BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Hortikultura
merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia.
Jenis tanaman yang dibudidayakan dalam hortikultura meliputi buah - buahan,
sayur-sayuran, bunga dan tanaman hias. Buah dan sayur segar sangat mudah
mengalami penurunan mutu setelah dipanen apabila tidak ditangani dengan cepat
dan cara yang tepat. Salah satu cara pengawetan yang sudah lazim diterapkan
pada buah dan sayur adalah berupa pemanasan dan pendinginan (cool storage).
Namun, perlakuan pada suhu tinggi tidak bisa menghasilkan produk buah dalam
kondisi segar yang ditandai dengan adanya kerusakan flavor, tekstur, dan
kenampakan. Untuk itu, perlu dicari alternatif cara pengolahan yang mampu
menghasilkan produk sayur dan buah segar yang berkualitas untuk memenuhi
permintaan konsumen.
Salah satu pengolahan yang berpotensi
memberikan nilai tambah pada produk buah segar adalah teknik restrukturisasi
yang selama ini sudah banyak diterapkan pada produk dari daging berkadar air
tinggi (Raharjo, 1996). Restrukturisasi pada daging yang banyak mengandung
protein dan lemak memerlukan adanya perlakuan pemanasan dalam pelaksanaannya,
sedangkan pada buah banyak mengandung karbohidrat dan sangat sedikit lemak dan
protein. Mengingat produk yang ingin dihasilkan harus bisa dikategorikan segar
maka penggunaan perlakuan pemanasan sengaja dihindari.
Teknik
restrukturisasi adalah suatu proses fisik dan kimia untuk membentuk kembali suatu
bahan makanan dengan bantuan bahan pengikat sehingga bisa diperoleh produk yang
memiliki bentuk, tekstur, ukuran, kenampakan, dan citarasa yang memenuhi
keinginan konsumennya. Sasaran dari teknik restrukturisasi khususnya pada buah
adalah diperolehnya produk buah segar yang memiliki bentuk, ukuran, dan
kenampakan yang mudah dikendalikan namun
masih memiliki citarasa yang mirip buah aslinya (Raharjo dan Zaki, 2012).
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud
restrukturisasi?
2.
Apa saja teknik
restrukturisasi?
3.
Buah dan sayur apasaja
yang dapat diolah dengan teknik restrukturisasi
4.
Bagaimana proses
restrukturisasi pada buah dan sayur?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui apa itu
restrukturisasi
2.
Mengetahui macam-macam
teknik restrukturisasi
3.
Mengetahui jenis buah
dan sayur yang diolah dengan teknik
restrukturisasi
4.
Mengetahui proses
restrukturisasi pada buah dan sayur
BAB
II
ISI
2.1 Restrukturisasi Buah
Restrukturisasi
adalah suatu proses fisik dan kimia untuk membentuk kembali suatu bahan makanan
dengan bantuan bahan pengikat sehingga bisa diperoleh produk yang memiliki
bentuk, ukuran, tekstur, kenampakan, dan cita rasa yang memenuhi keinginan
konsumennya. Sasaran dari teknik restrukturisasi khususnya pada buah adalah
diperolehnya produk buah segar yang memiliki bentuk, ukuran, dan kenampakan
yang mudah dukendalikan, namun masih memiliki cita rasa yang mirip buah
aslinya. Salah satu contoh sistem gel sebagai bahan pengikat yang terbentuk
secara kimiawi (non-termal) adalah kombinasi alginat dengan ion kalsium (Mancini
dan McHugh, 2000).
Teknik
restrukturisasi pada buah segar yaitu menggunakan kembali potongan buah segar
menggunakan sistem gel polisakarida secara kimiawi menjadi produk dengan bentuk
dan ukuran yang diatur, karakteristik sensorik yang sama dengan buah segar,
contoh: menggunakan kombinasi alginat dan ion kalsium. Ada tiga sistem pokok
dalam pembentukan sistem gel kalsium alginat yaitu: alginat, garam kalsium,
sequestran dan air (Pujimulyani,
2009)
2.2 Restrukturisasi
Buah Nangka
2.2.1 Alat dan Bahan
1.
Alat
a. Mixer
b. Blender
c. Baskom
d. Sendok
e. Cup
plastik
f. Neraca
Analitik
g. Refrigator
h. Gelas
ukur
i.
Beakerglass
2.
Bahan
a. Nangka
b. STPP
c. Karagenan
d. CaCl2
e. Aquades
f. Tisue
g. Label
h. Quisioner
2.2.2 Skema Kerja
2.2.3 Skema Kerja dan
Fungsi Perlakuan
Restrukturisasi
buah dilakukan dengan menggunakan bahan utama buah nangka. Langkah pertama yang
dilakukan adalah menyiapkan semua bahan yang akan digunakan yaitu buah nangka
segar, CaCl2, STPP, karagenan, aquades, dan alat-alat yang akan
digunakan. Setelah semua bahan dan alat siap kemudian dilakukan penghalusan
terlebih dahulu pada buah nangka, penghalusan ini bertujuan agar dapat
mempermudah untuk pencampuran bahan lainnya. Setelah buah nangka menjadi bubur
kemudian dilakukan penimbangan 3 kali ulangan masing-masing 150 gram bubur buah
nangka. Setelah ketiganya siap kemudia ditambahkan STPP sebanyak 0,5gram yang
telah dilarutkan dengan aquades sebanyak 10ml sambil diaduk dengan menggukan
mixer selama 5 menit. Penambahan STPP ini berfungsi untuk pembentukan gel
alginat yang mana berfungsi mengatur pelepasan Ca dan mempermudah kelarutan
alginat dalam air, dan mixer selama 5 menit berfungsi untuk menghomogenkan
campuran STPP dengan bubur buah nangka. Setelah 5 menit berlalu kemudian
ditambahkan karagenan sebayak 2,5 gram yang telah dilarutkan dengan aquades
sebanyak 40ml dan sambil diaduk dengan menggunakan mixer selama 15 menit.
Fungsi penambahan karagenan adalah untuk membentuk gel karena karagenan
memiliki kemampuan membentuk gel seperti halnya gelatin, namun sifat gel
karagenan rapuh dan kurang elastis.
Setelah ditambahkan karagenan dan diaduk selama
15 menit kemudian dilakukan penambahan CaCl2 pada ketiga bubur buah
nangka tersebut dengan konsentrasi yang berbeda yaitu dengan konsentrasi 1%
(1,5 gram), 1,5% (2,25 gram), dan 2% (3 gram) sambil diaduk dengan menggunakan
mixer selama 5 menit, fungsi dari CaCl2adalah untuk membentuk ikatan
silang dengan guluronat sehinga membentuk gel alginat kalsium, serta pengadukan
selama 5 menit bertujuan untuk menghomogenkan semua campuran bahan. Setelah
semuanya tercampur, kemudian tuangkan masing-masing perlakuan ke dalam wadah
gelas atau cetakan, kemudian dilakukan pendinginan selama 24 jam yang berfungsi
untuk membentuk tekstur pada masing-masing perlakuan, dan terakhir dilakukan
pengamatan dengan parameter aroma, warna, tekstur/kekohan gel, dan rasa.
2.2.4 Analisa Data
1.
Aroma
Gambar
1. Nilai kesukaan aroma berdasarkan
perbedaan formulasi bahan
Dapat
dilihat dari diagram diatas hasil analisis aroma pada produk restrukturisasi
buah dengan nilai kesukaan panelis berdasarkan perbedaan formulasi bahan yang
digunakan yaitu konsentrasi penambahan CaCl2 yang ditambahkan. Nilai
yang paling tinggi adalah pada konsentrasi penambahan CaCl2 dengan
konsentrasi karagenan 1,5%, kemudian disusul oleh konsentrasi CaCl2
dengan konsentrasi karagenan 1%, kemudian konsentrasi 2%. Hasil yang didapatkan tidak signifikan.
Penambahan CaCl2, STPP, dan karagenan tidak menyebabkan peluang
kehilangan aroma. Selain itu juga tidak ada metode atau perlakuan yang dapat
menyebabkan restrukturisasi buah nagka kehilangan senyawa volatil, sehingga
aroma buah nangka tetap memiliki aroma yang sama dengan buah aslinya. Aroma
buah nangka berasal dari senyawa etil butirat.
2.
Warna
Gambar
2. Nilai kesukaan warna berdasarkan
perbedaan formulasi bahan
Hasil
analasis warna pada produk restrukturisasi
buah dengan nilai kesukaan panelis berdasarkan perbedaan formulasi bahan yang
digunakan yaitu konsentrasi penambahan CaCl2 dapat dilihat dari diagram di atas.
Produk yang memiliki nilai paling tinggi adalah pada penambahan CaCl2
dengan konsentrasi 2%. Hal ini dikarenakan warna produk tersebut memiliki warna
yang paling cerah. Produk buah hasil restrukturisasi cenderung memiliki warna
yang mirirp dengan buah segarnya. Hal ini karena bahan pembentuk gel sebagai
pengikat yang digunakan tidak secara nyata memperngaruhi warna (Raharjo dan
Zaki, 2002).
3.
Tekstur/Kekukuhan Gel
Gambar
3. Nilai kesukaan tekstur/kekukuhan gel
berdasarkan perbedaan formulasi bahan
Hasil
analisis warna pada produk restrukturisasi buah dengan nilai kesukaan panelis
berdasarkan perbedaan formulasi bahan yang digunakan yaitu konsentrasi
penambahan CaCl2 dapat
dilihat dari diagram di atas. Panelis lebih menyukai produk dengan penambahan
konsentrasi CaCl2 2%. Hal ini disebabkan karena produk tersebut yang
paling memiliki tekstur gel yang paling kokoh. Hal ini sesuai dengan literatur
yang menyatakan bahwa penggunaan CaCl2 sebagai sumber kalsium untuk
pemebentukan gel kalsium alginat menghasilkan gel yang lebih kukuh. Jadi
semakin banyak konsentrasi CaCl2 yang ditambahkan pada produk
restrukturisasi maka akan menghasilkan produk restrukturisasi dengan tingkat
kekukuhan gel atau teksturnya semakin kuat (Raharjo dan Zaki, 2002)
4. Rasa
Gambar
3. Nilai kesukaan rasa berdasarkan
perbedaan formulasi bahan
Hasil
analasis warna pada produk
restrukturisasi buah dengan nilai kesukaan panelis berdasarkan perbedaan
formulasi bahan yang digunakan yaitu konsentrasi penambahan CaCl2 dapat dilihat dari diagram di atas.
Produk yang paling disukai oleh panelis adalah produk dengan penambahan CaCl2
konsentrasi 1% dan yang tidak disukai adalah CaCl2 2%. Hal ini
dikarenakan rasa pada produk yang dengan menggunakan CaCl2 2%
cenderung memiliki rasa pahit. Sesuai dengan literatur dari Raharjo dan Zaki
(2002) menyatakan bahwa konsentrasi CaCl2 dengan konsentrasi yang
tinggi cenderung menyebabkan timbulnya rasa yang berbeda dengan rasa dari buah
segarnya. Hal ini dimungkinkan karena penggunaan CaCl2 dengan kadar
yang relatif tinggi bisa memberikan rasa pahit yang mengganggu.
2.3 Restrukturisasi
Buah Alpukat dan Buah Mangga
2.3.1 Metodelogi
Buahalpukat dan buah manggayangsudah masak
diperolehdaripasarlokaldibersihkan darikotorandandiambildagingbuahnya.
Buahdipotong- potongkemudiandicacahmenggunakan chopperhingga diperolehbuburbuah.Natrium alginatdenganviskositas
rendahsebanyak
1%b/b,Ca-klorida
1%b/b,Ca-laktat 1%
b/b, natrium polifosfat 0,1% b/b (Sigma
Chemical Co., USA),danCa-laktatencapsulated
1%b/b(Balchem, USA) digunakansebagaibahanpembentuk
gelsecaranon- thermal.Banyaknyabahantambahandidasarkan
pada ukurantiap batch perlakuan sebanyak1500 gram
yang terdiridari 60%b/b
bubur buah dan
40%b/b air yang ditambahkandansekaligusmelarutkanalginat.
Bubur buah
dicampur dengan larutan alginat
di dalammixer(Philips,modelHR2992/B,Holland)dengan kecepatan484rpmselama5menit.Untukperlakuanyang
menggunakan
Ca-kloridadanCa-laktatmakalarutan
natrium polifosfat ditambahkan terlebih dahulu
dan dicampur dengan bubur buah selama
5 menit.
Penambahan Ca-kloridaataupunCa-laktatdilakukan kemudiandandicampurdalammixerdengankecepatan 580rpmselama15detik.Sedangkan padaperlakuan
denganCa-laktatterkapsulasi tidakmemerlukan penambahan natriumtripolifosfat,namunpencampuran dengan buburbuahdilakukandalammixerselama 5menit. Pencetakan
(molding)dilakukandenganmemasukkan
campuran
buburbuahkedalamcupplastiksebanyak kurang lebih 50 gram di tiap wadah. Selanjutnya cup ditutup dandisimpandidalamrefrigeratorselama
semalam untukmenuntaskan pembentukan
gelCa-alginatyang
memerangkapbuburbuah.Produkhasilrestrukturisasisiap
dilakukan pengujian sensoris ataupun
fisikPengujian
dilakukantiaptigahari sekalihinggaharike-9selamapenyimpanan produkpada
suhu4oC.
2.3.2 Hasil
Restrukturisasi
Produk
buah hasil restrukturisasi cenderung memilikiwarnayangmiripdenganbuahsegarnya.
Halini bisadipahami karenabahanpembentuk
gelsebagai pengikatyangdigunakantidaksecaranyatamempengaruhi warna.Kenampakan produkbuahhasilrestrukturisasi
selamapenyimpanan
dinginselama9harimenyebabkan perubahandan perbedaandengankenampakan buahsegarnya. Penggunaan
kalsium(1%)dan alginat(1%)sebagaipembentuk geldalamprodukhasil restrukturisasi
tidakmenimbulkan mouthfeelyang
menggangu
didalamronggamulutpadasemuajenisbuah
yangditeliti.Selainituselamapenyimpanandingintidak
adaperbedaan
nyataatributmouthfeel
iniuntuktiapjenis produk.Buahhasilrestrukturisasidengangelkalsium(1%)/alginat(1%)memiliki
teksturyangcukupkukuhseperti
ditunjukkanoleh nilai dari panelis yang sebagian besar
berkisar3,5-4,5 (Raharjo, 2002).
Ujisensoristerhadapprodukrestrukturisasi
menunjukkanbahwa
penggunaan Ca-kloridadengankonsentrasi
1%b/b cenderungmenyebabkan timbulnyarasayangberbeda denganrasadaribuahsegarnya.
Halinidimungkinkan karenapenggunaan Ca-kloridadengankadaryangrelatif tinggibisamemberikan
rasapahityangmengganggu.
Penggunaan Ca-laktatmemberikan pengaruh
terhadap rasayanglebihkecildibandingkan
denganCa-klorida.
Ketigajenissumber kalsiumyangdigunakan
tidak memberikan pengaruhyangnyataterhadaparomaproduk buah hasil
restrukturisasidi awal periodepenyimpanan. Namunselama9haripenyimpanandinginprodukbuah
hasilrestrukturisasi memilikiaromayangsemakinberbeda (semakin tidakmirip)denganaromabuahsegarnya (Raharjo, 2002).
Tabel 1. Penilaianuji
sensoristerhadapprodukbuahalpukathasilrestrukturisasiyangdisimpandingin(4oC)hingga9 hari.
Tabel 2. Penilaianuji sensoristerhadapprodukbuahmanggahasilrestrukturisasiyangdisimpandingin(4oC)hingga9 hari.
2.4 Restrukturisasi
Buah Sawo
Prinsip
pembuatan restrukturisasi buah dengan cara membuat gel kalsium alginat yang
diformulasikan dengan natrium alginat dan perendaman dalam larutan kalsium
laktat untuk memperoleh tekstur menyerupai buah segar meskipun tidak mengandung
bubur buah yang sesungguhnya. Penambahan pektin pada sistem gel alginat
tersebut diketahui bisa memperbaiki
sifat sensoris dari gel yang dihasilkan (Luh, 1997). Sasaran dari teknik
restrukturisasi khususnya pada buah adalah diperolehnya produk buah segar yang
memiliki bentuk, ukuran, dan kenampakan yang mudah dukendalikan, namun masih
memiliki cita rasa yang mirip buah aslinya (Hannigan, 1983). Salah satu contoh buah
yang dapat direstrukturisasi adalah buah sawo. Berikut adalah diagram alir dari
pembuatan restrukturisasi buah sawo:
Gambar
1. Diagram Alir Pembuatan Restrukturisasi Buah Sawo
Langkah
pertama yang dilakukan adalah menyiapkan semua bahan yang akan digunakan yaitu
buah sawo, CaCl2, karagenan, aquades, dan alat-alat yang akan
digunakan.Setelah semua bahan dan alat siap kemudian dilakukan penghalusan
terlebihdahulu pada buah sawo, penghalusan ini bertujuan agar dapat mempermudah
untuk pencampuran bahan lainnya. Setelah buah sawo mejadi bubur,kemudian
dilakukan penimbangan 3 kali ulangan masing-masing 150 gram bubur buah sawo.Setelah
ketiganya siap kemudian ditambahkan STTP sebanyak 0.5 gram yang telah
dilarutkan dengan aquades sebanyak 10 ml sambil diaduk dengan menggunakan mixer
selama 5 menit. Penambahan STTP
ini berfungsi untuk pembentukan gel alginat yang mana berfungsi mengatur pelepasan Ca dan
mempermudah kelarutan alginat dalam air, dan mixer selama 5 menit berfungsi
untuk menghomogenkan campuran STTP
dengan bubur buah sawo (Hannigan, 1983).
Setelah
5 menit selanjutnya ditambahkan karagenan sebayak 2.5 gram yang telah
dilarutkan dengan aquades sebanyak 40 ml dan sambil diaduk dengan menggunakan
mixer selama 15menit. Fungsi penambahan karagenan adalah untuk membentuk gel
karena karagenan memiliki kemampuan membentuk gel seperti halnya gelatin, namun
sifat gel karagenan rapuh dan kurang elastis.Setelah ditambahkan karagenan dan
diaduk selama 15 menit kemudian dilakukan penambahan CaCl2sambil
diaduk dengan menggunakan mixer selama 5 menit, fungsi dari CaCl2 adalah
berfungsi untuk membentuk ikatan silang dengan guluronat sehinga membentuk gel
alginat kalsium serta pengadukan selama 5 menit bertujuan untuk menghomogenkan
semua campuran bahan. Setelah semuanya tercampur, kemudian dituangkan ke dalam
wadah gelas atau cetakan, kemudian dilakukan pendinginan selama 24 jam yang berfungsi
untuk membentuk tekstur (Hannigan, 1983).
2.5
Restrukturisasi Buah Sirsak
Sirsak
(Annona muricata Linn) merupakan buah yang mempunyai kandungan gizi yang cukup
banyak seperti vitamin A, B dan C juga beberapa mineral seperti kalsium, fosfor
dan zat besi. Tetapi buah sirsak mempunyai kulit penuh duri kecil dan biji yang
cukup banyak sehingga agak sulit untuk dikonsumsi. Teknik restrukturisasi buah
dengan penggunaan sistem gel polisakarida antara alginat dan ion kalsium dapat
memberikan sedikit perubahan sifat dan kandungan zat gizi agar sirsak lebih mudah
dikonsumsi.
Penelitian
Raharjo (2012), menjelaskan pembuatan produk restrukturisasi buah sirsak yaitu
sebagai berikut:
·
Buah
sirsak dibersihkan dari kotoran dan diambil daging buahnya.
·
Buah
dipotong-potong kemudian dicacah menggunakan chopper hingga diperoleh bubur
buah.
·
Bubur
buah dicampur dengan alginat didalam mixer dengan kecepatan 484 rpm selama 5
menit.
·
Ditambahkan
Ca-klorida dan dimixer dengan kecepatan 580 rpm selam 15 detik.
·
Dilakukan
pencetakan (molding) dengan memasukkan campuran bubur buah kedalam cup plastik
sebanyak ± 50 g tiap wadah.
·
Cup
ditutup dan disimpan didalam refrigerator selama 1 malam untuk menuntaskan
pembentukan gel Ca-aginat yang memerangkap bubur buah.
Proses tersebut menggunakan metode internal setting, yaitu kalsium dalam bentuk bubuk kering
ditambahkan pada proses pencampuran. Hasil penelitian tersebut menghasilkan
produk restrukturisasi dengan pH berkisar 4,0 – 5,9. Dengan demikian masih
memungkinkan terbentuknya gel kalsium alginat, karena menurut Teori (McHugh,
2000) mengemukakan bahwa gel kalsium alginat bisa terbentuk secara irreversibel
pada kisaran ph 3,8-10. Produk buah hail restrukturisasi cenderung memiliki
warna yang mirip dengan buah segarnya. Hal ini dikarenakan bahan pembentuk gel
sebagai pengikat yang digunakan tidak secara nyata mempengaruhi warna.
Penggunaan Ca-laktat memberikan pengaruh terhadap rasa yang lebih kecil.
Penyimpanan dingin
yang dilakukan selama 9 hari menghasilkan produk buah sirsak hasil
restrukturisasi memiliki aroma yang semakin berbeda (semakin tidak mirip)
dengan aroma buah segarnya. Produk hasil restrukturisasi dari buah sirsak
menunjukkan adanya penurunan tingkat kekukuhan gel selama penyimpanan dingin.
Hal ini diduga disebabkan oleh dalam preparasi produk gel kalsium alginat sudah
ada yang rerbentuk namun dirusak oleh proses pengadukan sekalipun batas
waktunya belum terlampaui (Raharjo, 2012).
BAB
III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan
yang diperoleh dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Penggunaan
sumberkalsiumyangberbedatidak menimbulkanperbedaan aromaprodukhasilrestrukturisasi dibandingkan dengan
buah
segarnya. Selama penyimpanan dinginterjadiperubahankenampakan pada
produkalpukat. Teknik
restrukturisasi
dengan
sumber
kalsiumyangberbedatidakmempengaruhi
nilaiwarnaprodukbuahyangdihasilkanterutama
diawalperiodepenyimpanan.
Penggunaan Ca-klorida
menghasilkan gelyanglebihkukuhdaripadayang menggunakan Ca-laktat.Buahhasilrestrukturisasi masih
dinyatakan dalamkondisibisaditerimaolehpanelishingga sembilanharidalampenyimpanandingin.
2.
DAFTAR
PUSTAKA
Hannigan,
K. 1983. Structured Fruit. Food Engineering. March: 48 – 49
Luh,
N. 1976. A Simulated Fruit Gel Suitable for Freeze Dehydration Pulp and Juices.
Jurnal of Food Science. 55: 1759-1761
Mancini,
F. And McHugh, T.M. 2000. Utilization of
Interaction Between Alginates and Peach Puree to form Novel Restructured Fruit
Products. IFT Annual Meeting, Dallas TX.
McHugh,
T.M., and Mancini, F. 2000. Utilization
Of Interactions Between Alginates And Peach Puree to Form Novel Restructured
Fruit Products. IFT Annual Meeting. Dallas TX, (abstract).
Pujimulyani, Dwiyati. 2009. Teknologi Pengolahan Sayur-sayuran dan
Buah-buahan, Yogyakarta : Graha Ilmu
Raharjo,
S dan Zaki. 2002. Technologi for the Production
of Restructured Meat. Indonesian Food Nutrition Progress. 3(1): 39-53
Raharjo,
S. 1996. Technologies for the production
of restructed meat. IndonesianFood and Nutrition Progress. 3 (1): 39-35
Raharjo, Sri dan Zaki utama.2002. Sifat-Sifat Fisik dan
Sensoris Produk Buah Hasil Restrukturisasi Non-Termal Selama Penyimpanan
Dingin. 8 (1): 11-19
Raharjo,
Sri dan Zaki Utama. 2012. Sifat-sifat fisik dan Sensoris Produk Buah Hasil
Restrukturisasi Non-Termal Selama Penyimpanan Dingin. Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan, UGM. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar