecepatan aliran respirasi, serta pembelahan dan pemanjangan sel. Peranan oksigen dalam proses perkecambahan adalah untuk mengoksidasi cadangan makanan seperti karbohidrat, protein, lemak, dan sebagainya. Selain itu oksigen juga berperan sebagai oksidator dalam perombakan gula atau respirasi.
Selama proses perkecambahan kedelai terjadi perubahan zat-zat antara lain: zat-zat anti gizi, jumlah vitamin-vitamin meningkat terutama vitamin C, B dan E (Kadam and Salunke, 1989). Pekecambahan merupakan proses katabolisme yang menyediakan zat gizi untuk pertumbuhan tanaman melalui 11 reaksi hidrolisa dari zat gizi cadangan yang terdapat dalam biji sehingga terjadi perubahan karbohidrat bahan dan peningkatan daya cerna selama proses perkecambahan. Didalam penyimpanan biji kedelai yang memiliki kandungan karbohidrat, protein, dan lemak. Bahan-bahan tersebut digunakan sebagai bahan baku untuk respirasi dan energi pada saat perkecambahan. Biji yang berukuran besar dan berat di duga mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkandengan biji yang berukuran lebih kecil. Menurut Koswara (1992) proses perkecambahan tidak memerlukan waktu yang lama yaitu kurang lebih 3 hari. Menurut penelitian pendahuluan Laila Nur (2008) interval waktu yang digunakan untuk waktu perkecambahan yaitu 48 jam, 56 jam, 64 jam, 72 jam dan 80 jam.








III. METODELOGI PERCOBAAN


3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada Rabu, 16 Desember 2015 pukul 08.00 s.d 10.00 WIB dan Jumat, 18 Desember 2015 pukul 11.00 s.d 12.00 WIB, di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah blender, baskom, timbangan, gelas ukur, plastik, tabung reaksi, dan loyang.
Bahan yang digunakan adalah biji kedelai, kacang hijau, kapas, dan air.













3.3       Diagram Alir

3.3.1    Proses Pembuatan Sucu Kedelai dan Susu Kacang Hijau Tanpa Perkecambahan

Biji kedelai dan biji kacang hijau
Masing-masing direndam selama 24 jam
Disortir kemudian ditimbang sebanyak 100 g, dan dicuci dengan air hingga bersih
Penggilingan dengan blender, perbandingan kedelai / kacang hijau : air (1:8)
Disaring menggunakan kain saring
Dimasukkan filtrat kedalam tabung kemudian ditutup
Susu kedelai / susu kacang hijau
Diamati warna, aroma, dan stabilitas emulsi pada jam ke-0, 1,2 dan 3





3.3.2    Proses Pembuatan Sucu Kecambah Kedelai dan Susu Kacang Hijau

Biji kedelai dan biji kacang hijau
Masing-masing direndam selama 24 jam
Disortir kemudian ditimbang sebanyak 100 g, dan dicuci dengan air hingga bersih
Ditanam biji kedelai dan biji kacang hijau diatas loyang yang telah berisi kapas yang teah dibasahi
Didiamkan selama 48 jam untuk perkecambahan
Ditambah air dengan perbandingan (1:8) kemdian digiling dengan blender
Disaring menggunakan kain saring
Dimasukkan filtrat kedalam tabung kemudian ditutup
Susu kecambah kedelai / susu kecambah kacang hijau
Diamati warna, aroma, dan stabilitas emulsi pada jam ke-0, 1,2 dan 3




IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut:
3.1.1 Tabel 1 Data Susu Kedelai dan Susu Kacang Hijau Tanpa Perkecambahan
Kel
Bahan
Perlakuan

Warna
Aroma
Stabilitas emulsi
Larutan
(fase  atas)
Endapan
(fase bawah)
1
Kedelai
0 jam
Putih kekuningan
Tidak ada endapan
Langu, khas kedelai
Stabil
1 jam
Putih kekuningan
Tidak ada endapan
Langu, khas kedelai
Stabil
2 jam
Putih kekuningan
Tidak ada endapan
Langu, khas kedelai
Stabil
3 jam
Putih kekuningan
Tidak ada endapan
Langu, khas kedelai
Stabil
2
Kedelai
0 jam
Putih keruh
Tidak ada endapan
Langu, khas kedelai
Stabil
1 jam
Putih keruh
Tidak ada endapan
Langu, khas kedelai
Stabil
2 jam
Putih keruh
Tidak ada endapan
Langu, khas kedelai
Stabil
3 jam
Putih keruh
Tidak ada endapan
Sangat langu
Stabil
3
Kedelai
0 jam
Putih keruh, sedikit kuning
Tidak ada endapan
Langu, khas kedelai
Stabil
1 jam
Putih keruh, sedikit kuning
Tidak ada endapan
Langu, khas kedelai
Stabil
2 jam
Putih keruh, sedikit kuning
Tidak ada endapan
Langu, khas kedelai
Stabil
3 jam
Putih keruh, sedikit kuning
Tidak ada endapan
Sangat langu
Stabil
4
Kacang hijau
0 jam
Hijau keputihan
Tidak ada endapan
Langu, khas kacang hijau
Stabil
1 jam
Hijau keputihan
Tidak ada endapan
Langu, khas kacang hijau
Stabil
2 jam
Hijau sedikit gelap
Tidak ada endapan
Langu, khas kacang hijau
Stabil
3 jam
Hijau sedikit gelap
Putih
Langu, khas kacang hijau
Tidak stabil
5
Kacang hijau
0 jam
Keruh kehijauan
Tidak ada endapan
Langu, khas kacang hijau
Stabil
1 jam
Kuning kecoklatan
Putih
Langu, khas kacang hijau
Tidak stabil
2 jam
Kuning kecoklatan
putih
Langu, khas kacang hijau
Tidak stabil
3 jam
Kuning kecoklatan
putih
Langu, khas kacang hijau
Tidak stabil
3.1.2  Tabel 2 Data Susu Kecambah Kedelai dan Susu Kecambah Kacang Hijau (Perkecambahan 2 hari)
Kel
Bahan
Perlakuan

Warna
Aroma
Stabilitas emulsi
Larutan
(fase  atas)
Endapan
(fase bawah)
1
Kedelai
0 jam
Putih susu
Tidak ada endapana
Khas kecambah
Stabil
1 jam
Putih susu
Tidak ada endapana
Khas kecambah
Stabil
2 jam
Putih susu
Tidak ada endapana
Khas kecambah
Stabil
3 jam
Putih susu
Tidak ada endapana
Sedikit langu
Stabil
2
Kedelai
0 jam
Putih susu
Tidak ada endapan
Khas kecambah
Stabil
1 jam
Putih susu
Tidak ada endapan
Khas kecambah
Stabil
2 jam
Putih susu
Tidak ada endapan
Khas kecambah
Stabil
3 jam
Putih susu
Tidak ada endapan
Khas kecambah
Stabil
3
Kedelai
0 jam
Putih keruh
Tidak ada endapan
Khas kecambah kedelai
Stabil
1 jam
Putih keruh
Tidak ada endapan
Khas kecambah kedelai
Stabil
2 jam
Putih keruh
Tidak ada endapan
Khas kecambah kedelai
Stabil
3 jam
Putih keruh
Tidak ada endapan
Khas kecambah
Stabil
4
Kacang hijau
0 jam
Kuning sedikit hijau kecoklatan
Tidak ada endapan
Langu, khas kecambah
Stabil
1 jam
Kuning sedikit hijau kecoklatan
Tidak ada endapan
Langu, khas kecambah
Stabil
2 jam
Kuning sedikit hijau kecoklatan
Tidak ada endapan
Langu, khas kecambah
Stabil
3 jam
Kuning sedikit hijau kecoklatan
Putih
Sangat langu
Tidak stabil
5
Kacang hijau
0 jam
Kuning kecoklatan
Tidak ada endapan
Langu, khas kecambah
Stabil
1 jam
Kuning kecoklatan
Putih
Langu, khas kecambah
Tidak stabil
2 jam
Kuning kecoklatan
putih
Langu, khas kecambah
Tidak stabil
3 jam
Kuning kecoklatan
putih
Langu, khas kecambah
Tidak stabil

3.1.3  Tabel 3  Data Stabilitas Emulsi Susu Kacang Hijau (Tanpa Perkecambahan)
Kel
Bahan
perlakuan
Volume (tinggi)
Stabilitas emulsi
Larutan
Endapan
4
Kacang hijau
0 jam
8 cm
-
100 %
1 jam
8 cm
-
100 %
2 jam
8 cm
-
100 %
3 jam
6 cm
2 cm
75 %
5
Kacang hijau
0 jam
8 cm
-
100 %
1 jam
7cm
1 cm
87,5 %
2 jam
7 cm
1 cm
87,5 %
3 jam
7 cm
1 cm
87,5 %

3.1.4  Tabel 4 Data Stabilitas Emulsi Susu Kecambah Kacang Hijau (Perkecambahan 2 hari)
Kel
Bahan
perlakuan
Volume (tinggi)
Stabilitas emulsi
Larutan
Endapan
4
Kacang hijau
0 jam
8 cm
-
100 %
1 jam
8 cm
-
100 %
2 jam
8 cm
-
100 %
3 jam
6,5 cm
1,5 cm
81,25 %
5
Kacang hijau
0 jam
8 cm
-
100 %
1 jam
4 cm
4 cm
50 %
2 jam
2 cm
6 cm
25%
3 jam
2 cm
6 cm
25 %

3.2 Perhitungan
Berikut ini adalah perhitungan stabilitas emulsi pada susu kacang hijau dan susu kecambah kacang hijau:
Stabilitas Emulsi (SE) =
3.2.1 Susu Kacang Hijau (Tanpa Perkecambahan)
a. Kelompok 4
·         Jam ke-1 =
·         Jam ke-2 =
·         Jam ke-3 =
b. Kelompok 5
·         Jam ke-1 =
·         Jam ke-2 =
·         Jam ke-3 =

3.2.2 Susu Kecambah Kacang Hijau (Perkecambahan 2 hari)
a. Kelompok 4
·         Jam ke-1 =
·         Jam ke-2 =
·         Jam ke-3 =
b. Kelompok 5
·         Jam ke-1 =
·         Jam ke-2 =
·         Jam ke-3 =

3.3  Pembahasan
Pada dasarnya pembuatan susu kacang hijau sama dengan susu kedelai. Proses pembuatan susu kedelai dan susu kacang hijau yang dilakukan pada praktikum meliputi tahap perendaman, penggilingan, dan penyaringan. Perendaman bertujuan untuk melunakkan struktur selular kedelai sehingga mudah digiling dan memberikan dispersi dan suspensi bahan padat kedelai lebih baik pada waktu ekstraksi. Perendaman juga dapat mempermudah pengupasan kulit kedelai akan tetapi perendaman yang terlalu lama dapat mengurangi total padatan. Semakin lama perendaman maka kadar protein dan pH semakin menurun sedangkan kadar air semakin meningkat. Menurut Anglemier dan Montgomery (1976), semakin menurunnya kadar protein dengan semakin lamanya perendaman disebabkan lepasnya ikatan struktur protein sehingga komponen protein terlarut dalam air. Perendaman yang semakin lama juga mengakibatkan lunaknya struktur biji kedelai sehingga air lebih mudah masuk kedalam struktur selnya. Apabila struktur sel biji kedelai lunak maka proses penghancuran menjadi lebih mudah. Penurunan pH selama perendaman disebabkan proses perendaman memberikan kesempatan pertumbuhan bakteri asam laktat, sehingga proses pengasaman berlangsung sebagai akibat aktivitas bakteri asam laktat tersebut.

Proses penggilingan/ penghancuran biji kedelai dan kacang hijau berfungsi untuk mendapatkan filtrat atau sari kedelai dan sari kacang hijau dengan penambahan air. Perbandingan kacang hijau dan air yang ditambahkan  yaitu 1:8. Hasil penelitian Triyono (2010), menunjukkan bahwa jumlah proporsi air yang ditambahkan sebagai pengekstrak dengan perbandingan 1:8 menghasilkan susu kacang hijau dengan hasil optimal, sedangkan perbandingan 1:6 menghasillan susu kacang hijau dengan hasil kurang optimal, dan perbandingan 1:9 menghasilkan susu kacang hijau yang paling banyak disukai panelis untuk karakteristik warna. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa jumlah air pengekstrak yang ditambahkan dapat berpengaruh terhadap karakteristik susu kacang kedelai. Selanjutnya proses penyaringan berfungsi untuk memperoleh sari kedelai atau sari kacang hijau. Filtrat inilah yang nantinya akan menjadi susu kedelai atau susu kacang hijau.

Berdasarkan data pengamatan yaitu tabel 1 menunjukkan bahwa susu kedelai memiliki karakteristik warna, aroma, dan stabilitas emulsi yang sama pada perlakuan jam ke-0, ke-1, ke-2 dan ke-3. Susu kedelai pada kelmpok 1, 2 dan 3 secara keseluruhan memiliki karakteristik yang hampir sama. Susu kedelai memiliki warna putih keruh kekuningan, beraroma langu khas kedelai, dan memiliki kestabilan emulsi yang cukup tinggi karena tidak terdapat endapan. Susu kacang hijau memiliki warna keruh kehijaun, beraroma langu khas kacang hijau, dan memiliki kestabilan yang rendah karena terdapat endapan. Data kelompok 4 menunjukkan kestabilan emulsi yang kurang stabil mulai pada perlakuan jam ke-3 yaitu kestabilan emulsi sekitar 75%. Sementara kelompok 5 menunjukkan kestabilan emulsi yang kurang stabil mulai pada perlakuan jam ke-1 yaitu stabilitas emulsi sebesar 87,5 %.

Data pengamatan pada tabel 2 menunjukkan bahwa susu kecambah kedelai mengalami beberapa perubahan karakteristik yaitu warna berubah menjadi putih susu, tidak terdapat endapan, beraroma khas kecambah kedelai, dan kestabilan emulsi cukup stabil. Begitu juga dengan susu kecambah kacang hijau yaitu memiliki warna kuning kecoklatan, beraroma langu khas kecambah kacang hijau, dan terdapat endapan sehingga stabilitas emulsi menjadi rendah. Sama dengan data pada tabel 1 bahwa kelompok 4 menunjukkan kestabilan emulsi yang kurang stabil mulai pada perlakuan jam ke-3, sedangkan kelompok 5 menunjukkan kestabilan emulsi yang tidak stabil mulai pada perlakuan jam ke-1. Yang membedakan hanyalah jumlah endapan yang terbentuk.

Flavor langu disebabkan oleh adanya enzim lipoksigenase yang terdapat dalam biji kedelai maupun biji kacang hijau. Lipoksigenase aktif dengan cepat ketika substrat tersedia dan terdapat air. Oleh karena itu, flavor langu sebagian besar dihasilkan dalam tahap penggilingan karena enzim dan lipid dilepaskan, dan juga terdapat air yang berlebih. Lipoksigenase merupakan dioksigenase mengandung besi, yang mengkatalisa oksidasi polyunsaturated asam lemak, seperti asam linoleat, menghasilkan hidroperoksida asam lemak tidak jenuh (Chang, 2006 dalam Hui, 2006). Aktivitas lipoksigenase dan produk hidroperoksida asam lemak yang dihasilkan memulai rantai radikal bebas yang bereaksi mengakibatkan perkembangan offflavors. Data pengamatan juga menunjukkan bahwa semakin lama didiamkan maka flavor langu susu kedelai / susu kacang hijau akan semakin tinggi.

Bau langu akibat aktifitas enzim lipoksigenase dapat dihilangkan dengan cara pemanasaan. Menurut Gupta (2001), enzim lipoksigenase cukup sensitif dan mudah terinaktifasi dengan panas. Suhu tinggi (80-100°C) pada metode penggilingan panas dapat menginaktifkan enzim lipoksigenase dan mengurangi off-flavor (flavor langu) dalam susu kedelai. Teknik penggilingan yang disertai ekstraksi menggunakan air panas (80-100 °C) diduga dapat menginaktifasi enzim lipoksigenase sehingga menurunkan intensitas flavor langu.
Stabilitas emulsi dalam praktikum ini diukur berdaraskan persentase dari jumlah endapan yang terbentuk selama pengamatan pada jam ke-1, ke-2, dan jam ke-3. Berdasarkan data pengamatan diperoleh bahwa susu kacang kedelai memiliki karakteristik lebih stabil daripada susu kacang hijau. Pada susu kacang hijau terbentuk endapan ketika didiamkan beberapa saat pada suhu ruang. Warna endapan susu kacang hijau menunjukkan warna putih yang terdapat pada fase bawah larutan dengan tinggi endapan kurang lebih 1 cm pada tiap tabung yang berisi masing-masing 50 ml susu kacang hijau dengan tinggi 8 cm.

Tabel 3 menunjukkan persentase stabilitas emulsi pada susu kacang hijau. Susu kacang hijau (tanpa perkecambahan) kelompok 4 pada jam ke-3 diperoleh tinggi endapan 2 cm dan tinggi larutan bening 6 cm sehingga diperoleh stabillitas emulsi sebesar 75%. Nilai tersebut menunjukkan stabilitas emulsi susu kurang stabil. Susu kacang hijau (tanpa perkecambahan) kelompok 5 pada jam ke-1, ke-2, dan ke-3 diperoleh tinggi endapan 1 cm dan tinggi larutan bening 7 cm sehingga diperoleh nilai stabilitas sebesar 87,5%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa susu kacang hijau tanpa perkecambahan memiliki stablilitas emulsi yang cukup stabil.
Tabel 4 menunjukkan persentase stabilitas emulsi pada susu kacang hijau dengan waktu perkecambahan 2 hari. Susu kecambah kacang hijau kelompok 4 perlakuan ke-3 terdapat tinggi endapan 1,5 cm dan tinggi larutan bening 6,5 cm sehingga diperoleh stabilitas emulsi sebesar 81,25%. Sementara susu kecambah kacang hijau kelompok 5 pada perlakuan jam ke-1 terdapat endapan dengan tinggi 4 cm dan tinggi larutan bening 4 cm sehingga diperoleh nilai stabilitas sebesar 50%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa susu kecambah kacang hijau pada perlakuan jam ke-1 memiliki stablilitas emulsi lebih rendah daripada susu kacang hijau tanpa perkecambahan. Pada perlakuan jam ke-2 dan jam ke-3 terdapat endapan dengan jumlah yang sama yaitu tinggi endapan 4 cm dan tinggi larutan 6 cm sehingga diperoleh stabilitas emulsi susu kacang hijau sebesar 25%. Nilai stabilitas yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah endapan maka semakin rendah stabilitas emulsi susu kecambah.

Ketidakstabilan suspensi pada susu kacang hijau terjadi akibat partikel mengelompok bersama-sama membentuk agregat, kemudian karena gaya beratnya telah mengendap. Agregat dapat terjadi melalui flokulasi. Flokulasi merupakan penggabungan bersifat irreversibel yang disebabkan rusaknya lapisan pelindung (Mardiyanto, 2015). Berdasarkan data pengamatan kelompok 5 diperoleh hasil bahwa semakin lama umur perkecambahan, stabilitas emulsinya akan semakin rendah. Stabilitas emulsi susu kecambah kacang hijau umur 2 hari (48 jam) memiliki tingkat kestabilan lebih rendah daripada susu kacang hijau tanpa perkecambahan, karena jumlah endapan yang terbentuk lebih banyak pada susu kecambah.
Tingkat kestabilan emulsi dapat dipengaruhi oleh jenis bahan terlarut. Berat molekul bahan terlarut besar akan mempercepat terjadinya endapan dan pemisahan antara fase terdispersi dengan fase pendispersi. Hal ini disebabkan sejalan dengan peningkatan zat padatan terlarut yang dapat mempengaruhi kestabilan emulsi susu. Semakin tinggi kadar zat padatan terlarut maka stabilitas emulsi susu akan baik. Hal ini ditunjukkan oleh data kelompok 4 bahwa terbentuknya endapan pada susu kecambah dimulai pada perlakuan jam ke-3, sedangkan kelompok 4 terbentuknya endapan pada susu kecambah dimulai pada perlakuan jam ke-1. Jadi, zat padatan terlarut pada susu kecambah kelompok 5 lebih banyak daripada zat terlarut pada susu kecambah kelompok 4. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh proses penggilingan, yaitu penggilingan kelompok 4 lebih lama dari kelompok 5 sehingga hasil penggilingan kelompok 4 lebih halus dan kadar zat padatan terlarutnya lebih kecil.
Tingginya nilai stabilitas pada susu kecambah juga dipengaruhi oleh jumlah lemak yang tinggi. Lemak kedelai selama perkecambahan mengalami hidrolisis menjadi digliseri dan monogliserida (Hamilton and Vanderstoep 1979). Bentuk sederhana lemak tersebut akan mudah terlarutkan dalam air sehingga akan meningkatkan stabilitas emulsi susu. Kadar lemak pada kedelai sekitar 15-20 gram sedangkan pada kacang hijau sekitar 1,25 g. Hal ini menunjukkan bahwa kedelai memiliki kandungan lemak lebih tinggi daripada kacang hijau, oleh karena itu kacang kedelai memiliki stabilitas emulsi lebih tinggi daripada kacang hijau.





























IV. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.      Waktu perkecambahan berpengaruh terhadap karakteristik susu kedelai dan susu kacang hijau.
2.      Susu kedelai memiliki warna putih keruh kekuningan, aroma langu khas kedelai, dan stabilitas emulsi yang stabil.
3.      Susu kecambah kedelai memiliki warna putih susu, aroma langu khas kecambah kedelai, dan stabilitas emulsi yang stabil.
4.      Susu kacang hijau memiliki warna keruh kehijauan, aroma langu khas kacang hijau, dan stabilitas emulsi cukup stabil yaitu 87,5%.
5.      Susu kecambah kacang hijau memiliki warna kuning kecoklatan, aroma langu khas kecambah, dan stabilitas emulsi tidak stabil yaitu 25%.
6.      Susu kecambah kedelai memiliki stabilitas emulsi lebih tinggi daripada susu kecambah kacang hijau.
7.      Perkecambahan dapat menurunkan stabilitas emulsi pada susu kedelai dan susu kacang hijau.
8.      Semakin banyak endapan maka semakin rendah stabilitas emulsi pada susu kecambah.












DAFTAR PUSTAKA

Anglemier, A.E. and M. W. Montgomery, 1976. Amino Acids Peptides and
Protein. Mercil Decker Inc. New York.

Chang, S.K.C. 2006. Chemistry dan Technology of Tofu Making. Dalam Hui,
Y.H., editor. 2006. Handbook of Food Science, Technology and Engineering Vol I. Chapter 171. CRC Press. America.

Gupta, and Kumar,A.2001. Fundamental of Polymer. Mc Graw Hill International
Edition.

Hidayat, E.B., 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Institut Teknologi Bandung,
Bandung.

Kadam and Salunke, 1989. Green gram in hand Book of World Food Legumes
Nutritional Chem. Processing Tech, and Utilization. CRC Press inc: Polandia.

Ketaren, S., 1986. Pengantar Teknologi Lemak dan Minyak Pangan. UI-Press,
Jakarta.

Koswara, S., 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadikan Makanan
Bermutu. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Laila Ila Nur. 2008. Pengaruh Kultivar dan Umur Perkecambahan Terhadap
Kandungan Protein dan Vitamin E Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013 Pada Kecambah (Glycine max (L.)Merrill). Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN. Malang.

Margono, Tri.,  Detty Suryati, Sri Hartinah. 1993.Buku Panduan Teknologi
Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation.

Mardiyanto, tri cahyo. 2015. Studi nilai cerna protein susu kecambah kedelai
varietas lokal secara invitro. Jurnal BPTP. Jawa Tengah.

Putra, Yudha Pradipta. 2012. Pembuatan Susu Kacang Hijau Sebagai Alternatif
Minuman Kesehatan. PKMK2-5-1. IPB. Bogor.


Radiyati, Tri., 1992. Pengolahan kedelai. Subang: BPTTG Puslitbang Fisika
Terapan LIPI, 15-33
Sarwono, 2010. Usaha membuat Tempe dan Oncom. Penebar Swadya. Jakarta
Sudarmanto S. 1992. Perubahan kecernaan protein keping biji kedelai akibat
perkecambahan. Laporan  Penelitian Fakultas Teknologi Pertaninan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Suprapto, 1993. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.
Triyono, Agus., dkk. 2010. Pengaruh Proporsi Penambah Air Pengekstraksi dan
Jumlah Bahan penstabil Terhadap Karakteristik Susu Kacang Hijau. Prosiding seminar Teknologi Kimia. Yogyakarta.

Wuwiwa, I. 2007. Seribu Manfaat Kacang Hijau. Milis Republik Ceria. Jakarta.
http://www.wikipedia.co.id [30 Desember 2015].



1 komentar:

  1. Soyasaponin I is extracted from the seeds of Glycine max. It can exhibit reverse effects on over expression of c-met, VEGF in Eca-9706 cells. Soyasaponin I

    BalasHapus