KINETIKA PENGGUNAAN SUBSTRAT
(Laporan Praktikum Teknologi Bioproses)
Oleh
Suci Nata Kusuma
1314051046
Kelompok 2

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
BAB 1. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada penyajian tentang keseimbangan kimiawi atau stoikiometri
pertumbuhan mikroba, pertumbuhan seluler dan pembentukan produk berkaitan
dengan penggunaan substrat. Subsrat
oraganik merupakan substrat yang paling efektif dan efisien, dimana pati yang
terkandung dalam bahan dasar tersebut akan mengalami proses
hidrolisa dengan putusnya ikatan polimer molekul pati menjadi monomer-monomernya (glukosa) oleh adanya aktifitas
enzim yang dihasilkan oleh mikroba dalam membentuk suatu produk. Konsentrasi
produk dapat diperoleh dengan mengetahui ukuran partikel substrat, dimana
ukuran partikel substrat sangat mempengaruhi proses fermentasi dalam menghasilkan suatu produk (Muin, 2008).
Selama proses fermentasi berlangsung, komposisi substrat berubah setiap
waktunya dan produk metabolit
akan terbentuk. Kondisi lingkungan
pertumbuhan mikroba berada
dalam keadaan unstedy state. Proses fermentasi berlangsung pada laju pertumbuhan spesifik yang konstan dan tidak bergantung
pada perubahan konsentrasi
nutrien (Ahmad, 2009). Selama proses fermentasi, mikroba menggunakan substrat
untuk pertumbuhannya dan semakin lama waktu fermentasi maka konsentrasi
substrat semakin menurun. Untuk itu, perlu dipelajari kinetika mengenai penggunaan
substrat oleh mikroba dalam membentuk suatu produk atau metabolit dan parameter
apa saja yang berpengaruh dalam kinetika pengunaan substrat.
B. Tujuan
Tujuan
dilakukan praktikum ini adalah untuk mengetahui kinetika penggunaan substrat
oleh ragi saccharomyces cereviceae
berbagai merk, pada berbagai kondisi pertumbuhannya.
BAB
II. METODELOGI
A. Waktu
dan Tempat
Praktikum
yang berjudul “Kinetika Penggunaan Substrat” dilaksanakan pada Rabu, 6 April
2015 pukul 15.00 WIB s.d selesai, di Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian,
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Univeraitas Lampung.
B. Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah timbangan digital, tabung reaksi, rak
tabung reaksi, spatula, inkubator, erlenmeyer, hotplate, vortex, pipet tetes,
mikropipet, gelas beaker, gelas ukur, corong, spektofotometer, dan termometer.
Bahan
yang digunakan adalah ragi (fermipan dan curah), akuades, glukosa, natrium
karbonat, natrium bikarbonat, garam rochelle, arsenomolybdat, kapas sumbat,
alumunium foil, kertas label, dan alkohol.
C. Diagram
Alir
1. Persiapan Kultur
Antara
·
Pembuatan
Yeast Pepton Dextron 7%
Ditimbang
YPD (Yeast Pepton Dextron) sebanyak 3,5 gram dengan Yeast sebanyak 0,5 gram,
Pepton 1 gram, Dextron 1 gram, dan Agar 1 gram.
|

Dilarutkan
YPD kedalam 50 mL aquades dan dihomogenkan menggunakan magnetic stirer
|

Disterilisasi larutan
media YPD menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit
|

Dituang
10 mL larutan YPD yang telah disterilisasi kedalam tabung reaksi 20 mL, lalu
dinginkan dalam keadaan miring hingga memadat
|
·
Pembuatan inokulum
Dilarutkan ragi
fermipan dan ragi curah sebanyak masing-masing 1 gram kedalam 10 mL aquades,
lalu dihomogenkan menggunakan vortex
|

Diinokulasikan 1 mL
larutan ragi pada media agar miring lalu diinkubasi pada suhu 30°C selama 48
jam
|

Diambil 3 loop ragi
dari media agar miring lalu diinkulasi pada larutan media YPD 7%, kemudian
diinkubasi pada suhu 38°C dan 40°C selama 48 jam
|
2. Persiapan
Bahan Baku
Dimasukkan 2,1 gram glukosa
kedalam 2 tabung reaksi ukuran 20 mL
|

Ditambahkan aquades
sebanyak 15 ml kedalam masing masing tabung reaksi, lalu dihomogenkan
|

Ditambahkan 1,5 gram
(10% w/v) ragi fermipan dan ragi curah kedalam tabung reaksi, lalu homogenkan
menggunakan vortex
|

Diinkubasi pada suhu
30°C dan 45°C selama 144 jam, lalu diamati konsentrasi glukosa setiap 24 jam
|
3.
Pengamatan Gula Reduksi
Diencerkan sampel/
bahan baku yang telah di fermentasi menjadi 2%,4%,6%,8%, dan 10%
|

Diambil 0,5 mL
masing-masing sampel yang telah diencerkan, lalu ditambahkan 0,5 mL Nelson AB
setelah itu panaskan selama 20 menit
|

Ditambahkan 0,5 mL
Arsenomolypdat dan 3,5 mL aquades, lalu dihomogenkan dan di spektrofotometer
|
BAB
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Data Pengamatan
Berdasarkan
praktikum mengenai kinetika penggunaan substrat maka diperoleh data sebagai
berikut :
· Kurva
standar
Konsentrasi
|
λ (nm)
|
A
|
0
|
540
|
0
|
2
|
540
|
0
|
4
|
540
|
0,127
|
6
|
540
|
0,177
|
8
|
540
|
0,256
|
10
|
540
|
0,279
|
Konsentrasi
|
λ (nm)
|
A
|
0
|
540
|
0
|
2
|
540
|
0,079
|
4
|
540
|
0,076
|
6
|
540
|
0,125
|
8
|
540
|
0,174
|
10
|
540
|
0,148
|
·
Hasil Pengenceran 50 dan 100 untuk
kelompok 1 dan 3 (suhu 30ºC)
keompok
|
pengenceran
|
λ
(nm)
|
A
|
|
|
540
|
0
|
1
|
50
|
540
|
0,882
|
3
|
50
|
540
|
2,711
|
1
|
100
|
540
|
0,013
|
3
|
100
|
540
|
0,013
|
· Hasil Pengenceran 50 dan 100 untuk kelompok 2
dan 4 (suhu 400C)
keompok
|
pengenceran
|
λ
(nm)
|
A
|
|
|
540
|
0
|
2
|
50
|
540
|
0,654
|
4
|
50
|
540
|
1,267
|
2
|
100
|
540
|
0,624
|
4
|
100
|
540
|
0,709
|
B. Perhitungan
Berdasarkan data
pengamatan yang diperoleh maka dapat dilakukan perhitungan berat sampel yaitu
sebagai berikut :
Persamaan
kurva standar yang dipakai yaitu y = 0,034x - 0,025 dengan R2 = 0,944, sehingga
kadar gula reduksi yaitu : 

Ø Perhitungan
gula reduksi untuk pengenceran 50 dan 100 untuk kelompok 1 dan 3 (suhu 30 0C)
·
Pengenceran 50
Kelompok
1 =
= 27,059

Kelompok
3 =
= 80, 853

·
Pengenceran 100
Kelompok
1 =
= 1,5

Kelompok
3 =
= 1,5

Ø Perhitungan
pengenceran 50 dan 100 kali untuk kelompok 2 dan 4 (suhu 40 0C)
·
Pengenceran 50
Kelompok
2 =
= 20,235

Kelompok
4 =
= 38,382

·
Pengenceran 100
Kelompok
2 =
= 19,471

Kelompok
4 =
= 21,971

C. Grafik
Berdasarkan data
pengamatan yang telah diperoleh, maka dapat dilihat grafik atau kurva
penggunaan substrat yaitu sebagai berikut :
1. Kurva Standar
o Grafik Kurva Standar 1

2. Grafik Pengenceran
Tabel 3. Gula Reduksi Hasil Fermentasi
dengan Pengenceran 50 dan 100 kali
pengenceran
|
gula reduksi 30 0C
|
gula reduksi 40 0C
|
50
|
27,059
|
20,235
|
50
|
80,853
|
38,382
|
100
|
1,5
|
19,471
|
100
|
1,5
|
21,971
|

Keterangan:
Y
atas persamaan untuk warna biru
Y
bawah persamaan untuk warna merah
D.
Pembahasan
Kurva standar merupakan kurva
yang dibuat dari sederetan larutan standart yang masih dalam batas linieritas
sehingga dapat diregresilinierkan. Kurva standart menunjukkan hubungan antara
konsentrasi larutan (sumbu-x) dengan absorbansi larutan (sumbu-y). Kurva
standar yang dibuat adalah kurva standar glukosa, yang bertujuan untuk mengetahui
linieritas hubungan antara konsentrasi larutan standar dengan absorbansinya,
sehingga dapat diketahui apakah langkah kerja yang dilakukan telah sesuai atau
tidak. Pembuatan kurva standar juga berfungsi untuk menentukan konsentrasi dari larutan sampel yang absorbansinya telah
diketahui (Rizkiyani, 2011). Pada kurva standar gula reduksi juga ditambahkan
reagen Nelson Somogy yang bertujuan untuk mereduksi kupri oksida menjadi kupro
oksida yang mana K-Na-tartrat yang ada dalam reagen Nelson berfungsi untuk
mencegah terjadinya pengendapan kupri oksida sehingga kupri oksida bisa
direduksi menjadi kupro oksida dan dapat dideteksi jumlah endapan kupro oksida
dengan mereaksikannya dengan larutan arsenomolybdat (Hadi, 2011).
Hasil
fermentasi hari ke-6 kadar gula reduksi yang diperoleh tetap tinggi disebabkan oleh
jenis substrat yang digunakan dan adanya kontaminasi mikroba dari udara luar.
Jenis substrat yang digunakan adalah glukosa, dan bukan sukrosa. Apabila yang
digunakan adalah sukrosa maka hasil fermentasi terhadap gula reduksinya akan
turun. Hal ini disebabkan karena glukosa adalah salah satu gula reduksi
sedangkan sukrosa adalah gula non reduksi. Gula reduksi seperti glukosa dapat
meruduksi senyawa-senyawa penerima elektron karena adanya gugus aldehid atau
keton bebas. Hal ini dibuktikan dengan percobaan pada saat masing-masing sampel
ditambah dengan arsenomolybdat sebanyak 0,5 ml warna yang dihasilkan adalah
warna biru, dimana warna biru
menunjukkan bahwa kadar gula reduksinya masih tinggi. Semakin pekat warna biru
maka semakin tinggi kadar gula reduksi. Apabila kadar gula reduksi masih tinggi
maka akan sulit untuk dibaca pada spektrofotometer.
Berdasarkan
teori (Mangunwidjaja, 1994) bahwa pada hari terakhir mikroba telah memasuki
fase kematian. Kematian mikroba tersebut menandakan bahwa gula reduksinya
rendah selain penggunaan substratnya juga rendah. Pada hasil praktikum
menunjukkan bahwa gula reduksinya masih tinggi yang kemungkinan disebabkan oleh
adanya kontaminasi udara dari luar. Kontaminasi tersebut menyebabkan mikroba
lain yang tidak diinginkan menggunakan substrat sehingga gula reduksinya masih
tetap tinggi.
Hasil
fermentasi yang sesuai teori adalah semakin lama fermentasi maka konsentrasi substrat
semakin menurun. Namun, hasil percobaan menunjukkan bahwa kadar gula reduksi
tetap tinggi atau konsentrasi substrat tidak menurun seiring bertambahnya
waktu. Hal tersebut disebabkan oleh penggunaan substrat oleh mikroba hanya
sedikit. Mikroba yang digunakan tidak sebanding dengan substrat yang diberikan,
sehingga konsumsi mikroba terhadap substrat menurun akibat substrat yang
diberikan terlalu banyak. Oleh sebab itu konsentrasi substrat masih tetap
banyak atau kadar gula reduksinya masih tetap tinggi. Mangunwidjaja (1994)
menjelaskan teori pada grafik kinetika penggunaan enzim bahwa semakin banyak
konsentrasi substrat yang diberikan maka laju pertumbuhan mikroba akan semakin
cepat, namun jika substrat yang diberikan terlalu banyak maka dapat menurunkan
laju pertumbuhan mikroba. Konsentrasi mikroba dan konsentrasi substrat yang
seimbang dapat menurunkan kadar gula reduksi. Sebab, selama pertumbuhan mikroba
menggunakan substrat dan semakin bertambahnya waktu maka konsentrasi substrat
semakin menurun sehingga dapat menurunkan kadar gula reduksi.
Pada praktikum dilakukan pembacaan absorbansi pada panjang
gelombang 540 nm karena pada panjang gelombang ini molekul gula reduksi dapat
menyerap sinar secara optimum sehingga pembacaan absorbansi dapat berjalan
dengan baik. Semakin tinggi nilai absorbansi menunjukkan bahwa konsentrasi
larutan semakin besar. Nilai absorbansi yang diperoleh kemudian diplotkan dalam
bentuk kurva untuk memperoleh persaman nilai y. Pada kurva
standar diperoleh persamaan yaitu y = 0,034x - 0,025 dengan R2 = 0,944. Nilai y
adalah absorbansi sampel dan nilai x adalah kadar gula reduksinya.
Pengenceran
50 kali pada suhu 30ºC menghasilkan gula reduksi sebesar 27,059 untuk kelompok
1, dan 80,853 untuk kelompok 3. Pengenceran 100 kali pada suhu 30ºC
menghasilkan gula reduksi sebesar 1,5 untuk kelompok 1 dan kelompok 3.
Pengenceran 50 kali pada suhu 40ºC menghasilkan gula reduksi sebesar 20,235
untuk kelompok 2, dan 38,382 untuk kelompok 4. Pengenceran 100 kali pada suhu
40ºC menghasilkan gula reduksi sebesar 19,471 untuk kelompok 2, dan 21,971 untuk
kelompok 4. Nilai gula reduksi tersebut diplotkan dalam bentuk kurva untuk
menentukan nilai y dan R2 yang terdapat pada grafik gula reduksi hasil fermentasi.
Persamaan
yang diperoleh dari grafik gula reduksi hasil fermentasi yaitu y= -1,049x +
106,4 dengan R2 = 0,655 untuk sampel suhu 30ºC, dan y = -0,176x + 38,33 dengan R2 =
0,326 untuk sampel suhu 40ºC. Nilai tersebut menunjukan bahwa nilai gula
reduksi sampel dengan suhu 40ºC lebih besar daripada sampel dengan suhu 30ºC. Kadar gula reduksi yang bernilai negatif disebabkan
karena sampel yang dianalisa kandungan gula reduksinya terlalu tinggi sehingga
tidak terbaca saat absorbansi dan nilai absorbansinya bernilai nol. Kesalahan
ini juga dapat disebabkan karena terjadinya kekeliruan saat preparasi sampel,
misalnya terlalu encer dalam membuat sampel ataupun kesalahan seperti kelebihan
penambahan reagen.
BAB IV. KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.
Berdasarkan
hasil perhitungan dan grafik, diperoleh persamaan kurva standar glukosa yaitu Y = 0,034x - 0,025
dengan R2 = 0,944.
2.
Berdasarkan
hasil perhitungan dan grafik, diperoleh persamaan gula reduksi hasil
fermentasi yaitu Y =
-1,049x + 106,4 dengan R2 = 0,655 untuk sampel suhu 30ºC, dan Y =
-0,176x + 38,33 dengan R2 = 0,326 untuk sampel suhu 40ºC.
3.
Kadar
gula reduksi yang bernilai negatif disebabkan karena sampel yang dianalisa
terlalu sedikit, kesalahan saat preparasi sampel yang terlalu encer.
4. Nilai
gula reduksi tinggi disebabkan kontaminasi oleh mikroba luar yang menggunakan
substrat sehingga gula reduksinya masih tinggi.
5. Suhu
berpengaruh terhadap kadar gula reduksi yang dihasilkan, dimana sampel suhu
30ºC menghasilkan kadar gula lebih tinggi dibanding smapel suhu 40ºC.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,
A 2009. Teknologi Fermentasi, Diktat, Laboratorium Rekayasa Bioproses
Teknik
Kimia. Universitas Riau. Pekanbaru.
Hadi, Danang Kumara.
2011. Analisa Karbohidrat. http://danang-kurang
kerjaan.blogspot.com/2011/05/analisa-karbohidrat.html.
diakses pada Minggu, 28 Juni 2015 pukul 22.00 WIB.
Mangunwidjaja, D. dan
Suryani, A., 1994. Teknologi Bioproses. Penebar
Swadaya.
Jakarta.
Muin,
Rosdiana. 2008. Studi Kinetika Fermentasi Etanol Dengan Pendekatan
“Minimal Residual Substrat”. Jurnal: Universitas
Sriwijaya. Palembang.
Rizkiyani, Hilda Nur.
2011. Penggunaan Spektrofotometer. Institut Pertanian
Bogor.
Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar