PEMBUATAN
MINUMAN JAHE INSTAN
(Laporan
Praktikum Teknologi Bahan Penyegar)
Oleh
Suci Nata Kusuma
1314051046

JURUSAN
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2015
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Saat ini banyak makanan
dan minuman yang ditawarkan sebagai produk suplemen yang dapat meningkatkan
kesehatan tubuh jika dikonsumsi. Minuman kesehatan merupakan minuman yang
mengandung unsur-unsur zat gizi atau non zat gizi dan jika dikonsumsi dapat
memberikan pengaruh posistif terhadap kesehatan tubuh (Muchtadi, 1996). Minuman
kesehatan sebagai salah satu produk yang sudah dikenal masyarakat, banyak
dijumpai di pasaran dengan berbagai merek dan bentuk, seperti dalam bentuk
cair, serbuk instan ataupun tablet. Kecenderungan masyarakat saat ini adalah
lebih suka menggunakan produk yang kemasan dan penyajiannya lebih praktis dan
cepat, karena tidak perlu membutuhkan banyak waktu dalam mempersiapkannya. Salah
satu contoh minuman kesehatan yang dapat dijumpai adalah minuman instan ekstrak
jahe, dimana produk tersebut umumnya dibuat dengan mengambil sari dari rimpang
jahe kemudian dilakukan pengolahan lanjut. Kebanyakan produk tersebut dijumpai
dalam bentuk serbuk, di samping ada beberapa yang dibuat dalam bentuk tabled
maupun cair.
Jahe instan merupakan produk food yang berbentuk
serbuk, terbuat dari ekstrak jahe yang ditambah gula dan atau rempah-rempah
lain. Khasiat minuman instan ekstrak jahe dan untuk menciptakan produk yang
praktis dan efisien, sehingga diharapkan diperoleh manfaat kesehatan. Hal ini
didasari juga oleh tingginya kebutuhan masyarakat akan kesehatan dan
kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi minuman kesehatan yang lebih
praktis dan efisien, sehingga diperlukan kemudahan untuk mendapatkannya. Di
samping itu, bahan pembuatannya dapat diperoleh dengan mudah dan harganyapun
terjangkau oleh masyarakat, karena ketersediaanya cukup banyak di pasar atau di
lingkungan masyarakat sekitar. Hal yang mendasari penggunaan minuman instan
adalah minuman instan lebih praktis karena hanya menyeduh serbuk dengan air
hangat kemudian diminum. Serbuk minuman instan dapat digunakan dalam jangka
lama karena berbentuk serbuk sehingga tahan dalam penyimpanan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dilakukan
praktikum ini adalah untuk:
a. Mengetahui
proses pembuatan jahe instan
b. Mengetahui
sifat organoleptik (warna dan aroma) jahe instan
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Jahe
Jahe(Zingiber
officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai
rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di
ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron. Berdasarkan ukuran dan warna rimpangnya,
jahe dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) varietas, yaitu jahe besar (jahe gajah),
jahe kecil (jahe emprit), dan jahe merah (jahe sunti). Jahe merah dan jahe
kecil banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Sedangkan jahe besar
dimanfaatkan sebagai bumbu masak (Matondang, 2005).
Jahe
memiliki kandungan aktif yaitu oleoresin. Oleoresin adalah minyak dan damar
yang merupakan campuran minyak atsiri sebagai pembawa aroma dan sejenis damar
sebagai pembawa rasa. Oleoresin jahe mengandung komponen gingerol, paradol,
shogaol, zingerone, resin dan minyak atsiri. Persenyawaan zingerone tidak dalam
bentuk persenyawaan keton bebas, melainkan dalam bentuk persenyawaan aldehid
alifatis jenuh, terutama senyawa n-heptanal (Ravindran et al., 2005).
Secara
tradisional ekstrak jahe digunakan antara lain sebagai obat sakit kepala, obat
batuk, masuk angin, untuk mengobati gangguan pada saluran pencernaan,
stimulansia, diuretik, rematik, menghilangkan rasa sakit, obat anti-mual dan
mabuk perjalanan, karminatif (mengeluarkan gas dari perut) dan sebagai obat
luar untuk mengobati gatal digigit serangga, keseleo, bengkak, serta memar
(Shukla, 2007). Berbagai penelitian membuktikan bahwa jahe mempunyai sifat
antioksidan dan antikanker. Mengkonsumsi jahe
secara rutin sangat baik pengaruhnya bagi kesehatan dan kebugaran tubuh. Beberapa
komponen utama dalam jahe seperti gingerol, shogaol dan gingerone memiliki
antioksidan di atas Vitamin E. Selain itu, jahe mampu menaikkan aktivitas salah
satu sel darah putih, yaitu sel natural killer (NK) dalam melisis sel
targetnya, yaitu sel tumor dan sel yang terinfeksi virus. (Zakaria et al.,
1999).

Struktur
gingerol (C17H26O413.)
B.
Putih Telur
Putih telur merupakan
komponen terbesar dari sebuah telur utuh, yang menyusun sekitar 58% dari sebuah
telur, dibandingkan dengan kuning telur yang hanya 31% saja. Komponen putih
telur terdiri dari air (87%), protein (12%), dan lemak (0,3%). Hal ini
menyebabkan putih telur lebih direkomendasikan sebagai sumber protein untuk dikonsumsi.
Putih telur juga dinilai sebagai sumber protein yang baik karena mampu diserap
tubuh secara sempurna untuk digunakan sebagai bahan pembentuk otot. Putih telur
juga kaya akan asam amino esensial seperti Lisin, Threonin, Valin, Isoleusin,
Leusin, Metionin, Fenilalanin, Tryptophan, dan Histidin. Leusin sendiri
merupakan asam amino penting yang berperan dalam merangsang pembentukan otot.
Konsumsi asupan tinggi protein telur dapat merangsang pembentukan otot (muscle
protein synthesis). Kandungan per 100gr putih telur mengandung sekitar 10gr
protein. Putih telur segar bentuknya kental dan bening (Valentino, 2009).
C. Dextrine
Dextrin adalah pati yang diproses lebih lanjut, merupakan polimer
karbohidrat, dan secara mendasar berasal dari bahan yang sama. Secara
alami, pati adalah polimer, polisakarida, berasala dari biji, akar, dak daun
suatu tanaman. Hanya sedikit tanaman yang menghasilkan pati dalam kuantittas
yang secara ekonomis terpenuhi. Tanaman tersebut adalah jagung, gandum, beras,
kentang, ketela pohon, dan sagu. Kualitas pati yang baik akan menghasilkan
perekat yang baik juga.
Dekstrin merupakan karbohidrat yang dibentuk selama hidrolisis
pati menjadi gula oleh panas, asam dan atau enzim. Maltosa, sukrosa dan laktosa
adalah disakarida yang memiliki rumus empiris sama (C12H22O11)
tetapi berbeda dalam struktur. Dekstrin dan pati memiliki rumus umum yang sama,
– [Cx(H2O)y)]n -
(y = x – 1), yang mana unit glukosa bersatu dengan yang lainnya membentuk
rantai (polisakarida) tetapi dekstrin memiliki ukuran lebih kecil dan kurang
kompleks dibandingkan pati. Dextrin
adalah kelompok karbohidrat dengan berat molekul ringan yang diproduksi dari
hidrolisis pati. Dextrins merupakan gabungan dari unit D-glukosa polymer diikat
oleh α-(1,4) atau α-(1,6) ikatan glycosidic. Dextrins dapat diproduksi dari
pati dengan menggunakan enzim seperti amilase, sebagaimana dalam proses pencernaan
dalam tubuh manusia, atau dengan menambahkan panas dalam kondisi asam
(pirolisis atau pemanggangan), (Yoga, 2008).
D.
Jahe Instan dan Efeknya Terhadap Tubuh
Jahe instan
adalah salah satu minuman kesehatan yang dibuat dari bahan utama rimpang jahe,
yang berbentuk instan (cair atau serbuk). Jahe
Instan merupakan salah satu cara pengolahan hasil pertanian yang
mudah dilakukan. Cara pembuatan jahe
instan salah satunya bertujuan untuk
memberikan nilai tambah terhadap produk pertanian (jahe). Minuman kesehatan seperti jahe intsan
sebagai produk pangan mempunyai kandungan komponen aktif yang dapat memberikan
pengaruh terhadap kesehatan tubuh. Produk ini baik untuk mengurangi efek
negatif racun dan radikal bebas akibat proses metabolisme tubuh dari berbagai
konsumsi pangan yang masuk dalam tubuh. Golberg (1994) berpendapat, “komponen
aktif yang terdapat dalam suatu bahan pangan nabati maupun hewani, dapat
memberikan efek fisiologis atau efek menyehatkan dan menyegarkan tubuh”.
Efek
atau pengaruh positip minuman kesehatan yang dapat ditimbulkan dalam tubuh
yaitu dapat memberikan efek farmakologis (pengobatan), efek imunomodulasi
(kekebalan/ketahanan tubuh), efek reparasi dan peremajaan sel, efek vasoproteksi
(perlindungan/ketahanan jantung), efekantioksidan, efek hepatoproteksi
(perlindungan hati), efek antibiotika (antibakteri/kuman) dan efek antijamur
sehingga dapat meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya
penyakit-penyakit tertentu. Disamping itu, wujudnya yang berbentuk serbuk instan
akan memberikan kemudahan untuk dikonsumsi karena hanya menyeduh air kemudian
diminum serta tahan dalam masa simpan.
Jahe instan juga dapat digunakan
sebagai minuman bernergi karena mengandung vitamin A dan niacin. Minuman
bernergi termasuk salah satu suplemen
makanan yang terdiri dari komponen multivitamin, makronutrien (karbohidrat,
protein), taurin dengan atau tanpa kafein dan biasanya ditambahkan herbal
seperti ginseng, jahe, dan sebagainya dengan bentuk sediaan cairan Obat
Dalam (COD) dalam kemasan botol bervolume 150 mL, 250 mL atau serbuk dan tablet
yang dilarutkan menjadi minuman, yang dalam setiap kemasannya mengandung energi
minimal 100 kkal, serta indikasinya adalah untuk menambah tenaga, kesegaran,
stimulasi metabolisme, memelihara kesehatan dan stamina tubuh, yang diminum
pada saat bekerja keras atau setelah berolah raga.
Minuman berenergi mengandung sumber energi dari sukrosa
(gula) atau maltodextrin. Minuman berenergi juga mengandung vitamin-vitamin
yang terlibat dalam metabolisme tubuh guna menghasilkan energi.
Vitamin yang populer pada minuman berenergi adalah vitamin B atau tiamin (Vitamin B1, aneurin) berfungsi sebagai koenzim atau membantu kerja enzim, penting dalam metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi dari karbohidrat, lemak dan protein, mengatur sirkulasi darah dan fungsi darah, memelihara fungsi saraf. Vitamin B3 (niasin, asam nikotinat) berhubungan dengan aktivitas saraf dan sebagai koenzim dari NAD, dan NADP yang berperan dalam reaksi metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Tien, 2010).
Vitamin yang populer pada minuman berenergi adalah vitamin B atau tiamin (Vitamin B1, aneurin) berfungsi sebagai koenzim atau membantu kerja enzim, penting dalam metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi dari karbohidrat, lemak dan protein, mengatur sirkulasi darah dan fungsi darah, memelihara fungsi saraf. Vitamin B3 (niasin, asam nikotinat) berhubungan dengan aktivitas saraf dan sebagai koenzim dari NAD, dan NADP yang berperan dalam reaksi metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Tien, 2010).
III.
BAHAN
DAN METODE
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum yang
berjudul “Pengolahan Jahe Instan” dilaksanakan pada Senin, 15 Juni 2015 pukul
08.00 s.d 10.00 WIB, di Laboratorium Penjaminan Mutu Hail Pertanian, Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
B.
Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan pada praktikum ini adalah pisau, talenan, baskom, mangkuk, timbangan
digital, blender, sendok, saringan, beaker glass, nampan, lap, mixer, loyang,
dan oven.
Bahan yang
digunakan adalah rimpang jahe, telur, dextrine, dan air.
C.
Diagram Alir
Disiapkan
alat dan bahan
|

Dikupas
jahe dengan pisau
|

Dicuci
bersih dengan air dan ditiriskan sebentar
|

Ditimbang
jahe dengan neraca analitik
|

Diiris dan diblender dengan
perbandingan jahe : air yaitu 1:1
|

Disaring
larutan jahe dengan saringan teh, kemudian diperas
|

Diambil filtrat jahe, ditambahkan
tepung dextrin 1 % dan di tambah telur dengan perbandingan (0, 5, 10, 15, dan
20 % sesuai kelompok)
|

Dimixer sampai berbusa,
dituangkan kedalam loyang
|

Dioven, kemudian diamati rendemen
dan sifat organoleptik (warna dan aroma).
|
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data
Pengamatan
Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan, diperoleh data pengamatan jahe instan sebagai berikut:
Kel
|
Perlakuan
|
Berat
awal filtrat jahe (gr)
|
Berat
akhir (gr)
|
Rendemen
(gr)
|
Parameter
organoleptik
|
||
Warna
|
Aroma
|
Rasa
|
|||||
1
|
Tanpa
penambahan dextrin dan putih telur
|
300
|
19,0
|
281
|
Hitam
|
Jahe
gosong
|
Pahit
|
2
|
Dextrin
1% dan putih telur 5%
|
400
|
26,7
|
373,3
|
Coklat
kehitaman
|
Jahe
gosong
|
Pahit
|
3
|
Dextrin
1% dan putih telur 10%
|
491
|
59,7
|
431,3
|
Coklat
kehitaman
|
Jahe
gosong
|
Pahit
|
4
|
Dextrin
1% dan putih telur 15%
|
600
|
35,9
|
564,1
|
Coklat
kehitaman
|
Jahe
gosong
|
Pahit
|
5
|
Dextrin
1% dan putih telur 20%
|
550
|
58,6
|
491,4
|
Coklat
kehitaman
|
Jahe
gosong
|
Pahit
|
B. Pembahasan
Jahe instan merupakan
salah satu minuman kesehatan yang terbuat dari bahan utama rimpang jahe yang
telah diolah lebih lanjut. Jahe
Instan adalah salah satu
cara pengolahan hasil pertanian yang mudah dilakukan. Pengolahan jahe
dapat berupa minuman bubuk instan, yang diartikan sebagai produk pangan
berbentuk butiran-butiran (serbuk atau tepung) yang dalam penggunaannya
mudah melarut dalam air dingin atau air panas.
Pada umumnya, jahe instan merupakan produk food
yang berbentuk serbuk, terbuat dari ekstrak jahe yang ditambah gula dan
atau rempah-rempah lain. Yang membedakan jahe instan dengan minuman jahe
lainnya adalah bahwa jahe instan lebih praktis dan dapat digunakan
sewaktu-waktu ketika ingin mengonsumsinya karena dapat menyeduh serbuk jahe
secara langsung.
Jahe instan berkhasiat
sebagai obat dan dapat dibuat untuk minuman penyegar. Dengan mengosumsi minuman
jahe instan diduga dapat mengobati sakit kepala, masuk angin, untuk mengobati
gangguan pada saluran pencernaan, stimulansia, diuretik, rematik, dan
menghilangkan rasa sakit. Jahe instan dapat memberikan efek kesegaran seperti
menghilangkan pegal-pegal dan lelah setelah beraktivitas.
Pada praktikum ini, bahan utama yang digunakan adalah filtrat jahe dan
bahan tambahan lainnya adalah putih telur dan dextrine. Ada beberapa tahapan
yang harus dilakukan dalam pembuatan jahe instan. Larutan jahe diperoleh dengan
cara memblender jahe yang telah dikupas, dicuci bersih, dan ditimbang, kemudian
ditambah air dengan perbandingan jahe:air (1:1). Setelah di blender kemudian
disaring dan diperas, sehingga diperoleh filtrat jahe. Lalu, ditambahkan
dekstrin dan putih telur sesuai perakuan yang telah ditentukan berdasarkan
kelompok. Pada saat pemisahan putih telur harus dilakukan secara hati-hati,
karena jika tidak hati-hati maka kuning telur dapat tercampur dengan putih
telur. Ketiga bahan tersebut (filtrat jahe, putih telur, dextrin) dicampur dan
dimixer sampai membentuk busa, dimana busa tersebut muncul akibat adanya penambahan
putih telur. Setelah di mixer, campuran tersebut dituang dalam loyang dan kemudian
di oven selama 48 jam.
Perlakuan yang diberikan pada setiap kelompok untuk penambahan dextrin adalah sama untuk semua perlakuan
yaitu sebanyak 1%. Yang membedakan adalah jumlah putih telur yang ditambahkan.
Kelompok 1 yaitu filtrat jahe tanpa penambahan putih telur, dan berat filtral
jahe yang digunakan yaitu 300 gram. Kelompok 2 yaitu filtrat jahe sebanyak 400
gram dengan penambahan putih telur sebanyak 5% atau 20 gram. Kelompok 3 yaitu
filtrat jahe sebanyak 491gram dengan penambahan putih telur sebanyak 10% atau
49,1gram . Kelompok 4 yaitu filtrat jahe sebanyak 600 gram dengan penambahan
putih telur sebanyak 15% atau 90gram. Kelompok 5 yaitu filtrat jahe sebanyak 550
gram dengan penambahan putih telur sebanyak 20% atau 110 gram.
Berdasarkan data pengamatan, diperoleh berat akhir dari perlakuan 1
sampai 5 berturut-turut yaitu 19 gram; 36,7 gram; 59,7 gram; 35,9 gram; dan
58,6 gram. Sehingga diperoleh nilai rendemen jahe instan pada perlakuan 1
sampai 5 berturut-turut yaitu 281 gram; 373,3 gram; 431,3 gram; 564,1 gram; dan 491,4 gram.
Rendemen tersebut diperoleh dari berat awal filtrat jahe dikurang berat akhir
setelah dioven. Selain pengamatan rendemen, juga dilakukan pengujian
organoleptik jahe instan yang meliputi parameter warna, aroma, dan rasa.
Pengamatan berat akhir jahe setelah dioven dan pengujian organoleptik
dilakukan setelah
Pada data pengamatan untuk parameter organoleptik, jahe instan
kelompok 1 memiliki warna hitam, sedangkan kelompok 2 sampai 5 memiliki warna
cokelat kehitaman. Untuk parameter aroma dan rasa pada semua perakuan sama
yaitu beraroma jahe gosong dan berasa pahit. Hasil data pengamatan tersbebut
menunjukan bahwa praktikum pembuatan jahe instan yang dilakukan tidak berhasil
atau gagal. Hal ini merupakan kesalahan praktikum. Kesalahan pertama yaitu pengamatan
seharusnya dilakukan sehari setelah pengovenan, namun karena beberapa kendala
pengamatan dilakukan 2 hari setelah pengovenan. Kesalahan kedua, suhu yang
digunakan pada saat pengovenan terlalu tinggi. Dua hal tersebut yang
menyebabkan jahe instan menjadi gosong, hitam, dan berasa pahit.
Pengeringan larutan jahe dengan cara di oven bertujuan untuk
mengurangi kadar air pada bahan dan memperoleh bubuk jahe instan. Tinggi
rendahnya suhu sangat berpengaruh terhadap karakteristik bahan yang
dikeringkan. Menurut (Riky, 2011) bahwa semakin besar perbedaan suhu
antara medium pemanas dengan bahan pangan makin cepat pemindahan panas ke dalam
bahan dan makin cepat pula penghilangan air dari bahan. Air yang keluar dari
bahan yang dikeringkan akan menjenuhkan udara sehingga kemampuannya untuk
menyingkirkan air berkurang. Jadi dengan semakin tinggi suhu pengeringan maka
proses pengeringan akan semakin cepat. Akan tetapi bila suhu terlalu tinggi
dapat mengakibatkan kegosongan pada bahan yang dikeringkan.
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.
Jahe instan merupakan salah satu minuman
kesehatan yang terbuat dari bahan utama rimpang jahe yang telah diolah lebih
lanjut sehingga berbentuk cairan atau serbuk yang mudah larut dalam air dingin
atau air panas, yang dapat berkhasiat menyegarkan tubuh.
2.
Tahapan poses utama pembuatan bubuk jahe
instan adalah pengupasan dan pencucian, penggilingan (blender), pencampuran
(mixing), dan pengeringan (oven).
3.
Praktikum pembuatan jahe instan tidak
berhasil disebabkan oleh beberapa kesalahan praktikum.
4.
Jahe instan gosong disebabkan oleh
pengovenan terlalu lama dan suhu yang digunakan terlalu tinggi.
5.
Jahe instan kelompok
1 memiliki warna hitam, sedangkan kelompok 2, 3,4 dan 5 memiliki warna cokelat
kehitaman.
6.
Jahe instan untuk
semua kelompok memiliki aroma jahe
gosong dan berasa pahit.
DAFTAR
PUSTAKA
Matondang, L. 2005. Zinngiber
officinale L. Pusat Penelitian dan
Pengembagangan
Obat Unas. Bandung.
Muchtadi, 1996.
Jahe dan Hasil Olahannya. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Ravindran et al., 2005. Ginger The Genus Zingiber, CRC Press, New Momentum.
Fakultas
Teknik 21 Universitas Wahid Hasyim. Semarang.
Riki, Wulani.
2011. Penetapan Kadar Air Merode Oven Pengering.
https://wulaniriky.wordpress.com/2011/01/19/penetapan-kadar-air-metode-oven-pengering-aa//. Diakses pada
Kamis, 24 Juni 2015 pukul 20.30 WIB.
Shukla, dan
Singh M. 2007. Cancer Preventive
Properties Of Ginger: A
Brief Review. J. Food And Chemical Toxicology.
Tien R. Muchtadi, Sugiyono, dan Fitriyono Ayustaningwarno. 2010. Ilmu
Pengetahuan
Bahan Pangan. Alfabeta CV. Bogor.
Valentino, Willy. 2009. Konsumsi Telur
Mentah.
http://willyvalentino09.student.ipb.ac.id/2010/06/20/konsumsi-telur-mentah-berbahaya/. Diakses pada
Kamis, 24 Juni 2015 pukul 21.00 WIB.
Yoga, A.Saputra.
2008. Dextrin.
https://ptp2007.wordpress.com/2008/01/22/dekstrin/. Diakses pada
Kamis, 24 Juni 2015 pukul 21.00 WIB.
Zakaria FR, Rajab TM. 1999. Pengaruh
ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe)
terhadap
produksi radikal bebas makrofag mencit sebagai indikator imunostimulan secara
in vitro. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pangan. Yogyakarta.
LAMPIRAN


Gambar 1. Proses Penimbangan Jahe Gambar 2. Proses penggilingan
jahe
dengan blender


Gambar 3. Proses pengambilan sari jahe Gambar 4. Penimbangan putih telur



Gambar 6. Proses penimbangan Gambar
7. Jahe instan kelompok 1
Jahe instan


Gambar 8. Jahe instan kelompok 2 Gambar
9. Jahe instan kelompok 3


Gambar 10. Jahe instan kelompok 4 Gambar 11. Jahe instan kelompok 5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar