Mempelajari
Proses Produksi Yoghurt di Koperasi
Peternakan Bandung Selatan (KPBS)
(Laporan
Praktik Umum)
Oleh
SUCI
NATA KUSUMA
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
BANDAR
LAMPUNG
2016
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perkembangan persusuan
Nasional telah berlangsung intensif sejak tahun 1979 melalui pengembangan usaha
sapi perah yang berbasis peternakan rakyat. Sapi perah adalah sapi yang dikembangbiakan secara khusus karena kemampuannya dalam
menghasilkan susu
dalam jumlah besar. Di negara-negara maju, sapi perah dipelihara
dalam populasi yang tertinggi, karena merupakan salah satu sumber kekuatan
ekonomi bangsa. Sapi perah menghasilkan susu dengan keseimbangan nutrisi
sempurna yang tidak dapat digantikan bahan makanan lain. Ketersediaan susu di zaman modern ini merupakan hasil
perpaduan antara pengetahuan tentang susu yang telah berusia ribuan tahun
dengan aplikasi teknologi dan ilmu pengetahuan modern.
Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang
dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia betina (Rosginasari, 2013). Susu dapat diolah menjadi berbagai produk turunan susu
seperti yoghurt, mentega, keju, es
krim, susu kental manis, susu bubuk, dan lainnya. Susu dan produk
turunannya dikenal sebagai bahan pangan yang kaya akan gizi yang diperlukan
oleh tubuh manusia. Semakin meningkatnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya kebutuhan gizi menyebabkan permintaan
konsumen terhadap susu relatif meningkat.
Yoghurt merupakan salah satu produk turunan susu yang cukup digemari
oleh masyarakat. Yoghurt
adalah susu asam yang merupakan hasil fermentasi susu oleh bakteri asam laktat
(BAL). Yoghurt biasanya dibuat dengan
menggunakan dua jenis BAL yaitu Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus
bulgaricus sebagai starter. Yoghurt menghasilkan bakteri baik atau
probiotik sehingga mempunyai banyak manfaat bagi tubuh yaitu membantu fungi
saluran cerna serta melawan bakteri patogen dalam usus, sehingga dapat mencegah
kanker saluran cerna atau kanker usus. Selain itu, dapat bermanfaat sebagai
antidiare, antikanker, meningkatkan pertumbuhan, mengatur kadar kolesterol
dalam darah, dan membantu penderita lactose intolerance atau ketidakmampuan
tubuh untuk mencerna dan menyerap laktosa (Astawan, 2008).
Proses produksi yoghurt merupakan salah satu kegiatan
yang berperan penting terhadap kualitas yoghurt
yang dihasilkan, sehingga harus dilakukan secara benar agar memenuhi syarat dan
mutu yoghurt. Proses produksi yoghurt berkaitan dengan keilmuan dasar
Teknologi Hasil Pertanian. Melalui Praktik Umum, mahasiswa dapat
mengaplikasikan ilmunya yang didapat selama perkuliahan dengan terlibat secara
langsung di lapangan. Kegiatan Praktik Umum ini difokuskan pada kegiatan proses
produksi yoghurt di Koperasi
Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
membulatkan teori yang diperoleh
mahasiswa dalam kuliah dan praktikum di laboratorium dengan keadaan
nyata di lapangan dalam rangka penyeimbangan bekal penalaran dan pembekalan
keprofesian di bidang masing-masing. Oleh sebab itu, Praktik Umum di Koperasi
Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan ini perlu dilakukan.
1.2
Tujuan
Praktik Umum
Adapun tujuan dari Praktik Umum (PU) adalah:
1.
Memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk mengaplikasikan beragam pengetahuan yang didapat selama kuliah sesuai
dengan bidang keahliannya, sehingga mahasiswa memperoleh bekal kemampuan
operasional yang sagat berguna bagi calon sarjana.
2.
Melaksanakan salah satu mata kuliah
wajib sebagai syarat untuk menjadi Sarjana Teknologi Hasil Pertanian.
3.
Mengetahui proses produksi yoghurt di Koperasi Peternakan Bandung
Selatan (KPBS) Pangalengan.
1.3
Manfaat
Praktik Umum
1.3.1
Manfaat Praktik Umum bagi Mahasiswa :
a. Mengaplikasikan
pengetahuan atau teori kuliah dalam kehidupan nyata bidang pertanian sesuai dengan
bidang keahliannya.
b. Memperoleh
pengalaman dan keterampilan operasional yang akan membentuk jiwa kewirausahaan
dan professional.
c. Mendewasakan
alam pikiran dalam menelaah masalah yang terdapat di dalam bidang keilmuannya
secara pragmatis ilmiah.
1.3.2
Manfaat
Praktik Umum bagi Perguruan Tinggi :
a.
Memperoleh umpan balik berupa informasi
atau teknologi dan hal-hal lain yang relevan sebagai hasil kerja dan interaksi
antara instansi dan mahasiswa maupun institusi.
b.
Memperoleh bahan dasar bagi studi
pengembangan pendidikan.
c.
Memperoleh media promosi bagi calon
sarjana yang berkualitas.
d.
Memproleh media kerjasama antara
peguruan tinggi dan instansi atau perusahaan.
1.3.3
Manfaat Praktik Umum bagi
instansi/perusahaan lokasi Praktik Umum :
a.
Memperoleh bantuan kerja sementara yang
mempunyai latar belakang pendidikan yang memadai, relevan dengan bidang usaha,
dan murah.
b.
Memperoleh kesempatan untuk menjaring
calon tenaga kerja potensial terdidik.
c.
Memperoleh bahan masukan atau umpan
balik dari peserta dari peserta Praktik Umum atau instansi perguruan tinggi
sebagai sarana kontrol kebijakan.
d.
Memperoleh media sosialisasi program dan
promosi produk instansi atau perusahaan pada dunia luar melalui instansi
perguruan tinggi.
1.4 Waktu, Tempat, dan Metode
Pelaksanaan Kegiatan Praktik Umum
Kegiatan Praktik Umum ini
dilaksanakan selama 26 hari kerja
efektif (218 jam) mulai tanggal 25 Juli sampai dengan 25 Agustus 2016 di
Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Kecamatan Pangalengan, Kabupaten
Bandung, Provinsi Jawa Barat. Metode pelaksanaan kegiatan Praktik Umum ini
yaitu:
1.
Wawancara
Dilakukan terhadap pihak yang
berwenang sesuai dengan petunjuk lapangan atau berupa penjelasan langsung dari
pembimbing lapang.
2.
Pengamatan langsung
Mengamati secara langsung proses
pengolahan dan proses pengujian kualitas susu di Koperasi Peternakan Bandung
Selatan (KPBS) Pangalengan, Jawa Barat.
3.
Praktik Langsung
Ikut
serta dalam proses pengolahan dan proses pengujian kualitas susu di Koperasi
Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan, Jawa Barat.
4.
Pembahasan dan pelaporan
Menginterprestasikan data yang
diperoleh dari Praktik Umum sehingga didapat gambaran dan keterangan sekaligus
laporan pada perusahaan.
II.
KONDISI
DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK UMUM
2.1
Sejarah dan Perkembangan Koperasi
Koperasi Peternakan Bandung Selatan Pangalengan atau yang disingkat KPBS
Pangalengan merupakan sebuah koperasi yang beranggotakan para peternak sapi
perah yang berada di Kecamatan Pangalengan, Jawa Barat. Sejak
zaman penjajahan Belanda di Pangalengan sudah dikenal peternakan sapi perah
yaitu pada awal abad XVII yang dikelola oleh perusahaan Belanda, perusahaan
tersebut adalah De Friesche Terp,
Almanak, Van Der Els, dan Big Man. Perusahaan
mendirikan BMC (Bandungche Melk Center)
untuk pemasaran hasil produksinya. Sewaktu pendudukan Jepang, perusahaan
tersebut dihancurkan dan sapinya dipeliahra oleh penduduk sekitar sebagai usaha
keluarga.
Pada November 1949 didirikan koperasi dengan nama
GAPPSIP (Gabungan Petani Peternak Sapi Indonesia Pangalengan) dengan tujuan
untuk meningkatkan populasi sapi perah serta meningkatkan pendapatannya. Mulai
tahun 1961, GAPPSIP tidak mampu menghadapi labilnya perekonomian Indonesia,
sehingga tataniaga persusuan sebagian besar diambil alih oleh koletor
(tengkulak). Dengan kondisi demikian peternak mengalami kerugian karena harga
susu yang diterima sangat rendah bahkan tidak sedikit jerih payah peternak
tidak dibayar. Dengan situasi dan kondisi tersebut, tahun 1963 GAPPSIP tidak mampu
melakukan kegiatannya sebagai koperasi. Menyadari keadaan tersebut, atas
prakarsa beberapa tokoh masyarakat yang disepakati oleh peternak pada tanggal
22 Maret 1969 didirikan koperasi yang diberi nama Koperasi Peternakan Bandung
Selatan yang disingkat KPBS Pangalengan. Bersamaan dengan dimulainya rencana
pembangunan lima tahap I (REPELITA I), tanggal 1 April 1969 KPBS Pangalengan
diberi Badan Hukum dan tanggal tersebut merupakan Hari Jadi KPBS Pangalengan.
Sejak saat itu mulai mendapat pembinaan dari Pemerintah Kabupaten Daerah
Tingkat II Bandung, Gubernur Jawa Barat, Dirjen Peternakan dan mendapat bantuan
dari UNICEF.
Pada tahun 1969 – 1979, KPBS mendapat tantangan yang
sangat berat terutama dari segi pemasaran produksi susu. Hal tersebut
disebabkan :
1.
Penerimaan susu oleh Industri Pengolahan
Susu (IPS) hanya pada hari-hari kerja.
2.
Permintaan dari pabrik susu adalah
produksi susu yang telah diproses dengan pendinginan atau pasteurisasi.
3.
Pemasaran susu ke konsumen langsung
cukup sulit disebabkan kualitas susu tidak terjamin serta adanya pemalsuan susu
oleh pengecer.
4.
Tingkat kerusakan susu di koperasi dan
di peternak cukup tinggi.
Rapat Anggota Tahunan 1976 dan 1977 memutuskan untuk
mendirikan Milk Treatment untuk
mengatasi situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan tersebut. Didasari
keputusan Rapat Anggota Tahunan tersebut KPBS Pangalengan menjalin kemitraan
dengan PT. Ultra Jaya untuk membangun Milk
Treatment dengan jangka waktu pembayaran 5 tahun dengan angsuran saham
anggota sebesar Rp. 25/liter.
Pada Januari 1979 dimulai pembangunan Milk Treatment
dan diresmikan pada taggal 16 Juli 1979 oleh Menteri Muda Urusan Koperasi. Pada
bulan November 1982 disaksikan Menteri Koperasi dan Wakil Gubernur Propinsi Jawa
Barat dilaksanakan penandatanganan peralihan manajemen dari PT. Ultra Jaya dan
pada bulan Juli 1983 angsuran dapat dimulai.
Koperasi menyadari terdapat banyak manfaat dengan
dioperasionalkannya Milk Treatment.
Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:
1. Produksi
susu dapat diserap setiap hari walaupun IPS hanya menerima susu pada hari
kerja.
2. Kerusakan
susu dapat ditekan baik di tingkat koperasi maupun di tingkat peternak.
3. Meningkatnya
pelayanan dan usaha dalam bentuk investasi untuk mempercepat kesejahteraan
anggota.
4. Dapat
membantu penerimaan susu dari Koperasi / KUD susu di Jawa Barat tahun 1980 –
1983.
Perkembangan koperasi sampai tahun 1988 yaitu
pemerintah memberikan perhatian dan bantuan kredit sapi perah dari New Zaeland,
Australia, dan Amerika. Kredit sapi tersebut yang diencanakan 7 tahun dapat
dilunasi dalam waktu 5 tahun. Dalam rangka peningkatan mutu genetik dan skala
kepemilikan tahun 1994 mendatangkan sapi dari New Zaeland secara mandiri
sebanyak 2.400 ekor dara bunting dan 1 ekor pejantan unggul.
Pada tahun 1997, koperasi merintis pemasaran ke
konsumen langsung berupa susu pasteurisasai dalam kemasan “Cup dan Bantal”
dengan merk “KPBS Pangalengan”. Perkembangan sampai dengan tahun ini dalam
pelayanan dan usahanya merupakan pola Agribisnis dan Agroindustri dengan
tahapan:
1. Pra-Budaya
2. Proses
Budidaya
3. Pemasaran
Hasil Budidaya
4. Penunjang
Usaha
Dalam melaksanakan pelayanan dan usahanya disamping
mendapatkan pembinaan dari institusi terkait juga unsur Perguruan Tinggi,
Badan-badan usaha, Mitra Usaha, Pakar, Tokoh baik tokoh peternak maupun tokoh
koperasi. Pelayanan dan Usaha yang dilakukan yaitu: “Usaha pokok produksi susu dengan pelayanan beragam”.
2.2
Ruang
Lingkup Usaha dan Kapasitas
Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) memiliki
dua tempat pengumpulan susu segar langsung dari peternak yaitu Tempat Pelayanan
Koperasi (TPK) dan Milk Collection Point
(MCP).
2.2.1
Tempat
Pelayanan Koperasi (TPK)
Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) merupakan tempat
pengumpulan susu segar oleh peternak. Pengumpulan susu segar langsung dari para
anggota di TPK dilakukan sebanyak dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari.
Susu dari setiap anggota yang dikumpulkan diuji terlebih dahulu untuk diketahui
kualitas susunya. Uji yang dilakukan di TPK meliputi uji berta jenis (BJ), uji
organoleptik (rasa, bau, warna, dan kekentalan) dan suhu susu.
KPBS Milk
Cooling Unit (MCU) yaitu tempat untuk mengolah susu segar menjadi susu
dingin (chilled milk). Cooling Unit diperlukan untuk menjaga agar
susu tetap segar dan tahan lebih lama sebelum diproses. Setiap pengunduran
waktu penanganan akan menyebabkan penurunan kualitas susu sejalan dengan
meningkatnya angka bakteri patogen. KPBS memiliki Milk Cooling Unit (MCU) yaitu MCU berada
di wilayah timur (Kertasari) dan Cooling Unit (CU) yang berada di desa
Citere, dan memiliki dua Milk Treatment
yang berada di Pangalengan. Pendirian MCU di wilayah timur dimaksudkan untuk
mengurangi resiko kerusakan susu akibat lokasi yang terlalu jauh sehingga
difokuskan untuk mengolah susu yang berasal dari sekitar wilayah timur.
Sedangkan pendirian Cooling Unit (CU)
di desa Citere dimaksudkan untuk mengumpulkan susu dari TPK yang memiliki kualitas bagus, yang nantinya
akan dibangun menjadi Milk Collection
Point (MCP).
Susu segar yang telah terkumpul di TPK kemudian
dibawa ke Cooling Unit (CU) dan Milk Treatment menggunakan truk tangki.
Susu yang dibawa ke Cooling Unit (CU)
diolah menjadi lebih lanjut menjadi susu dingin (chilled milk) yang khusus didistribusikan ke PT. Ultra Jaya. Sedangkan susu yang dibawa
ke Milk Treatment diolah lebih lanjut
menjadi susu dingin (chilled milk)
dan susu pasteurisasi. Susu dingin (chilled
milk) dari Milk Treatment
didistribusikan sesuai orderan, biasanya didistribusikan ke beberapa mitra
setempat (home industry), ke Milk Treatment II (MT 2) , PT. Indolacto
(khusus hari Jumat), dan sisanya untuk PT. Ultra Jaya. Sedangakan susu
pasteurisasi (kemasan cup dan prepack)
dikemas di Milk Treatment II untuk
selanjutnya didistribusikan ke beberapa wilayah perkotaan.
2.2.2
Milk Collection Point (MCP)
Milk Collection
Point (MCP) merupakan proses pengumpulan susu sapi dari
peternak yang dilengkapi dengan teknologi pendingin yang sudah terintegrasi
dengan system komputerisasi berbasis barcode. Sampai saat ini, KPBS memiliki
tiga MCP yaitu MCP Los Cimaung, MCP Cipanas, dan MCP Warnasari. Sama halnya
dengan Tempat Pelayanan Koperasi (TPK), pengumpulan susu dilakukan sebanyak 2
kali yaitu pagi dan sore. Susu dari setiap anggota yang dikumpulkan juga diuji
terlebih dahulu untuk diketahui kualitas susunya. Susu segar yang diterima di
MCP harus memenuhi beberapa syarat uji. Uji susu yang dilakukan di MCP meliputi
uji alkohol, uji suhu susu, uji berat jenis (BJ), kebersihan susu dan alat bawa
(milk can). Syarat uji tersebut
diberlakukan kepada setiap anggota peternak di MCP, sehingga peternak lebih
disiplin, teratur, dan susu yang disetorkan lebih berkualitas.
Penimbangan jumlah susu di MCP lebih
akurat karena menggunakan sistem digital yang dihitung dalam jumlah kilogram,
sementara di TPK penimbangan susu masih menggunakan literan yang dihitung dalam
jumlah liter. Hitungannya bahwa 1 liter di TPK setara dengan 1,02 kilogram susu
di MCP. Para peternak juga diajari menekan TPC rendah dengan pemakaian alat
seperti foremilk, filter, dan handuk. Peternak
dapat langsung mengakses data-data analisa dan transaksi via barcode sehingga lebih disiplin dalam
menekan jumlah bakteri. Program MCP berhasil meningkatkan kesadaran peternak
untuk memproduksi susu dengan lebih bersih dan efisien sesuai prosedur standar
operasional.
Bedanya dengan TPK, MCP sudah
dilengkapi dengan tangki pendingin dan MCP juga dapat membuat jalur distribusi
susu menjadi lebih cepat. Di TPK, susu yang yang disetorkan harus ditampung
terlebih dahulu dalam tangki truk lalu dibawa ke Milk
Treatment atau Cooling Unit untuk
didinginkan. Sedangkan di MCP sudah memiliki tangki pendingin (cooling tank) sehingga susu dapat
langsung didinginkan menjadi chilled milk
dan tidak perlu dibawa ke Milk Treatment
atau Cooling Unit. Susu dingin (chilled milk) dari MCP didistribusikan
khusus untuk Industri Pengolahan Susu (IPS).
2.3
Letak
Greografis
Kantor Pusat Koperasi Peternakan Bandung Selatan
(KPBS) Pangalengan terletak di Jalan Raya Pangalengan No. 340, Kabupaten
Bandung, Propinsi Jawa Barat. Sedangkan Milk
Treatment Koperasi Peternakan Bandung Selatan terletak di Jalan Koperasi
No. 1 Pangalengan, Desa Pangalengan, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat. Luas areal MT KPBS Pangalengan yaitu 3600 m2 yang
terdiri dari areal bangunan instalasi dan pabrik yang masing-masing luasnya
680,65 m2 dan 304,37 m2. Layout pabrik MT KPBS
tersaji pada Lampiran 1.
Ruang instalasi terdiri dari ruang penjaga, gudang,
bengkel, mushola, dan kantor. Sedangkan bangunan pabrik dibagi menjadi dua,
yaitu MT 1 dan MT 2. MT 1 meliputi ruang kantor, ruang penimbangan, ruang
proses, ruang aula, ruang mikrobiologi,
ruang laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi, ruang proses CIP, ruang
tank produk/ penyimpanan susu, ruang mesin, ruang broiler, dan water hiter. Layout
MT 1 KPBS tersaji pada Lampiran 2.
Sementara MT 2 meliputi ruang kantor, ruang laboratorium kimia dan
mikrobiologi, ruang kultur, ruang produksi (processing
area), ruang penyimpanan (cool room storage), ruang untuk mesin cup dan prepack, ruang untuk krut dan distribusi, ruang gudang mekanik, dan
ruang loker dan kantin. Layout MT 2
KPBS tersaji pada Lampiran 3.
Wilayah pangalengan berbatasan dengan Kecamatan
Banjaran di sebelah utara, Kecamatan Garut di sebelah selatan, Kecamatan Pasir di
sebelah barat, dam Kecamatan Pacet di sebelah Timur. Wilayah kerja KPBS
dikelilingi gunung dengan ketinggian di atas permukaan laut antara 1.000 - 1.420 meter. Suhu udara antara 12 – 28 °C
dengan kelembaban antara 60% - 70% dan struktur tanah andosol. Kondisi alam
tersebut selain cocok untuk perkembangan sapi perah juga cocok untuk perkebunan
serta tanaman sayuran.
2.4
Wilayah
Kerja KPBS
Wilayah kerja KPBS terbagi dalam tiga kecamatan,
yaitu Kecamatan Pangalengan, Kecamatan Kertasari, dan Kecamatan Pacet. Wilayah
kerja KPBS terbagi pula dalam 31 Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) dan 3 Milk Collection Point (MCP). MCP
tersebut tersebar dalam 3 daerah yaitu MCP Los Cimaung, MCP Cipanas, dan MCP
Warnasari. KPBS Pangalengan memiliki beberapa wilayah kerja yang dipimpin
langsung oleh Komisaris Daerah (KOMDA). Setiap KOMDA terdiri dari satu sampai
lima Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) yang berada di sekitar wilayah
Pangalengan. Berikut ini adalah tabel pembagian wilayah kerja KPBS dalam TPK
dan MCP.
Tabel
1. Pembagian wilayah kerja KPBS dalam TPK
No TPK Kode TPK Wilayah
1 Kebon Jambu KBJ Barat
2 Babakan Kiara BBK KR Barat
3 Barusulam BRSM Barat
4 Citawa CTW Timur
5 Babakan Cibuluh BBK CB Barat
6 Cipangisikan CPNSK Barat
7 Pangkalan PKL Barat
8 Citere CTR Barat
9 Wates WTS Barat
10 Cisangkuy CSKY Barat
11 Pintu I PNT I Barat
12 Babakan Cinangsi BBK CS Barat
13 Cisabuk CSBK Barat
14 Pajaten PJTN Timur
15 Wanasuka II WNSK II Barat
16 Sukamenak SKM Barat
17 Bojong Waru BJW Barat
18 Lembang Sari LBSR Timur
19 Sukapura SKPR Timur
20 Gunung Cupu GNCP Barat
21 Ciawi CWI Barat
22 Pulosari PLSR Barat
23 Wanasuka I WNSK I Barat
24 Mekar Mulya MKMY Barat
25 Lodaya LDY Timur
26 Goha GOHA Timur
27 Pangalengan PLN Barat
28 Cibeureum CBRM Timur
29 Cikembang/ Plered CKB/ PLD Timur
30 Cihawuk CHWK Timur
31 Kertasari KTS Timur
Sumber:
Koperasi Peternakan Bandung Selatan (2016)
2.5
Struktur
Organisasi
Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) memiliki Milk Treatment yang merupakan tempat
pengolahan susu milik KPBS sehingga struktur organisasinya berada di bawah
administrator KPBS. Struktur organisasi KPBS dan Milk Treatment berbentuk garis dan staf. Garis berarti terlibat
secara langsung dalam proses produksi dan pemasaran produk. Staf merupakan
pendamping pemimpin yaitu sebagai pemberi nasehat, dan pendukung dalam
menyumbang efisiensi dan pemeliharaan koperasi. Rapat Anggota Tahunan (RAT)
terdiri atas seluruh anggota KPBS. RAT adalah badan tertinggi yang dijadikan
sebagai penentu kebijakan dan memiliki wewenang untuk mencabut serta menerima
anggota maupun pengurus sekaligus dapat memberikan Anggaran Dana (AD) dan
Anggaran Rumah Tangga (ART). Struktur organisasi KPBS Pangalengan tersedia pada
Lampiran 4.
Susunan Pengurus KPBS periode 2010-2016 yaitu:
·
Ketua umum : H. Aun Gunawan, SE
·
Ketua I :
H. Engkun Maskun
·
Ketua II :
Ir. Muhammad Nasrum
·
Sekretaris : Ir. Adang Shalahuddin
·
Bendahara : Hj. Rahmi Hartini
Tim Pembina KPBS periode 2010-2016 yaitu:
·
Bupati Kabupaten Bandung
·
Ka. Dinas Koperasi & UKM Kab.
Bandung
·
Ka. Dinas Peternakan & Perikanan
Kab. Bandung
·
Muspika Kec. Pangalengan, Kertasari
& Pacet
Susunan Pengawas KPBS periode 2010-2016 yaitu:
·
Ketua :
H. Ayi Dimyati
·
Anggota :
Wawan Hermanto
·
Anggota :
Amo Warmo
Tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian
adalah sebagai berikut:
1. Pengurus
Pengurus terdiri atas tujuh orang yang dipilih oleh
anggota dengan masa jabatan empat tahun. Pengurus bertanggung jawab mengelola koperasi,
mengajukan Rapat Anggota Tahunan (RAT), memilih dan mengangkat seluruh Manajer
serat mempertanggungjawabkan kerjanya kepada forum Rapat Anggota Tahunan (RAT).
2. Badan
Pembina
Badan Pembina terdiri atas lembaga pemerintahan dan
lembaga pelatihan yang berwenang dalam memberikan saran untuk kemajuan
koperasi. Lembaga-lembaga yang terlibat diantaranya adalah Bupati Bandung,
Dinas Koperasi dan PKM, Dinas peternakan Kabupaten Bandung, dan Muspika
Pangalengan, Pacet, dan Kertasari.
3. Badan
Pengawas/ Pemeriksa
Badan pengawas terdiri atas tiga orang yang terpilih
saat Rapat Anggota Tahunan (RAT) untuk masa jabatan dua tahun. Badan pengawas
bertugas mengawasi kebijakan pengurus terutama dalam bidang keuangan seperti
administrasi keunangan, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, membuat
laporan tertulis tentang hasil pengawasannya dan memberikan saran-saran kepada
pengurus berdasarkan hasil pengawasannya.
4. Manajer
produksi
Manajer produksi bertugas merencanakan rencana kerja
dan rencana anggaran pendapatan dari belanja unit usaha produksi, mengawasi sekaligus mengoreksi
kegiatan-kegiatan seluruh unit produksi, mengawasi penampungan susu dari
anggota peternak yang dilaksanakan berdasarkan standar yang telah ditetapkan,
mengembangkan penanganan produksi susu, melakukan pembinaan anggota,
menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan dengan tertib dan teratur.
Manajer produksi juga bertanggung jawab terhadap kualitas susu, kerusakan susu
atau terjadi penyusutan susu selama proses distribusi sampai ke tempat
pengolahan, serta sarana dan prasarana.
5. Manajer
pengolahan
Manajer pengolahan bertugas merencanakn rencana
kerja dan rencana anggaran pendapatan dari belanja unit usaha pengolahan, mengawasi sekaligus mengoreksi
kegiatan-kegiatan seluruh unit pengolahan, mengawasi pelaksanaan penerimaan
susu, mengawasi kualitas dan kuantitas susu, melakukan kerjasama dalam
penerimaan dan pengolahan susu dengan KUD unut susu dan pihak ketiga,
menyelenggarakan adminsitrasi umum dan keuangan dengan tertib dan teratur.
Manajer pengolahan bertanggungjawab penuh pada pengurus dan dibantu oleh seksi
teknik dan pengawasan mutu.
6. Manajer
Pemasaran
Manajer pemasaran bertugas merencanakan rencana
kerja dan rencana anggaran pendapatan belanja dan belanja unit pemasaran, mengawasi sekaligus
mengoreksi kegiatan-kegiatan seluruh unit pemasaran, mengembangkan pemasaran susu,
melakukan kerjasama dalam pemasaran susu dengan KUD unit susu dan pihak ketiga,
menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan dengan tertib dan teratur,
mengambil langkah-langkah terhadap kegiatan usaha pemasaran untuk
menghindari kerugian. Manajer pemasaran
bertanggungjawab penuh kepada pengurus dan dibantu oleh seksi pemasaran.
7. Manajer
Kendaraan
Manajer kendaraan bertugas mengawasi sekaligus
mengoreksi kegiatan-kegiatan seluruh unit kendaraan serta pengangkutan susu
dari Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) ke Milk
Treatment dan dari Milk Treatment
ke Industri Pengolahan Susu (IPS) atau distribusi lain hingga pemasaran.
Manajer kendaraan bertanggungjawab kepada pengurus dan dibantu oleh seksi
kendaraan.
8. Manajer
Pariwisata
Manajer pariwisata bertugas untuk mempromosikan
daerah-daerah wisata di Pangalengan dan mengelola sebuah hotel di depan kantor
KPBS, serta memotivasi atau menyalurkan keinginan anggota untuk berekreasi ke
obyek wisata di luar Pangalengan dan bertanggungjawab terhadap sarana dan
prasarana yang digunakan. Manajer pariwisata bertanggungjawab penuh kepada
pengurus.
9. Manajer
Logistik
Manajer logistik bertanggungjawab terhadap
penyediaan kebutuhan ternak anggota, melakukan penarikan pembayaran dari
anggota dan pembayaran pihak ketiga, bertanggungjawab terhadap ketersediaan
barang, kelancaran penagihan, kualitas barang serta sarana dan prasarana.
10. Manajer
Simpan Pinjam
Manajer simpan pinjam bertanggungjawab terhadap
pengambilan kredit sapi dari koperasi ke pemerintahan melalui Bank dan
mengadakan penagihan kredit dari peternak melalui pemotongan produksi.
11. Manajer
Pabrik Makanan Ternak (PMT)
Manajer pabrik makanan ternak bertanggungjawab
terhadap penyusunan dan pengolahan konsentrat, melakukan kerjasama dengan
koperasi atau KUD unit susu dari pihak ketiga, bertangungjawab terhadap ketersediaan
dan kelancaran konsentrat serta sarana dan prasarana.
12. Manajer
Pembibitan
Manajer pembibitan bertugas terhadap ketersediaan
kredit bibit sapi perah, melakukan perencanaan penarikan pembayaran kredit sapi
ke Bank atau pihak ketiga, mendorong peternak untuk melaksanakan penggemukan
sapi jantan, bertanggungjawab terhadap pemilihan calon nasabah serta sarana dan
prasarana.
13. Manajer
Asuransi
Manajer asuransi bertanggungjawab atas pelayanan
asuransi ternak anggota, kesehatan anggota, dan pelayanan asuransi anggota
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, serta bertanggungjawab terhadap klaim
asuransi, dana kesejahteraan ternak dan anggota.
14. Komisaris
Daerah (KOMDA)
Komisaris Daerah (KOMDA) adalah wakil pengurus yang
ditempatkan di daerah dimana para peternak berada. KOMDA bertugas
menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan serta mengambil langkah
terhadap usaha untuk menghindari kerugian, memimpin dan mengkoordinir
karyawan KOMDA yang bersangkutan, dan
melaksanakan kegiatan usaha, menghadiri Rapat Pleno, membuat laporan tentang
kegiatan usaha dan pelayanan bulanan.
2.6
Ketenagakerjaan
Sistem penerimaan tenaga kerja di KPBS Pangalengan
sedikit berbeda karena lebih mengutamakan anggota. Sebagian besar karyawan KPBS
Pangalengan merupakan anggota atau keluarga dari anggota koperasi. Seleksi
penerimaan karyawan baru dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal, calon
karyawan menjalin masa percobaan selama 6 bulan dengan diberikan upah sebesar
80% dari gaji pokok. Calon karyawan yang berdedikasi tinggi, disiplin, dan
memiliki kinerja yang baik akan diangkat menjadi karyawan tetap dan diberikan
beberapa fasilitas diantaranya berbagai macam tunjangan. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan terkait dengan ketenagakerjaan , yaitu:
1.
Jam kerja karyawan
Karyawan KPBS Pangalengan terbagi
menjadi dua bagian, yaitu bagian administrasi dan bagian pabrik (Milk Treatment). Setiap karyawan bekerja
enam hari dalam seminggu, dengan jam kerja untuk karyawan bagian administrasi
pukul 08.00 – 16.00, sedangkan untuk karyawan Milk Treatment memiliki jam kerja berdasarkan shift dan hari libur beradasarkan giliran.
2.
Kesejahteraan Karyawan
KPBS Pangalengan memberikan beberapa
fasilitas untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, diantaranya:
a.
Tunjangan Bebas
Setiap
karyawan diberikan tunjangan bebas. Bagi suami istri yang menjadi karyawan KPBS
maka istri berhak atas tunjangan suami, namun suami tidak berhak atas tunjangan
istri. Akan tetapi bagi suami karyawan yang bukan karyawan KPBS tidak berhak
diberi tunjangan bebas.
b.
Tunjangan Jabatan
Tunjangan
jabatan diberikan kepada beberapa karyawan yang memegang jabatan tertentu.
Besar kecilnya tunjangan jabatan yang didapatkan tergantung dari jabatannya,
misal Manajer, Kepala Seksi, dan Koordinator Daerah.
c.
Tunjangan Kesehatan
Tunjangan
kesehatan diberikan kepada kepada seluruh karyawan yang besarnya tergantung
dari kedudukan jabatannya.
d.
Tunjangan Istri dan Anak
Tunjangan
istri dan anak merupakan tunjangan bebas yang diberikan kepada karyawan yang
memiliki istri dan anak (anak kandung, anak tiri, dan anak angkat). Tunjangan
ini akan diberikan kepada istri dan maksimal tiga orang anak dengan ketentuan
umur tidak lebih dari 22 tahun, belum menikah, dan belum memiliki penghasilan.
e. Tunjangan
Transport
Tunjangan
transport diberikan kepada karyawan yang besarnya berbeda-beda sesuai dengan
aturan yang berlaku.
f. Tunjangan
Hari Raya (THR)
THR
diberikan kepada karyawan yang telah memiliki masa kerja satu tahun atau lebih.
Besarnya tunjangan disesuaikan dengan kemampuan KPBS.
g. Tunjangan
Hari Tua
KPBS
akan memutuskan kerja dan memberikan tunjangan hari tua berupa santunan
asuransi dan pesangon sesuai masa kerja kepada setiap karyawan yang telah
berumur 50 – 55 tahun atau 20 tahun masa kerja bagi perempuan dan 25 tahun masa
kerja bagi laki-laki.
2.7
Sarana
Penunjang Produksi
2.7.1.1 Laboratorium
KPBS Pangalengan memiliki dua buah laboratorium
yaitu laboratorium fisika kimia dan laboratorium mikrobiologi yang
masing-masing terdapat di MT 1 dan MT 2. Laboratorium ini berfungsi sebagai
tempat untuk menguji kualitas susu baik secara fisika, kimia maupun
mikrobiologi. Didalam laboratorium tersebut terdapat beberapa alat uji yang
digunakan sebagai sarana penunjang untuk pengujian kualitas susu. Di
laboratorium MT 1 terdapat alat lactosocpe
yang berfungsi untuk mengetahui komposisi susu, lemari pendingin, autoklaf,
oven, inkubator, beberapa alat kimia seperti rubber bulb, tabung reaksi, pipet
tetes, rak tabung reaksi, dan lainnya serta beberapa alat uji mikrobiologi. Di
laboratorium MT 2 juga terdapat beberapa alat uji kualitas susu seperti moisture analyse untuk mengukur kadar
air, lemari pendingin, timbangan digital, alat-alat kimia fisika dan
mikrobiologi lainnya.
2.7.1.2 Alat
Transportasi
Sarana trasnportasi dan distribusi utama yang
digunakan Milk Treatment KPBS adalah
truk tangki yang terbuat dari bahan stainless
steel. Truk tangki digunakan untuk mengangkut susu baik sebagai bahan baku
maupun produk jadi berupa susu dingin dari MT KPBS menuju Industri Pengolahan
Susu (IPS). Dua jenis truk tangki yang digunakan sebagai pengangkut susu yaitu
truk daerah dan truk IPS. Truk dilengkapi dengan pompa sentrifugal dan selang
untuk mengalirkan susu dari dump tank
yang berada di TPK ke dalam tangki pada truk atau dari tangki truk ke dalam bak
penimbangan di MT KPBS. Kapasitas tangki pada truk daerah sebesar 4.000 – 5.000
liter. Sementara truk IPS memiliki kapasitas tangki sebesar 8.000 – 10.000
liter. Tangki pada truk terdiri dari beberapa lapis dengan tujuan
mempertahankan suhu susu pada temperature 4°C.
Truk berukuran besar ini digunakan untuk mengangkut susu dari Cooling Unit (CU) milik KPBS atau dari Milk Collection Point (MCP) ke IPS.
Selain itu, ada juga truk box yang digunakan untuk memasarkan atau
mendistribusikan produk olahan turunan susu.
2.8
Pemasaran
Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan
adalah salah satu koperasi Indonesia yang bergerak di sektor industri
pengolahan susu. Sistem pemasaran yang diterapkan oleh KPBS adalah job order. Job order adalah sistem
pendistribusian produk yang kapasitas produksinya disesuaikan dengan jumlah
pesanan yang ada. Jadi, jumlah susu yang diproduksi oleh KPBS disesuaikan
dengan jumlah pesanan dari pihak distributor. Namun, bila jumlah produk yang
dipesan lebih sedikit daripada jumlah susu yang dihasilkan oleh peternak, maka
KPBS secara otomatis mengolah susu yang tersisa menjadi susu dingin (chilled milk) dan langsung
didistribusikan. Job order dilakukan
untuk menghindari resiko kerugian yang cukup tinggi akibat dari sifat-sifat
susu yang perishable atau mudah
rusak. Produksi susu dari anggota KPBS yang dihasilkan dua kali sehari tidak
dapat dipastikan dan dibatasi. Susu yang dihasilkan anggota setiap hari dan
telah lulus uji kualitas susu harus ditampung, diolah, dan didistribusikan
langsung oleh pihak KPBS untuk menghindari resiko kerusakan.
Susu yang dihasilkan oleh MT KPBS didistribusikan ke
Industri Pengolahan Susu (IPS) dan ke distributor. MT 1 menghasilkan olahan
susu dingin (chilled milk) dan susu
pasteurisasi. Susu dingin dari MT 1 biasanya dilakukan pembagian order dan
didistribusikan ke home industry, MT 2, PT. Indolakto, dan PT. Ultra Jaya.
Sedangkan susu yang didistribusikan ke PT. Frisian Flag Indonesia (FFI) adalah
susu dingin (chilled milk) dari Milk Collection Point (MCP). Susu dari Cooling Unit (CU) juga didistribusikan
yaitu khusus untuk PT. Ultra Jaya. Selain itu ada produk turunan susu yang
diolah di MT 2 seperti yoghurt, keju
mozarella, butter, es krim, dan susu
pasteurisasi (kemasan cup dan bantal) didistribusikan ke para distributor yang
berasal dari wilayah Jawa Barat seperti Bandung, Sukabumi, Cirebon, dan Ciamis.
III.
HASIL
KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
3.1
Topik
Umum
3.1.1
Bahan
Baku
Bahan baku yang digunakan di Milk Treatment (MT) KPBS Pangalengan adalah susu segar yang
diperoleh dari hasil proses pemerahan susu sapi oleh para peternak. Proses
pemerahan susu dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore.
Pemerahan pada pagi hari biasanya dimulai pukul 04.00 – 06.00 WIB dan sore hari
pukul sekitar pukul 15.00 WIB. Sebenarnya tidak semua peternak memerahnya pada
jam tersebut, mereka cenderung menyesuaikan dengan waktu kedatangan petugas di
Tempat Pelayanan Koperasi (TPK). Menurut Anang (2004), hanya dengan selang
waktu 4 jam setelah pemerahan jika tidak ditangani dengan baik maka susu sapi
segar akan berangsur-angsur rusak dan membusuk. Itulah sebabnya mengapa waktu
pemerahan susu setiap peternak berbeda-beda.
Peternak biasanya memerah susu sapi dengan cara
tradisional. Hal-hal yang harus diperhatikan saat proses pemerahan susu sapi
yaitu kondisi ambing, kondisi milk can,
foremilk, dan filter (saringan). Sebelum diperah, ambing sapi dibersihkan
terlebih dahulu dengan air hangat dan handuk/kain basah baru kemudian
dikeringkan dengan kain kering sampai kondisi ambing bersih dan kering. Kondisi
milk can atau wadah untuk penampungan
susu harus bersih, kering, tidak boleh penyok, cacat, atau kotor. Foremilk
harus dilaksanakan yaitu pada perahan pertama (sekitar 2-3 perasan) susu harus
dibuang karena pada perahan pertama susu masih banyak mengandung bakteri yang
akan berpengaruh terhadap besarnya total plate count (TPC). Filter (saringan)
yang digunakan harus bersih, kering, dan tidak bau. Kebersihan ketika proses
pemerahan dapat berpengaruh terhadap kualitas susu. Pemerahan susu harus
dilakukan hingga air susu habis karena pada pemerahan terakhir terdapat Fat dan SNF (Solid Non Fat yaitu laktosa dan protein). Susu yang diperoleh dari
hasil pemerahan susu sapi oleh peternak dikumpulkan di Tempat Pelayanan
Koperasi (TPK) dan ada juga yang dikumpulkan di Milk Collection Point (MCP).
3.1.2 Proses Pengumpulan Susu di Tempat Pelayanan
Koperasi (TPK)
Proses kegiatan pengumpulan susu di TPK dimulai dari
peternak datang membawa susu menggunakan milk
can. Petugas dari KPBS kemudian akan mengambil susu dari TPK menggunakan
truk tangki penampung susu. Petugas TPK yang datang ke tempat terdiri dari tiga
orang yaitu tester, recorder, dan driver. Tester bertugas untuk melakukan pengujian kualitas susu. Recorder bertugas untuk mencatat susu
yang disetorkan oleh para peternak. Driver
bertugas untuk mengawasi volume susu dan menjaga kebersihan kendaraan truk
tangki pengangkut susu serta kebersihan saringan yang digunakan untuk menyaring
susu sebelum dimasukkan ke dalam tangki. Susu yang dibawa oleh peternak
dilakukan pengujian terlebih dahulu sebelum dimasukkan dalam truk tangki
penampung susu. Jadwal pengumpulan susu di TPK dilakukan sebanyak 2 kali yaitu
pagi pukul 05.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 WIB.
Susu dari peternak dibawa menuju TPK menggunakan milk can dan sebelumnya disaring terlebih
dahulu menggunakan kain penyaring. Sebelum susu dari peternak diterima oleh
petugas TPK, susu tersebut dilakukan beberapa pengujian terlebih dahulu. Hal
tersebut dilakukan untuk menjaga kualitas bahan baku yang akan digunakan dalam
memproduksi berbagai produk oleh MT KPBS. Sistem pengumpulan susu di TPK masih
dalam bentuk kelompok bukan anggota. Susu segar yang dibawa peternak ditimbang
dengan teko takar (literan) dan kemudian dicatat beratnya oleh recorder .
Pengujian terhadap
susu segar yang dilakukan di TPK antara lain:
1.
Uji Berat Jenis
Uji
berat jenis dilakukan dengan menggunakan alat laktodensimeter. Caranya yaitu
dengan memasukkan sampel susu kedalam gelas ukur (literan) dan alat
laktodensimeter dimasukkan kedalam gelas ukur tersebut. Secara otomatis, berat
jenis akan terlihat pada alat tersebut. Salah satu syarat susu dari peternak diterima oleh petugas di
TPK apabila berat jenis susu minimal 1,025 dan apabila berat jenis susu dibawah
standar maka susu akan ditolak. Biasanya, berat jenis susu dibawah standar
dapat disebabkan oleh kecurangan peternak dengan menambahkan air pada susu
tersebut.
2.
Uji Suhu Susu
Salah
satu syarat susu segar dari peternak diterima oleh petugas TPK apabila suhu
susu berkisar 27 – 30 °C. Susu dari peternak yang bersuhu rendah dibawah
standar biasanya diambil sampelnya. Hal tersebut menunjukkan adanya indikasi
bahwa susu sudah diperah dalam waktu yang cukup lama. Alat yang digunakan untuk
mengukur suhu susu adalah infrared
thermometer.
3.
Uji Organoleptik
Uji organoleptik yang dilakukan di TPK
meliputi warna, bau, dan rasa. Susu yang
baik dan segar berwarna putih kekuningan, berbau khas susu segar, dan rasanya
manis gurih.
Beberapa uji tersebut dilakukan untuk mengetahui
apakah terdapat kecurangan dalam hal pemalsuan susu. Kecurangan yang sering
dilakukan oleh peternak yaitu dengan menambahkan air atau santan kedalam susu
agar volume susu meningkat, menambahkan gula untuk meningkatkan nilai berat
jenis susu, dan penambahan karbonat agar susu tidak mudah pecah. Susu yang
memenuhi syarat kualitas dimasukkan ke dalam truk tangki penampungan susu yang
berkapasitas ± 5.000 liter yang terbuat dari stainless steel yang terbagi menjadi dua bagian bersekat dan ada
pula yang terbagi menjadi tiga bagian bersekat. Tangki penampung susu dibuat
bersekat-sekat untuk menghindari adanya guncangan selama pengangkutan yang
dapat menurunkan kualitas susu (Widodo, 2003). Susu yang telah dikumpulkan di
Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) selanjutnya akan dibawa ke Milk Treatment KPBS untuk diolah dan didinginkan ataupun dibawa ke Cooling Unit (CU) untuk
didinginkan. Susu akan melalui
serangkaian uji kualitas susu di laboratorium Milk Treatment KPBS sebelum masuk pada tahap pengolahan.
3.1.3
Proses Pengumpulan Susu di Milk
Coolection Point (MCP)
Proses kegiatan pengumpulan susu di MCP dianggap
lebih akurat dan modern daripada pengumpulan susu di TPK karena di MCP sudah
menggunakan sistem digital. Proses pengumpulan susu di MCP dimulai dari
peternak datang membawa susu menggunakan milk
can. Petugas MCP yang datang ke tempat terdiri dari tujuh orang yaitu satu
orang leader, dua orang operator, dua orang dumper, dan dua orang tester.
Leader bertugas mengawasi proses
pengumpulan susu mulai dari peternak datang sampai susu didistribusikan. Tester bertugas menguji susu segar yang
dibawa oleh pera anggota. Dumper
bertugas melakukan pengambilan sampel susu untuk uji kualitas susu. Operator bertugas mengoperasikan kerja
komputer, salah satunya melakukan penimbangan susu dengan timbangan digital
yang terhubung langsung dengan komputer.
Jadwal pengumpulan susu di MCP dilakukan sebanyak 2
kali yaitu pagi pukul 05.30 s.d 07.00 WIB dan sore pukul 15.00 s.d 16.00 WIB.
MCP lebih unggul dibandingkan dengan TPK, salah satunya adalah dapat menekan
jumlah kandungan bakteri (total plate count /TPC) susu sehingga meningkatkan
kualitas dan harga susu. Pengujian susu yang dilakukan oleh tester di MCP meliputi uji alkohol, uji suhu
susu, uji berat jenis (BJ), kebersihan susu dan alat bawa. Susu segar yang
diterima di MCP harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya yaitu:
1. Tes
alkohol negatif (susu yang diterima oleh petugas adalah yang tidak pecah/ tidak
menggumpal saat di tes). Tes alokohol negatif dilakukan dengan menggunakan alat
yang disebut gun tester. Alkohol yang
digunakan untuk pengujian ini adalah alkohol 75%. Uji ini dilakukan dengan
memasukan alkohol ke dalam lubang pada alat, lalu sampel susu dimasukkan pada
alat tersebut. Kemudian diamati ada
tidaknya butiran susu yang menempel pada dinding gelas. Menurut Rikafilanti
(2012), apabila susu segar yang sudah tercampur dengan alkohol telah pecah,
maka umur susu telah lebih dari dua jam setelah pemerahan. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa susu berkualitas rendah, mikroba yang terkandung diatas standar, dan daya
tahan susu rendah (Rikafilanti, 2012).
2. Suhu
minimum 28 °C (suhu susu tidak boleh dibawah 28°C, susu dengan suhu dibawah
28°C ditolak)
3. Susu
sudah disaring dan bersih (susu harus bersih saat disetorkan, bila susu
terlihat kotor akan ditolak)
4. Kondisi
milk can sempurna dan bersih (milk can tidak boleh dari bahan plastik,
penyok, rusak, dan harus menggunakan tutup.
Setelah
susu segar yang dibawa peternak dinyatakan
memenuhi syarat maka susu
tersebut diterima. Peternak memindahkan susu yang dibawa kedalam milk can berpenyaring yang sudah
disiapkan di MCP. Susu ditimbang dengan timbangan digital oleh operator dan dilakukan pengambilan
sampel, lalu peternak menunjukkan kartu anggota KPBS (ID card) yang memiliki barcode digital. Setelah kartu dipindai,
keluar kertas kecil berisi data-data seperti nama peternak, volume susu, dan
tanggal. Pengambilan sampel susu ada tiga macam yaitu sampel untuk uji
antibiotik (AB), uji komposisi susu, dan uji total plate count (TPC) yang masing-masing dipisahkan dalam botol
yang berbeda. Sampel untuk uji antibiotik dilakukan setiap hari pada setiap
anggota, sedangkan sampel untuk uji komposisi dan uji TPC dilakukan sesuai
jadwal pengambilan sampel kepada beberapa anggota yang secara otomatis akan
tampil di layar komputer. Hasil uji sampel susu nantinya dapat menentukan harga
jual susu kepada peternak. Peningkatan harga jual susu peternak erat kaitannya
dengan kualitas susu. Salah satu indikator kualitas adalah jumlah kandungan
bakteri dalam susu segar yang didapat dari uji Total Plate Count (TPC). Sejak
program MCP dimulai, harga yang diterima peternak melonjak dari sebelumnya Rp4.300/kg
menjadi Rp4.700 – Rp5.200 per kg.
Susu yang telah ditimbang dan diambil sampel
selanjutnya dituangkan dalam dump tank
berpenyaring yang terhubung langsung dengan tangki pendingin (cooling tank). Di MCP terdapat dua buah cooling tank yang masing-masing berkapasitas 6.000 liter.
Susu didinginkan dalam cooling tank
untuk selanjutnya diangkut oleh truk tangki KPBS berukuran besar dengan
kapasitas ±10.000 liter. Susu dingin (chilled
milk) dari MCP didistribusikan khusus untuk Industri Pengolahan Susu (IPS) di Jakarta seperti PT. Frisian Flag Indoensia
(FFI). Jumlah produksi susu di MCP minimal 5000 l/hari, dan dari ke-tiga MCP
jumlah produksi susu terbanyak terdapat di MCP Los Cimaung yaitu ±8.000 l
/hari.
Setelah susu diangkut oleh truk tangki KPBS, dilakukan
proses pencucian dan pembersihan di MCP. Pembersihan di MCP meliputi pencucian
lantai, pencucian peralatan seperti milk
can, saringan, botol sampel antibiotik (AB) hari sebelumnya yang dinyatakan
negatif, dan pencucian dump tank
serta cooling tank. Proses pencucian dump tank dan cooling tank dilakukan secara otomatis dengan system CIP (Cleaning In Place). Ada dua CIP yaitu
CIP A dan CIP B.
§ Cleaning In Place
(CIP) A
Waktu
yang dibutuhkan untuk proses pembersihan CIP A adalah 46 menit.
Ada
5 tahap proses pembersihan CIP A, sebagai berikut:
Tahap
1 : Pembilasan tank dengan air dingin
kemudian disirkulasi dan air dibuang ke saluran pembuangan. Sirkulasi dilakukan
secara otomatis dengan pompa.
Tahap
2 : Pembilasan tank dengan air dingin
kemudian disirkulasi dan air dibuang ke saluran pembuangan.
Tahap
3 : Pembersihan dengan air panas (suhu 70°C) ditambah alkaline yang berfungsi
untuk menghilangkan lemak yang tertinggal pada saluran pipa dan tank,
disirkulasi kemudian dibuang ke saluran pembuangan.
Tahap
4 : Pembersihan hanya dengan air panas, disirkulasi mulai dari saluran dump tank sampai cooling tank. Kemudian air dibuang ke saluran pembuangan.
Tahap
5 : Pembersihan hanya dengan air panas, disirkulasi mulai dari saluran dump tank sampai cooling tank. Kemudian air dibuang ke saluran pembuangan.
Prisip
dari Cleaning In Place (CIP) adalah
pembilasan, pembersihan, dan pembilasan kembali.
§ Cleaning In Place
(CIP) B
Waktu yang dibutuhkan untuk proses pembersihan CIP B
adalah 60 menit.
Ada 7 tahap proses pembersihan CIP B, sebagai
berikut:
Tahap 1 : Pengisian air dingin, sirkulasi, dan buang
air.
Tahap 2 : Pengisian air dingin, sirkulasi, dan buang
air.
Tahap 3 : Pengisian air panas (suhu
70°C) ditambah larutan asam sitrat, sirkulasi, dan buang air.
Tahap 4 : Pengisian air panas (suhu
70°C) ditambah larutan asam sitrat, sirkulasi, dan buang air.
Tahap 5 : Pengisian air panas, sirkulasi, dan buang
air panas.
Tahap 6 : Pengisian air panas, sirkulasi, dan buang
air panas.
Tahap 7 : Pengisian air panas, sirkulasi, dan buang
air panas.
Prinsipnya adalah pembilasan, penggunaan
zat kimia, dan pembilasan kembali. CIP B dilakukan hanya sekali setiap empat
kali proses CIP. Hal tersebut dilakukan karena CIP B menggunakan bahan bahan
kimia yang lebih keras. Proses CIP biasanya dilakukan pada pagi hari karena
pada sore hari di cooling tank masih
terdapat susu yang belum ditransfer ke truk tangki.
Higienitas
sangat dijaga dalam MCP karena MCP dilengkapi dengan tempat pencucian milk can yang telah terstandardisasi. Aturan
untuk memaksa peternak mencuci milk
can miliknya ditempat
penampungan susu menjadi fokus utama untuk mengurangi TPC (Total Plate
Count) pada susu. Pada tempat pencucian tersebut dilengkapi dengan sabun,
disinfektan, dan air bersih. Dengan demikian, milk
can yang dibawa pulang
peternak sudah dipastikan bersih dan siap disimpan. Jadi, sampai dirumah,
peternak tinggal menyimpan milk
can tersebut. Perubahan
sistem dari liter ke kilogram menyebabkan peternak mendapatkan penghasilan
tambahan karena 1 liter setara 1,02 kilogram. Artinya dari 50 liter, peternak
masih memiliki 1 kilogram susu yang bisa dijual. Kenaikan harga tersebut tidak
lepas dari meningkatnya kualitas susu.
Milk
Collection Point (MCP) dapat membuat jalur distribusi susu menjadi lebih
cepat, jika sebelumnya di TPK harus ditampung terlebih dahulu dalam tangki
pendingin lalu dibawa ke Milk Treatment KPBS, kini tidak lagi. Penghitungan
susu yang disetor peternak menggunakan sistem barcode digital. Hal ini
memudahkan pengukuran kualitas dan meminimalisasi kesalahan dalam penghitungan.
Setoran susu di MCP juga dihitung perorangan, sedangkan di TPK masih dalam
hitungan kelompok.
3.1.4
Pengujian
Susu Segar di Laboratoium
Pengujian susu di laboratorium MT 1 KPBS dilakukan
untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Pengujian susu segar dilakukan
sebagai pengawasan mutu terhadap bahan baku . Milk Treatment 1 KPBS melakukan pemeriksaan pada setiap susu yang
datang baik pada pagi hari ataupun sore hari. Sebelum dilakukan pengujian,
sampel susu diambil dari tangki truk TPK oleh petugas. Susu dalam tangki truk
diaduk menggunakan pengaduk, sampel susu diambil sebanyak 300-500 ml dan
dituangkan dalam cangkir stainless steel
kemudian diserahkan ke laboratorium untuk untuk diperiksa. Uji pemeriksaan
kualitas susu meliputi uji kimia fisika dan mikrobiologi. Beberapa uji yang
dilakukan di laboratorium MT 1 KPBS, sebagai berikut:
1.
Uji resolic
acid
Uji
resolic acid dilakukan dengan menambahkan
2 ml susu ke dalam tabung reaksi yang berisi 2 ml alkohol dan 2 tetes resolic acid. Kemudian diamati warnanya,
apabila berwarna merah jambu maka dinayatakan negatif dan apabila berwarna
merah maka dinyatakan postif. Prinsip pengujian ini yaitu dengan penambahan
karbonat yang memiliki sifat asam dicampur ke dalam susu yang bersifat ampoter
sehingga menghasilkan warna merah jambu. Pengujian ini bertujuan untuk
mengetahui adanya pemalsuan terhadap susu dengan penambahan karbonat kedalam
susu.
2.
Pengujian rezasurin
Uji
rezasurin termasuk dalam uji
mikrobiologi, yaitu dengan meggunakan indikator rezasurin dan hasil pengujian dilihat dari warna yang dihasilkan
dari campuran susu dengan rezasurin.
Prinsip pengujian ini adalah reaksi yang terjadi antara mikroba dengan rezasurin yang akan menghasilkan warna
yang berbeda untuk kisaran jumlah mikroba yang berbeda. Tahapan pengujian rezasurin yaitu:
-
Sampel susu 10 ml dimasukkan dalam
tabung reaksi menggunakan rubber bulb,
dan ditambahkan 1 ml rezasurin kemudian
kocok hingga sampel homogen.
-
Tabung reaksi tersebut direndam dalam water
bath (suhu 37°C) selama 1 jam. Pemilihan suhu tersebut karean suhu 37°C
merupakan suhu optimal rekasi antara rezasurin
dengan mikroba untuk menghasilkan warna.
-
Pengamatan dilakukan setiap 30 menit
yaitu dengan mengamati perubahan warna pada sampel dalam tabung reaksi. Lalu
dicatat grade dari hasil pengamatan.
3.
Pemeriksaan komposisi
Pemeriksaan komposisi susu dilakukan
dengan alat lactoscope. Komposisi
susu yang diuji meliputi lemak, protein, laktosa, total solid, dan Freezing Point (FP). Tahapan
pengujiannya yaitu sebagai berikut:
-
Sampel susu dalam botol dikocok atau
sampel susu dalam cangkir stainless steel
diaduk hingga homogen dan dimasukan sampel kedalam input pipet lactoscope
-
Kode / nama dimasukkan ampel ke dalam
computer, menekan enter / klik measure dan ditunggu beberapa saat (kurang lebih
50 detik)
-
Menekan tombol FEED pada printer maka
akan keluar print out dari hasil
pemeriksaan.
4.
Analisa Antibiotik
Pengujian antibiotik perlu dilakukan
untuk memastikan bahwa susu tidak mengandung residu antibiotik, diketahui bahwa
susu yang mengandung antibiotik dapat berpengaruh terhadap penuruan kualitas
produk olahan. Ditinjau dari aspek teknologi pengolahan susu, keberadaan residu
antibiotika dalam susu dapat menghambat atau menggagalkan proses fermentasi
yang menggunakan mikroba dalam pengolahannya (Ningrum, 2011).
Analisa antibiotik di laboratorium MT 1
ada 3, yaitu:
-
Doctor
Beta
Doctor
beta
digunakan untuk menguji hanya satu jenis antibiotik yaitu betalactam. Lama uji antibiotik dengan Doctor beta berkisar 3 - 5
menit. Susu yang diuji biasanya susu yang berasal dari TPK.
-
Auro
flow
Auroflow
digunakan
untuk uji antibiotik jenis betalactam
dan tetrasiclin. Waktu uji yang
dibutuhkan hanya 5 menit. Uji antibiotik susu ini ditujukan untuk dikirim ke
PT. Ultra Jaya.
-
Delvo
test
Delvo
test digunakan untuk membaca semua jenis antibiotik.
Waktu yang dibutuhkan lebih lama yaitu 3 jam karena harus diinkubasi. Uji
antibiotik ini untuk susu yang akan dikirim ke PT. Frisian Flag Indonesia.
3.1.5
Proses
Pengolahan
Produk utama yang dihasilkan oleh Milk Treatment 1 KPBS adalah susu dingin
(chilled milk) dan susu pasteurisasi.
Sementara produk turunan susu seperti yoghurt,
keju mozzarella, es krim, dan butter diproduksi
di Milk Treatment 2. Proses produksi yoghurt di MT KPBS sangat memperhatikan
susu segar yang menjadi bahan baku utama dalam pembuatan yoghurt.
3.1.5.1
Proses
Pengolahan Susu Dingin (Chilled Milk)
MT 1 KPBS melakukan tahapan-tahapan pra poduksi
terhadap susu segar menjadi susu dingin (chilled
milk) yaitu sebagai berikut:
1.
Penimbangan
Susu
segar dari TPK disalurkan ke bagian bak penimbangan yang disebut milk reception scale dan dicatat
beratnya secara komputerisasi. Berat susu yang tercatat dibandingkan dengan
berat yang dihitung di TPK. Kemudian dilakukan proses penyaringan dengan
menggunakan kain saring yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran. Susu yang
telah ditimbang dan disaring kemudian dialirkan ke dalam bak penampungan
sementara (milk reception vat).
2.
Pendinginan Awal
Susu
dari milk reception vat dialirkan ke
lempeng pendingin penerimaan (plate
cooler) dengan bantuan pompa sentrifugal (sentrifugal pump) yang berfungsi memompa atau mendorong susu
sehingga susu terdorong dan masuk dalam plate
cooler. Prinsip kerja plate cooler
adalah terjadi perpindahan panas secara konveksi dan konduksi dari susu yang
memiliki suhu lebih tinggi (28-31°C) dengan air yang memiliki suhu 0°C. Susu
dan air dialirkan secara berlawanan arah dengan waktu bersamaan yang dipisahkan
oleh dinding berupa plate stainless steel
yang memiliki cetakan alir berbeda. Suhu susu yang mula-mula 28-31°C akan turun
menjadi suhu 5°C. Menurut Legowo (2002) pada saat penyimpanan suhu susu harus
diturunkan hingga suhu dibawah 5°C. Pada susu terdapat enzim glukosa yang
terdiri dari laktosa dan glukosa, dan enzim tersebut biasnaya hanya dapat
bertahan selama 2 jam. Apabila suhu susu diturunkan menjadi 5°C maka bakteri
susu akan terhambat untuk berkembang sehingga susu dapat bertahan sampai 48
jam.
3.
Penyimpanan Sementara
Susu
dingin (chilled milk) dari plate cooler dialirkan untuk ditampung
dalam milk storage tank (tangki
penyimpanan) yang berkapasitas 50.000 liter dengan suhu 0-7°C. Ada dua tangki
penampungan (milk storage tank)
dengan kapasitas 50 ton. Milk storage tank merupakan tempat
penyimpanan sementara susu dingin sebelum memasuki tahapan selanjutnya. Milk storage tank juga berfungsi untuk
mempertahankan susu dan mencegah kerusakan susu dari kontaminasi dengan udara
luar. Susu dari milk storage tank akan
dilakukan pembagian order sesuai pesanan. Pada pagi hari dilakukan pembagian
order untuk home industry, MT 2 KPBS,
PT. Indolacto (hari jumat saja), dan PT. Ultra Jaya. Sedangkan pada sore hari
biasanya susu dingin hanya untuk MT 2 saja untuk diolah lebih lanjut menjadi
produk turunan susu. Diagram alir proses pengolahan susu dingin (chilled milk) dapat dilihat pada Gambar
1.
Kotoran
Kotoran
Gambar
1. Diagram Alir Proses Pengolahan Susu Dingin (chilled milk)
3.1.5.2
Proses
Pengolahan Susu Pasteurisasi
Susu pasteurisasi adalah susu dingin (chilled milk) yang selanjutnya
dipasteurisasi. Proses pasteurisasi dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
1.
Blending
Susu
dingin dialirkan dari milk storage tank
ke dalam blender yang bersuhu 60-70°C. Blender berfungsi untuk melarutkan gula
pada susu. Biasanya gula ditambahkan untuk membuat beberapa rasa pada susu
(coklat dan strawberry).
2.
Mixing
Susu dialirkan ke dalam mixing tank (tangki pencampuran) dengan
kapasitas 2.100 liter. Pada tangki ini akan terjadi pengukuran volume susu yang
masuk. Kemudian dilakukan pencampuran bahan-bahan pembantu seperti flavor,
pewarna, dan stabilizer (cmc) pada
mixing tank tersebut. Mixing tank
disertai dengan pengaduk yang berfungsi
untuk melartukan bahan-bahan yang ditambahkan. Mixing dilakukan pada suhu
50-60°C. Selanjutnya dari mixing tank
dialirkan ke penyeimbang aliran (balance
tank) yang dilengkapi dengan pelampung. Pelampung pada balance tank berfungsi seabgai indikator atau pengatur keseimbangan aliran susu yang memasuki tahap
pasteurisasi.
3.
Homogenisasi
Homogenisasi adalah proses penyeragaman
ukuran globula-globula lemak untuk mencegah pemisahan lemak dan menghindari
terbentuknya lapisan krim apabila susu didiamkan, sehingga lemak merata dalam
susu tanpa terpisah keluar dan mengambang ke permukaan (Roginasari, 2013).
Tahap homogenisasi dimulai dari susu yang ada di balance tank dialirkan ke dalam plat penukar panas tau PHE (Plate Heat Exchanger) regeneratif 1.
Dalam PHE terjadi persinggungan antara lempeng yang berisi air susu dengan
lempeng yang berisi uap panas sehingga terjadi pertukaran panas. Susu yang
keluar dari PHE regeneratif I yaitu
66-70°C dan kemudian susu dialirkan kembali ke homogenizer untuk menyeragamkan ukuran globula lemak dan seluruh
bahan tambahan.
4.
Pasteurisasi
Pasteurisasi
adalah sebuhan proses pemanasan susu dengan tujuan membunuh organism merugikan
seperti: bakteri, virus, protozoa, kapang, dan khamir. Pasteurisasi tidak
mematikan smeua mikroorganisme, tetapi hanya yang bersifat pathogen.
Pasteurisasi dimulai dengan mengalirkan susu ke pasteurizer. Metode pasteurisasi yang digunakan adalah HTST (High Temperature Short Time) dimana suhu
yang digunakan 72-85°C selama 15 detik. Pasteurisasi terjadi di pipa spiral
yang terbuat dari bahan stainless steel.
Susu dipanaskan di PHE regeneratif II (PHE pasteurisasi) hingga suhu susu
menjadi 82-85°C dan ditahan dalam holding
tube selama 15 detik. Menurut Fardiaz (1992), suhu pemanasan yang digunakan
dalam metode HTST yaitu 71,7°C. Walaupun
terdapat sedikti perbedaan suhu antara teori dan pelaksanaan di lapangan, suhu
yang digunakan masih pada kisaran suhu tinggi dimana mikroorganisme tidak dapat
berkembang. Setelah proses pasteurisasi, susu kemudian melewati flow diversion valve untuk mendeteksi
kesempurnaan proses pasteurisasi yang dilakukan. Pemanasan menggunakan suhu
tinggi dan waktu singkat bertujuan untuk mempertahankana kualitas sensori serta
menghindari pemanasan yang berlebihan (over
processed) yang biasa terjadi pada produk.
Pasteurisasi bertujuan untuk mematikan
mikroorganisme yang bersifat pathogen dan memberikan perlindungan maksimal
terhadap penyakit yang dibawa oleh susu dengan mengurangi seminimal mungkin
kehilangan kandungan gizi. Menurut Tamime dan Robinson (1985), tujuan
pasteurisasi adalah mendenaturasi protein susu sampai batas-batas tertentu
sehingga dapat dimanfaatkan dengan mudah oleh kultur yoghurt.
5.
Pendinginan
Setelah
dipasteurisasi, susu masuk ke plat pendinginan (plat cooler) untuk menurunkan suhu susu hingga 2-4°C. Prinsip dari
pendinginan yaitu dengan mengalirkan susu kedalam lempeng pendingin sehingga suhu susu menurun. Pendinginan
terhadap susu yang telah dipasteurisasi bertujuan untuk menghindari pertumbuhan
mikroba yang masih dapat bertahan setelah proses pasteurisasi. Kemudian susu
disimpan dalam tangki penyimpanan sementara yaitu dalam vertical tank atau storage tank dengan suhu susu yang dipertahankan pada 2 -
4°C. Ada tiga storage tank dengan
kapasitas yang berbeda untuk penyimpanan
susu pasteurisasi yaitu susu rasa tawar kapasitas 8000 liter, rasa strawberry
kapasitas 15.000 liter, dan rasa coklat 20.000 liter. Ketiga rasa susu
pasteurisasi tersebut selanjutnya dikemas di MT 2 menggunakan kemasan prepack dan cup dengan berbagai macam
ukuran. Susu pasteurisasi rasa tawar juga akan dibuat produk turunan susu salah
satunya produk yoghurt.
Gambar 2. Diagram Alir Proses
Pengolahan Susu Pasteurisasi
3.2
Topik
Khusus
Milk Treatment
2 (MT 2) KPBS Pangalengan merupakan
tempat khusus untuk memproduksi produk turunan susu diantaranya yoghurt, keju mozzarella, es krim, butter, dan pengemasan susu pasteurisasi
atau susu bantal. Yoghurt merupakan
produk yang dihasilkan melalui fermentasi bakteri pada susu. Berbagai jenis
susu dapat digunakan untuk membuat yoghurt,
namun pada umumnya produk yoghurt
dibuat oleh susu sapi. Yoghurt adalah
salah satu produk hasil olahan susu dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Yoghurt mempunyai nilai gizi yang tinggi
sesuai dengan bahan bakunya yaitu susu. Nilai gizinya terutama terletak pada
protein, lemak dan semua zat-zat di dalam susu seperti asam laktat,
vitamin-vitamin, garam-garam yang semuanya mudah diserap oleh tubuh setelah
menjadi yoghurt. Pembuatan yoghurt
merupakan proses fermentasi dari gula susu (laktosa) menjadi asam laktat yang
menyebabkan tekstur yoghurt menjadi
kental (Gilliland,1985).
3.2.1
Proses
Produksi Yoghurt
Proses pembuatan yoghurt
terdiri dari beberapa tahap yaitu persiapan bahan baku dan bahan tambahan
lainnya, pasteurisasi, homogenisasi, penambahan kultur, pengemasan, dan
penyimpanan. Susu yang digunakan dalam proses pembuatan yoghurt di MT 2 KPBS
adalah susu segar yang telah dipasteurisasi. Proses produksi yoghurt dalam skala besar biasanya
dilakukan dengan menggunakan mesin produksi yoghurt.
Proses produksi dengan mesin produksi yoghurt
pernah dilakukan namun terjadi kendala yaitu adanya busa yang timbul ketika
proses filling atau pengisian dengan
mesin yang mengakibatkan susu dalam kemasan botol tidak terisi penuh. Diagram
alir proses produksi yoghurt dalam
skala besar dapat dilihat pada Gambar 3, dan mesin produksi yoghurt untuk kemasan botol dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 3. Diagram Alir Proses
Produksi Yoghurt
Gambar 4. Mesin Produksi Yoghurt
Proses produksi yoghurt
di MT 2 KPBS terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1.
Persiapan Bahan Baku
-
Susu segar
Bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan yoghurt di MT KPBS adalah
susu segar dari TPK. Susu segar tersebut didinginkan menjadi susu dingin (chilled milk) dan kemudian di
pasteurisasi menjadi susu pasteurisasi. Susu dingin dan susu pasteurisasi
diolah di MT 1, sedangkan fermentasi yoghurt
dilakukan di MT2. Susu pasteurisasi dialirkan dari MT 1 ke MT 2 melalui pipa
yang terbuat dari bahan stainless steel.
-
Starter
Starter
merupakan bagian yang penting dalam pembuatan yoghurt. Starter yang digunakan untuk produksi yoghurt di MT KPBS adalah Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium.
Produksi starter dilakukan dengan mentransfer kultur stok dalam bentuk kering
dan ditambahkan air serta skim milk
powder kemudian diinkubasi pada suhu 42°C selama 6 jam untuk membentuk
kultur induk. Menurut Surono (2004), metode produksi starter untuk
keperluan produksi secara tradisional biasanya dilakukan dengan mentransfer
dari kultur stok baik dalam bentuk cair maupun kering beku atau bekuan yang
disimpan dalam nitrogen cair dibuat kultur induk (mother culture)
kira-kira sebanyak 100 ml, untuk ditransfer tiap hari ke dalam 3 botol atau
lebih kemudian dipilih satu botol terbaik untuk diinokulasikan sebanyak 1% ke
dalam media starter yang lebih besar jumlahnya atau intermediate dan
kemudian diinokulasikan ke dalam media fermentasi.
-
Bahan Pembantu
Bahan-bahan yang ditambahkan dalam
pembuatan yoghurt yaitu skim milk powder, pemanis, pectin, flavor, dan pewarna. Penambahan skim
milk powder dalam pembuatan yoghurt berperan
sebagai sumber laktosa dan nutrisi bagi bakteri asam laktat, serta untuk
memberi tekstur kental pada yoghurt.
Pemanis yan digunakan adalah gula rafinasi yang berfungsi memberikan rasa manis
pada yoghurt dan juga sebagai
pengawet. Penambahan flavor berfungsi
untuk memberi rasa dan aroma pada yoghurt
yang tersedia dalam berbagai varian rasa seperti strawberry, mangga, anggur,
sirsak, dan leci. Pewarna makanan ditambahkan untuk memberi warna pada yoghurt sesuai dengan flavor yang ditambahkan. Penambahan
pektin berfungsi sebagai bahan penstabil untuk memperlembut atau
memperlunak tekstur, membantu membentuk struktur gel, mencegah dan mengurangi
sinergis (keluarnya cairan) pada yoghurt sehingga yoghurt dapat lebih tahan
lama.
2.
Penambahan Starter
Starter ditambahkan ketika suhu susu mencapai 42°C,
dan dilakukan pengadukan sampai rata. Pengadukan bertujuan agar starter dapat
memfermentasikan susu secara maksimal. Starter ditambahkan untuk memproduksi
asam laktat, mempercepat terciptanya kondisi asam, menciptakan konsistensi dan
intensitas rasa yang lebih baik.
3.
Inkubasi
Fermentasi dilakukan pada suhu 42°C yang merupakan
suhu optimum bagi pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium.
Tujuan fermentasi adalah untuk menumbuhknan bakteri pembentuk asam yang biasa
menguraikan laktosa menjadi asam laktat. Menurut Tamime dan Deeth (1980),
proses kimia terpenting selama pembuatan yoghurt
adalah pembentukan asam laktat. Asam laktat membantu proses destabilisasi
kasein dan menyebabkan koagulasi protein susu serta pembentukan gel yoghurt.
Pada proses fermentasi akan terjadi hidrolisis
enzimatis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Selanjutnya glukosa akan
diuraikan melalui beberapa tahap dekomposisi menghasilkan asam laktat. Pada tahap
ini belum terjadi perubahan struktur fisik yang nyata pada susu, disebut
prefermentasi. Galaktosa tidak akan digunakan selama glukosa dan laktosa masih
tersedia untuk fermentasi. Oleh karena itu, pada produk yoghurt masih terdapat residu galaktosa dan laktosa. Setelah
terjadi penurunan pH maka mulai terbentuk secara bertahap sampai mencapai titik
isoelektrik pada pH 4,65, proses ini disebut fermentasi utama. Pembentukan gel
diikuti dengan perubahan viskositas, pada tahap ini juga dihasilkan flavor (Iqbal,
2009).
Waktu fermentasi tergantung tingkat keasaman yang
diinginkan terhadap produk akhir. Apabila waktu fermentasi kurang, maka yoghurt yang diperoleh mempunyai rasa
asam yang kurang, dan sebaliknya waktu fermentasi yang terlalu lama dapat
membuat rasa asam yang kuat. Yoghurt
biasanya mempunyai kisaran pH 4,1-4,2, namun ada juga pH yoghurt 4,4-4,5 dengan kandungan asam laktat
0,85-0,95% (Rosginasari, 2013).
4.
Pengemasan
Proses pengemasan yoghurt di MT 2 dilakukan menggunakan kemasan cup plastik, botol plastik, dan ember plastik. Pengemasan yoghurt dengan cup plastik dilakukan
menggunakan mesin cup, sementara pengemasan yoghurt
dengan botol plastik dan ember plastik dilakukan secara manual. Kemasan cup
yang digunakan bervolume 160 ml, kemasan botol bervolume 250 ml dan 1 liter,
dan kemasan ember bervolume 1 kg dan 2,5 kg. Yoghurt dikemas dengan berbagai ukuran sesuai dengan permintaan
distributor dan konsumen.
3.2.2
Tipe
Yoghurt dan Proses Produksinya
Yoghurt dikelompokan menjadi beberapa kategori, seperti
berdasarkan kandungan lemak, cara pembuatan, flavor, dan proses yang dilakukan
terhadap yoghurt pascainkubasi (Rahman et al. 1992). Berdasarkan flavor
yang di tambahkan, yoghurt dapat di
bedakan menjadi 3 jenis yaitu natural (plain) yoghurt, adalah yoghurt
dengan asam tinggi dan tidak di lakukan penambahan flavor, fruit yoghurt,
adalah yoghurt yang di tambahkan buah dan pemanis, dan flavored yoghurt,
adalah yoghurt yang ditambahkan pewarna dan flavor sintentik (Tamime dan
Robinson 1989). Produk yoghurt yang
diproduksi di MT 2 KPBS dibedakan menjadi 3 macam, yaitu set yoghurt, stir yoghurt,
dan drink yoghurt. Beberapa produk yoghurt dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Produk Yoghurt
(drink yoghurt, stir yoghurt, dan set yoghurt)
3.2.2.1
Set Yoghurt
Set Yoghurt adalah
yoghurt yang memiliki tekstur sangat
kental. Umumnya merupakan plain yoghurt yaitu yoghurt tanpa penambahan gula,
rasa, atau aroma. Set yoghurt memiliki warna
putih dan terasa sangat asam. Proses pembuatan set yoghurt di MT 2 dimulai dengan proses penerimaan susu
pasteurisasi rasa tawar dari MT 1. Susu pasteurisasi dialirkan melalui pipa
yang terbuat dari stainless steel
dari MT 1 ke MT 2. Selanjutnya di MT 2
susu ditampung kedalam tangki inkubator menggunakan selang yang terhubung
dengan saluran pipa yang berisi susu pasteurisasi. Tangki inkubator yang
digunakan ada dua yaitu tangki inkubator kapasitas 350 liter dan 125 liter.
Suhu susu dalam tangku inkubator diatur hingga mencapai 40-43°C dengan cara
mengalirkan uap panas dengan selang yang dihubungkan ke dalam tangki inkubator.
Kemudian ditambahkan bahan tambahan skim
milk powder atau susu bubuk dan dilakukan pengadukan dengan pengaduk.
Setelah tercampur rata, dilakukan penambahan starter dan pengadukan kembali sampai bahan tambahan tercampur
rata.
Selanjutnya proses filling yaitu set yoghurt
dimasukkan kedalam wadah kemasan menyerupai ember kecil dengan ukuran 1 kg
untuk kemasan kecil dan 2,5 kg untuk kemasan besar. Set yoghurt tersebut di inkubasi dalam ruang inkubator selama 4-5
jam pada suhu 42°C. Proses inkubasi set
yoghurt terjadi didalam kemasan dan tidak dilakukan pengadukan sehingga
tidak merubah struktur yoghurt yang
dihasilkan. Ruang inkubasi yoghurt dapat dilihat pada Gambar 7. Setelah proses
inkubasi, set yoghurt ditutup dengan
tutup kemasan yang sudah diberi cap tanggal kadaluarsa (umur simpan) set
yoghurt. Set
yoghurt memilik masa simpan lebih
lama yaitu 3 bulan. Set yoghurt
disimpan dalam ruang pendingin (cool room
stroge) sebelum didistribusikan, hal ini dilakukan untuk mempertahankan
kualitas produk dan mencegah timbulnya mikroorganisme yang bersifat pathogen.
Jumlah produksi set yoghurt
tergantung dari orderan yang diminta oleh distributor. Diagram alir proses
produksi set yoghurt dapat dilihat
pada Gambar 6.
Gambar 6. Diagram Alir Proses
Produksi Set Yoghurt
Gambar 7. Ruang Inkubsi Set Yoghurt
3.2.2.2
Stir Yoghurt
Stir Yoghurt memiliki
tekstur lebih encer dibandingkan set yoghurt tetapi masih terasa kental. Stir Yoghurt sudah mengalami penambahan
pemanis, flavor, pectin, dan pewarna. Stir
Yoghurt yang diproduksi oleh MT 2 KPBS tersedia dalam tujuh rasa yaitu plan (tawar), mangga, sirsak, anggur,
leci, strawberry, dan moca. Stir yoghurt memiliki
berbagai varian warna yang disesuaikan dengan rasa yoghurt. Stir Yoghurt memiliki umur simpan lebih
pendek dibandingkan dengan set yoghurt yaitu
hanya 1 bulan.
Proses pembuatan stir yoghurt
hampir sama dengan proses pembuatan set
yoghurt, hanya saja proses
fermentasi atau inkubasi set yoghurt
terjadi dalam tangki inkubator bukan dalam kemasan. Prosesnya dimulai dengan
penerimaan susu pasteurisasi rasa tawar dari MT 1. Susu pasteurisasi dialirkan
melalui pipa yang terbuat dari stainless
steel dari MT 1 ke MT 2. Selanjutnya
di MT 2 susu ditampung kedalam tangki inkubator menggunakan selang yang
terhubung dengan saluran pipa yang berisi susu pasteurisasi. Tangki inkubator
yang digunakan ada dua yaitu tangki inkubator kapasitas 350 liter dan 125
liter. Tangki inkubator stir yoghurt
dapat dilihat pada Gambar 9. Suhu susu dalam tangki inkubator diatur hingga
mencapai 40-43°C dengan cara mengalirkan uap panas dengan selang yang
dihubungkan ke dalam tangki inkubator. Kemudian ditambahkan bahan tambahan skim milk powder serta starter dan
dilakukan pengadukan dengan pengaduk sampai bahan tambahan tersebut tercampur
rata. Penambahan skim milk powder berfungsi
untuk mengentalkan dan sebagai makanan atau substrat bagi bakteri.
Selanjutnya diinkubasi pada suhu 42°C selama 4-5 jam
dalam inkubator. Gambar Sebelum dicampur dengan bahan tambahan lainnya, susu di
cek terlebih dahulu nilai pH nya dengan menggunakan pH meter yaitu pH optimum
4,1- 4,2. Setelah proses inkubasi, dilakukan penambahan berbagai macam bahan
seperti pemanis, flavor, pewarna, dan pektin. Pemanis yang digunakan adalah
gula rafinasi yang memiliki fungsi sebagai pengawet selain pemanis. Penambahan flavor berfungsi untuk memberi rasa dan
aroma pada yoghurt, dan pektin
sebagai pengemulsi.
Proses selanjutnya adalah filling (pengisian) dan packaging
(pengemasan) stir yoghurt kedalam
kemasan botol yang dilakukan secara manual dengan menggunakan teko takar besar.
Kemasan botol yang digunakan adalah kemasan botol plastik dengan ukuran botol
250 ml dan 1 liter. Kemasan botol ditempel dengan stiker merk yoghurt
KPBS Pangalengan sesuai ukuran botol kemasan yang sudah tertera tanggal
kadaluarsa. Pencetakan tanggal kadaluarsa dilakukan menggunakan mesin sealer. Botol-botol tersebut
diletakkan dalam krut, dimana 1 krut berisi 70 kemasan botol ukuran 250 ml atau
sama dengan 24 kemasan botol ukuran 1 liter. Botol kemasan yang telah berisi stir yoghurt ditutup dengan tutup botol
sampai rapat dan kemudian dilakukan pencucian untuk menghilangkan sisa yoghurt yang masih menempel pada
kemasan. Stir
yoghurt disimpan dalam ruang
pendingin (cool room stroge) pada
suhu 2-4°C. Diagram alir proses produksi stir
yoghurt dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Diagram Alir Proses
Produksi Stir Yoghurt
Gambar 9. Tangki Inkubator Stir Yoghurt
3.2.2.3
Drink Yoghurt
Drink Yoghurt memiliki
tekstur paling encer dibandingkan set
yoghurt dan stir yoghurt, dan
bentuknya cair sama seperti susu cair. Teksturnya lebih encer karena tidak
ditambahkan skim milk powder dan
dilakukan pengadukan lebih lama. Drink
Yoghurt sudah mengalami penambahan pemanis, flavor, pektin dan pewarna. Drink Yoghurt yang diproduksi oleh MT 2
KPBS tersedia dalam dua rasa yaitu plan
(tawar) dan strawberry. Drink Yoghurt memiliki
umur simpan sama dengan stir yoghurt yaitu
1 bulan.
Proses produksi drink
yoghurt di MT 2 dimulai dengan penerimaan susu pasteurisasi rasa tawar dari
MT 1 ke MT 2 yang dialirkan melalui pipa yang terbuat dari stainless steel. Di MT 2 susu tersebut ditampung kedalam tangki
inkubator kapasitas 800 liter menggunakan selang yang terhubung dengan saluran
pipa yang berisi susu pasteurisasi. Suhu susu dalam tangki inkubator diatur
hingga mencapai 40-43°C kemudian ditambahkan starter dan dilakukan pengadukan dengan pengaduk sampai homogen.
Selanjutnya diinkubasi pada suhu 42°C selama 4-5 jam dalam tangki inkubator
sampai pH mencapai 4,1-4,3. Setelah proses inkubasi, untuk drink yoghurt rasa strawberry dilakukan penambahan bahan tambahan
yaitu pemanis (gula rafinasi), flavor, pewarna, dan pektin. Penambahan flavor
berfungsi untuk memberi rasa dan aroma pada yoghurt,
dan pektin sebagai pengemulsi. Kemudian dilakukan pengadukan dengan agitator selama 10-15 menit hingga
homogen dan didiamkan selama satu malam untuk esoknya dilakukan filling dan packaging.
Filling
(pengisian) dan packaging (pengemasan)
drink yoghurt di MT 2 dilakukan
menggunakan mesin cup atau Auto Sealing
Cup Machine. Mesin ini terdiri dari tiga bagian pokok, yaitu filling machine, automatic sealing machine, dan konveyor. Filling machine berfungsi sebagai mesin pengisi susu ke dalam gelas
kemasan bervolume 160 ml. Automatic
sealing machine berfungsi sebagai alat yang merekatkan bagian bibir kemasan
cup dengan plastic penutup. Auto sealing
cup machine memiliki kapasitas produksi 6.720 cup/jam. Auto Sealing Cup Machine dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Auto Sealing Cup Machine
Proses pengemasan diawali dengan menempatkan
tumpukan cup kosong pada tempat penyangga yang secara otomatis akan turun ke
dalam cup feeler yang bergerak sesuai
dengan periode waktu yang telah ditentukan. Pelepasan cup kosong ke dalam cup feeler dilakukan dengan bantuan
pembuka yang bekerja secara hidrolik hingga jatuh tepat pada cup feeler. Dengan bantuan konveyor, cup
kosong dalam cup feeler bergerak maju
ke tempat filling. Katup dispenser
yang berada di bagian atas akan secara otomatis membuka pada saat cup kosong
berada tepat dibawahnya dan kembali menutup seirama dengan laju konveyor yang
mulai bergerak. Dispenser akan mengeluarkan drink
yoghurt sebanyak 160 ml secara otomatis.
Pergerakan laju konveyor dibarengi dengan gulungan
plastic penutup cup menuju bagian pencetakan tanggal kadaluarsa (coder) yang telah terpasang. Setelah itu
plastik akan melewati sinar UV guna membunuh bakteri yang ada dalam pada
plastik. Plastik yang telah tertera tanggal kadaluarsa dipastikan berada tepat
diatas cup yang telah terisi yoghurt
untuk direkatkan dan dipotong. Drink
yoghurt yang telah dikemas sempurna bergerak sesuai laju konveyor dan
kemudian di packing oleh petugas untuk dimasukkan ke dalam krut dan siap untuk
didistribusi. Drink yoghurt yang
mengalami kemasan bocor dibuang dan masuk ke dalam krut khusus untuk kemasan
bocor. Sebelum dibuang, kemasan cup yang bocor dihitung terlebih dahulu untuk
di data seberapa banyak kemasan yang bocor dan terbuang. Drink yoghurt yang sisa (saldo) disimpan dalam ruang pendingin (cool room stroge) pada suhu 2-4°C.
Diagram alir proses produksi drink
yoghurt dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Diagram Alir Proses
Produksi Drink Yoghurt
3.2.3
Pengujian
Kualitas Yoghurt
Kualitas yoghurt
berhubungan dengan sifat-sifat yoghurt
yang mencerminkan tingkat penerimaan yoghurt
oleh konsumen. Sifat-sifat tersebut meliputi sifat fisik, kimiawi, dan
mikrobiologi susu. Kualitas yoghurt
yang tidak stabil akan mempengaruhi tingkat penjualan yoghurt tersebut. Dalam mempertahankan kualitas produk jadi yang
dihasilkan, MT 2 KPBS melakukan pengujian kualitas yoghurt yang dilakukan di laboratorium MT 2. Pengujian tersebut
meliputi pengujian fat, kadar air
(KA), total solid (TS), pH, viskositas, dan umur simpan. Laboratorium pengujian
produk dapat dilihat pada gambar 6. Pengujian yoghurt dapat menunjukkan kualitas yoghurt sudah memenuhi standar yang berlaku atau tidak. Syarat mutu
yoghurt sesuai SNI 01-2981-1992 terdapat pada Tabel 2.
Gambar 12. Laboratorium Pengujian
produk
Table 2. Syarat Mutu Yoghurt Menurut SNI (01-2981-1992)
Kriteria Uji
|
Satuan
|
Persyaratan
|
|
Keadaan
|
1. Kenampakan
2. Bau
3. Rasa
4. konsistensi
|
|
Cairan kental – semi padat
Normal/ khas
Asam/ khas
Homogen
|
Lemak
|
|
%b/b
|
Max 3,8
|
Bahan kering tanpa lemak
|
|
%b/b
|
Min 8,2
|
Protein
|
|
%b/b
|
Max 3,5
|
Abu
|
|
%b/b
|
Min 1
|
Jumlah asam
|
|
%b/b
|
1,5 – 2
|
Campuran/ logam
|
1. Timbal
(Pb)
2. Tembaga
(Cu)
3. Timah
(Sn)
4. Raksa
(Hg)
5. Arsen
(As)
|
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
|
Max 0,3
Max 20
Max 40
Max 0,03
Max 0,1
|
Cemaran mikrobilogi
|
1. Bakteri
colifrom
2. Escerechia coli
3. TPC
4.
Salmonella
|
Cfu/gr
Cfu/gr
Juta/ml
|
Max 10
<3
10-30
|
pH
|
|
%
|
4 - 4,5
|
Sumber: Badan Standardisasi Nasional
(1992)
Pengujian fat
dilakukan untuk mengetahui kadar lemak yang terdapat pada yoghurt. Kadar lemak menurut SNI yaitu maksimal 3,8 %. Uji fat pada produk yoghurt dilakukan dengan cara memasukan 5 ml sampel yoghurt kedalam tabung reaksi yang
berisi 10 ml larutan asam (H2SO4 95%). Kemudian ditambah
1 ml amil alkohol 100% dan 5 ml air lalu di sentrifuse selama 5 menit, dan
nilai fat tertera pada butirometer.
Selanjutnya pengujian kadar air dilakukan menggunakan alat moisture analyse, yaitu dengan memasukan 5 ml sampel yoghurt kedalam moisture analyse (suhu 140°C)
dan ditunggu 25 menit maka nilai kadar air akan tertera pada alat
tersebut. Sementara nilai total solid
diperoleh dari 100% dikurangi nilai kadar air.
Pengujian pH atau derajat keasaman yoghurt dilakukan dengan menggunakan pH
meter, yaitu dengan cara mencelupkan alat ke dalam sampel yoghurt selama 60-90 detik dan hasilnya akan tertera pada layar.
Uji pH dilakukan untuk memastikan bahwa produk yoghurt memiliki pH normal, dan pH normal yoghurt menurut SNI adalah kisaran 4 – 4,5. Produk yoghurt KPBS Pangalengan memiliki pH
normal yaitu 4,1- 4,2 dan artinya sudah memenuhi syarat mutu yoghurt sesuai SNI. Pengujian umur
simpan yoghurt dilakukan setelah
kegiatan produksi selesai, masing-masing diambil sebanyak 2 kemasan sampel yoghurt. Sampel tersebut disimpan dalam
lemari pendingin dengan suhu 4°C kemudian dilakukan pengujian bertahap selama
10 hari penyimpanan.
3.2.4
Pemasaran
dan Distribusi Yoghurt
Proses distribusi yoghurt dilakukan menggunakan truk khusus untuk distribusi atau
truk box yang dilengkapi dengan suhu pendingin dengan tujuan untuk
mempertahankan kualitas produk. Produk yoghurt
diangkut dari ruang distribusi ke truk distribusi produk menggunakan krut.
Sebelum didistribusikan, jumlah produk dihitung terlebih dahulu oleh petugas
distribusi. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kesalahan atau
ketidaksesuaian jumlah pesanan pada distributor.
Sistem pemasaran produk yoghurt yang diterapkan oleh MT 2 KPBS adalah job order. Job order adalah sistem pendistribusian produk yang
kapasitas produksinya disesuaikan dengan jumlah pesanan yang ada. Jadi, jumlah
susu yang diproduksi oleh MT 2 KPBS disesuaikan dengan jumlah pesanan dari
pihak distributor. Produk yoghurt biasanya
didistribusikan ke depot-depot yang tersebar di Jakarta dan daerah Jawa Barat
(Bandung, Sukabumi, Cirebon, dan Ciamis). Depot-depot tersebut kemudian
mensuplai ke loper-loper susu dan menjajakan produk ke konsumen. Selama proses
distribusi tersebut kondisi produk tetap dipantau oleh Quality Control untuk menjamin keamanan produk sampai ke konsumen.
Skema distribusi produk KPBS Pangalengan dapat
dilihat pada diagram berikut:
Gambar 13. Diagram Alir Distribusi
Produk Yoghurt
IV.
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari Praktik
Umum adalah sebagai berikut:
1. KPBS
Pangalengan merupakan koperasi yang bergerak di bidang usaha peternakan sapi
perah, dan memiliki dua Milk Treatment
yaitu MT1 dan MT2.
2. Produk
susu yang dihasilkan oleh MT 1 terdiri dari susu dingin (chilled milk) dan susu pasteurisasi.
3. Produk
yang dihasilkan oleh MT 2 adalah produk turunan susu yaitu yoghurt, keju mozzarella, es krim, dan butter.
4. Proses
produksi yoghurt terdiri dari
persiapan bahan baku, pasteurisasi, inkubasi/ fermentasi, pengemasan, dan
penyimpanan.
5. Yoghurt
dibuat menggunakan susu pasteurisasi dengan penambahan kultur starter yaitu Lactobacillus
acidophilus dan Bifidobacterium.
6. Produk
yoghurt di MT KPBS terdiri dari tiga
macam yaitu stir yoghurt yang terdiri
dari tujuh rasa, drink yoghurt, dan set yoghurt.
7. Pengujian
kualitas yoghurt meliputi uji fat, uji kadar air, uji total solid, uji
pH, uji viskositas, dan uji umur simpan.
4.2
Saran
Saran yang ingin diberikan oleh penulis dari
kegiatan Praktik Umum demi kemajuan KPBS Pangalengan yaitu:
1. Perlu
adanya pengawasan yang lebih ketat di Tempat Pelayanan Koperasi agar dapat
meminimalisir terjadinya kecurangan.
2. Perlu
dilakukan penyuluhan secara rutin kepada peternak agar susu murni yang
digunakan sebagai bahan baku produksi memiliki kualitas yang baik sesuai
standar mutu susu.
3. Perlu
dilakukan perbaikan pada mesin cup atau auto
sealing cup machine pada bagian bantalan cutting untuk mempermudah proses pemotongan plastik kemasan cup
serta mencegah terjadinya kobocoran saat pengemasan produk kemasan cup.
4. Pencatatan
kerusakan produk yoghurt pada saat
pengemasan sangat diperlukan untuk mengurangi kerugian yang dialami KPBS.
5. Perlu
adanya tindakan tegas dari pengawas kepada pekerja untuk menerapkan SOP yang
telah ditetapkan sehingga proses produksi di dalam pabrik dapat berjalan dengan
lancar dan kualitas produk akhir sesuai standar mutu.
DAFTAR PUSTAKA
Anang,
M. 2004. Mengawetkan Susu Segar dengan L-P System. Kompas 7 Juli 2004.
Astawan,
2008. Sehat dengan Hidangan Hewani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rosginasari,
Gina. 2013. Proses Produksi Yoghurt di Koperasi Peternakan Bandung
Selatan
(KPBS). Laporan Praktek Kerja Industri. Fakultas Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Badan Standardisasi Nasional. 1992. SNI 01-2981-1992 Tentang Syarat Mutu
Yoghurt.
Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Gilliland,
S. E., 1985. Bacterial Starter Cultures
for Foods. CRC-Press, Inc.
Boca
Raton,
Florida.
Legowo,
A. M., 2002. Yoghurt Untuk Kesehatan.
Kompas 13 September 2002.
Ningrum,
S.G., 2011. Pengujian Residu Antibiotik Dalam Susu Segar dari Beberapa
Peternakan
Sapi Perah di Provinsi Jawa Barat Menggunakan Metode Bioassay. Depeartemen Ilmu
Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan,
IPB. Bogor.
Rahman, A., S. Fardiaz,
W.P. Rahaju, Suliantari dan C.C. Nurwitri. 1992. Bahan
Pengajaran Teknologi Fermentasi Susu. Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. p 43
Rikafilanti,
Navy. 2012. Pengawasan Mutu Susu Pasteurisasi di Koperasi Peternakan
Bandung
Selatan (KPBS) Pangalengan Bandung Jawa Barat. Laporan Praktik Umum, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung. Bandarlampung.
Surono, I.S. 2004. Probiotik, Susu Fermentasi dan Kesehatan.
Yayasan Pengusaha
Makanan dan Minuman
Seluruh Indonesia (YAPMMI). TRICK. Jakarta.
Hal 31-32.
Tamime AY, Deeth HC.
1980. Yoghurt Technology and Biochemistry. Journal of
Food Protection 43:939-77.
Widodo.
2003. Bioteknologi Industri Susu. Lacticia Press.Yogyakarta.
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
BalasHapusSalam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover