EKSTRAKSI
MINYAK KEMIRI
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK
3
EKA
AYU KURNIAWATI 1314051012
ELA
ROVITA 1314051014
SUCI
NATA KUSUMA 1314051046
![]() |
JURUSAN
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2014/2015
EKSTRAKSI MINYAK KEMIRI
A.
Ekstraksi
Metode ekstraksi
adalah pemisahan satu atau beberapa bahan yang berasal dari suatu padatan atau
cairan dengan menggunakan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar
kelarutan yang berbeda dari komponen-komponen yang dipisahkan terhadap dua
pelarut yang tidak saling bercampur. Berdasarkan bentuknya
ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : (1) Ekstraksi padat-cair,
yaitu substansi yang di ekstraksi terdapat dalam campuran yang berbentuk
padat.(2) Ektraksi cair-cair, yaitu subtansi yang di ekstraksi yang terdapat
dalam campuran berbentuk cairan.
Ada pun cara ekstraksi
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Ekstraksi tradisional atau sederhana
dapat dilakukan dengan cara perebusan. Cara perebusan merupakan yang paling
mudah dengan alat-alat yang sederhana pula. Adapun prinsip pengolahannya yaitu,
bahan yang akan di ekstra, di rebus dalam pelarut air dengan perbandingan
tertentu, bahan di rebus sampai terjadi larutan ekstrak, lalu diangkat dan di
dinginkan lalu di saring, larutan ekstrak siap digunakan. Ekstraksi cara
maserasi merupakan proses perendaman sampel padat dalam suatu pelarut pada
temperatur kamar. Metode ini sering disertai dengan tindakan mekanik seperti
pengocokan. Maserasi tersebut lazim digunakan untuk sampel berupa padatan.
Sampel harus terendam dalam pelarut.
Refluks ialah
perendaman sampel padat dalam suatu pelarut pada temperatur titik didih
pelarut. Soxhlet, Ekstraksi padat-cair banyak digunakan dalam dunia usaha untuk
mengisolasi substansi berkhasiat di alam, di mana ekstraksi padat-cair dalam
laboratorium akan lebih muda dengan mengunakan alat ekstraksi yang dikenal
dengan ekstraktor soxhlet. Langkah-langkah ekstraksi padat-cair, yaitu
pencampuran pelarut dan badan-bahan yang diekstrask, lalu dipisahkan dengan
beberapa fase.
Proses ekstraksi
padatan umumnya diterapkan untuk memindahkan atau memisahkan produk alam dari
dahan keringnya yang asli, dari tanaman, jamur, dan lain sebagainya. Ekstraksi
dapat dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, dengan
pelarut yang cocok misalnya : air, asam organik dan anorganik, hidrokarbon
jenuh, toluena, karbon disulfida, eter, aseton, hidrokarbon yang mengandung
klor dan isopropanol dan oktanol.(lienda Handojo,1995:178). Dan bisa juga
berawal mulai dari petroleum ringan (titik didih 40˚C) untuk memisahkan
komponen polar dari suatu campuran kemudian melangkah kepelarut yang lebih
polar dan seperti asam amino, karbohidrat dan lain sebagainya.
B.
Kemiri
Kemiri (Aleurites moluccana), adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan
rempah-rempah. Minyak kemiri terutama mengandung asam oleostearat.
Minyak yang lekas mengering ini biasa digunakan
untuk mengawetkan kayu, sebagai pernis atau cat,
melapis kertas agar anti-air, bahan sabun, bahan campuran isolasi, penggantikaret,
dan lain-lain. Minyak kemiri ini berkualitas lebih rendah daripada tung oil,
minyak serupa yang dihasilkan oleh Vernicia fordii (sin. Aleurites fordii) dari Cina.
Kadar
lemak yang terdapat di dalam kemiri dapat ditentukan dengan metode ekstraksi
padat-cair. Pada metode ini, sampel berbentuk padatan akan diekstraksi
menggunakan pelarut cair berupa kloroform dengan metode soxhletasi dan
destilasi sederhana. Pada ekstraksi soxhlet terjadi penyarian simplisia secara
berkesinambungan dengan menggunakan pelarut yang dipanaskan sehingga terjadi
penguapan dan pelarut yang terkondensasi akan menyaring simplisia yang terdapat
di dalam selonsong. Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka
dilakukanlah percobaan untuk melakukan ekstraksi secara cair-cair dan
padat-cair.
C.
Komposisi Kimia Biji Dan Minyak Kemiri
1.
Biji Kemiri
Setiap 100 gram daging
biji kemiri mengandung 636 kalori. 19 gram protein, 63 gram lemak, 8 gram
karbohidrat, 80 mg gram kalsium. 200 mg fosfor, 2 mgram besi, 0,06 mgram
vitamin B, 7 gram air.
2. Minyak Kemiri
Bagian buah (biji)
mengandung minyak sebesar 55-65 persen, dan kadar minyak dalam tempurung
sebesar 60 persen.
3. Komposisi Kimia Minyak Kemiri
Asam Lemak
|
Jumlah (%)
|
Asam lemak jenuh
|
-
|
Asam palmintat
|
55
|
Asam stearat
|
6,7
|
Asam lemak tak jenuh
|
-
|
Asam oleat
|
10,5
|
Asam linoleat
|
48,5
|
Asam linolenat
|
28,5
|
-
D.
Aplikasi Minyak Kemiri
Daging buah kemiri
digunakan sebagai bumbu dalam jumlah yang relatif kecil. Minyak kemiri tidak
dapat dicerna karena bersifat laksatif dan biasanya digunakan sebagai bahan
dasar cat atau pernis, tinta cetak dan pembuatan sabun atau sebagai pengawet
kayu. Minyak kemiri dapat digunakan sebagai minyak rambut dan sebagai bahan
pembatik, dan juga untuk penerangan. Minyak kemiri mempunyai sifat-sifat
khusus, dimana minyak ini mudah mengering bila dibiarkan di udara terbuka. Oleh
karena itu minyak kemiri dapat digunakan sebagai minyak pengering dalam
industri minyak dan varnish.
E.
Ekstraksi Padat-Cair
Dalam proses ekstraksi padat-cair diperlukan kontak yang
sangat lama antara pelarut dan padatan. Proses ini
paling banyak ditemui di dalam usaha untuk mengisolasi suatu substansi yang
terkandung di dalam suatu bahan alam, sehingga yang berperan penting dalam
menentukan sempurnanya proses ekstraksi ini adalah sifat-sifat bahan alam
tersebut dan juga bahan yang akan diekstraksi. Maserasi adalah
suatu contoh metode
ekstraksi padat-cair bertahap yang dilakukan dengan
jalan membiarkan padatan terendam dalam suatu pelarut. Proses perendaman dalam
usaha mengekstraksi suatu substansi dari bahan alam ini bisa dilakukan tanpa
pemanasan (pada temperatur kamar), dengan pemanasan atau bahkan pada suhu
pendidihan. Sesudah disaring, residu dapat diekstraksi kembali menggunakan
pelarut yang baru. Pelarut yang baru dalam hal ini bukan mesti berarti berbeda
zat dengan pelarut yang terdahulu tetapi bisa pelarut dari zat yang sama.
Proses ini bisa diulang beberapa kali menurut kebutuhan. Jika maserasi dilakukan dengan pelarut air, maka diperlukan
proses ekstraksi lebih lanjut, yaitu ekstraksi fasa air yang diperoleh dengan
pelarut organik. Jika maserasi langsung dilakukan dengan pelarut organik maka
filtrat hasil ekstraksi dikumpulkan menjadi satu, kemudian dievaporasi atau
didestilasi. Selanjutnya dapat dilakukan proses pemisahan dengan kromatografi
atau rekristalisasi langsung. Salah satu
keuntungan metode maserasi adalah cepat, terutama jika maserasi dilakukan pada
suhu didih pelarut. Meskipun demikian, metode ini tidak selalu efektif dan
efisien. Waktu rendam bahan dalam pelarut bervariasi antara 15-30 menit tetapi
kadang-kadang bisa sampai 24 jam. Jumlah pelarut yang diperlukan juga cukup
besar, berkisar antara 10-20 kali jumlah sampel.
Metode ekstraksi padat-cair yang berkesinambungan memerlukan waktu yang lebih lama dalam
pelaksanaannya dibandingkan dengan metode ekstraksi bertahap, tetapi metode ini
memiliki kelebihan bahwa hasil ekstraksinya biasanya lebih sempurna. Contoh metode ekstraksi
berkesinambungan adalah perkolasi
atau liksiviasi, soxhletasi dan destilasi uap air. Perkolasi adalah suatu metode yang dilakukan dengan jalan
melewatkan pelarut secara perlahan-lahan sehingga pelarut tersebut bisa
menembus sampel bahan yang biasanya ditampung dalam suatu bahan kertas yang
agak tebal dan berpori dan berbentuk seperti kantong atau sampel ditampung
dalam kantong yang terbuat dari kertas saring.
Di atas kolom diletakkan sebuah pendingin. Dengan cara ini
perkolasi menjadi lebih sempurna karena proses ekstraksi dilakukan dengan
pemanasan/pendidihan. Sejumlah pelarut (5-10 kali jumlah sampel) dimasukkan ke
dalam labu alas bulat dan dipanaskan sampai mendidih. Pendingin akan
mengkondensasi uap pelarut yang selanjutnya akan jatuh dan melewati sampel.
Saat pelarut kontak dengan sampel inilah proses ekstraksi senyawa dalam sampel
terjadi. Pelarut yang telah mengadakan kontak dengan sampel dan telah
mengekstrak sampel akan jatuh kembali ke dalam labu alas bulat. Demikian proses
berlangsung berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai.
Kemudian disadari bahwa alat tersebut tidak bisa memberikan
hasil ekstraksi yang memuaskan karena waktu kontak antara pelarut dengan sampel
tidak lama sehingga ekstraksi tidak berlangsung efektif dan efisien. Kemudian
diciptakan alat Soxhlet Kelebihan dari kedua alat
tersebut adalah karena pelarut yang terkondensasi akan terakumulasi dalam wadah
di mana sampel berada sehingga waktu kontak antara pelarut dan sampel
berlangsung lama. Ketika tinggi pelarut dalam penampungan telah mencapai batas
tertentu, maka pelarut akan meninggalkan penampungan dan masuk kembali ke dalam
labu alas bulat sambil membawa zat-zat yang telah terekstrak dari sampel.
Tetapi apapun alat yang digunakan, lamanya ekstraksi sangat bervariasi
bergantung pada lama tidaknya zat-zat dapat terekstrak dari sampel dan terlarut
dalam pelarut.
Destilasi Uap Air adalah salah satu metode yang juga
termasuk dalam metode ekstraksi padat-cair yang berkesinambungan. Metode ini
digunakan untuk mengekstraksi senyawa-senyawa bahan alam yang mudah menguap sehingga
dapat terekstrak oleh uap air. Selanjutnya hasil destilasi yang berupa cairan,
campuran antara air dan senyawa-senyawa yang mudah menguap, tersebut akan
mengalami perlakuan lebih lanjut yaitu ekstraksi cair-cair menggunakan corong
pisah.
F.
Proses Ekstraksi
Minyak Kemiri Secara Tradisional
Cara
ekstraksi minyak yang biasa dilakukan adalah dengan menjemur bijinya kemudian
dipecah secara tradisional dengan menggunakan tangan atau menggunakan alat
pemecah biji. Daging dikeluarkan dengan alat yang runcing. Lalu dilakukan
pengepresan, dengan pengepresan dingin (cold press) dihasilkan minyak berwarna
kuning, sedangkan pengepresan panas akan menghasilkan minyak yang berwarna
kuning sampai coklat. Kemiri yang akan diekstrak harus digerus terlebih dahulu
hingga halus, karena untuk mempermudah proses pengekstrakkan. Minyak nabati
yang ada dalam buah kemiri terekstrak oleh pelarut yang digunakan, hal ini
berhubungan dengan ukuran partikel yang semakin kecil sehingga memperluas
bidang sentuh supaya lebih mudah terekstrak. Pelarut yang biasa digunakan dalam
proses ekstraksi ini adalah eter. Eter digunakan sebagai pelarut karena memiliki tingkat
kepolaran yang relatif sama dengan minyak yang akan diekstrak yaitu sama-sama
merupakan senyawa nonpolar.
G.
Proses Ekstraksi Minyak Kemiri Menggunakan
Soxhlet
Estraksi minyak
kemiri dengan soxhletasi merupakan ekstraksi padat-cair yang proses
pelaksanaannya dilakukan secara berulang-ulang atau ekstraksi yang
berkesinambungan (Continous Extraction). Dalam ekstraksi pelarut yang sama
dipakai berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai. Proses ekstraksi dilakukan
dengan terlebih dahulu merangkai seperangkat alat ekstraksi
padat – cair atau soxhlet. Soxhletasi
merupakan penyarian sampel secara berkesinambungan, pelarut dipanaskan hingga
menguap, uap cairan pelarut terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh
pendingin (kondensor) lalu turun mengekstrak sampel dalam ruang soxhlet dan
selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon.
Dalam proses ekstraksi, pemilihan pelarut yang akan digunakan sangatlah
penting. Hal ini juga dapat mempengaruhi hasil yang akan didapatkan dari proses
ekstraksi yang dilakukan. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa minyak merupakan
senyawa yang bersifat non polar sehingga dalam memilih pelarut sebaiknya menggunakan
pelarut yang bersifat non polar pula. Pelarut yang digunakan dapat berupa n-heksan sebagai
pelarut yang dapat mearutkan minyak dalam kemiri karena sama-sama bersifat
nonpolar. Pelarut yang digunakan (n-heksan) dimasukkan dalam labu alas bulat yang dipanaskan kemudian
pelarut berubah menjadi fase uap dan dengan menggunakan kondensor, pelarut yang dalam fase
uap tadi berubah menjadi fase cair dan akan jatuh menetesi sampel. Pada proses ini
terjadi proses ekstraksi oleh pelarut dimana pelarut akan mengekstrak minyak
yang ada pada sampel. Pelarut yang mengikat minyak lama kelamaan akan memenuhi
sifon dan jika sifon telah terisi oleh pelarut sampai penuh maka pelarut akan
jatuh kembali pada labu alas bulat bersama ekstrak sampel. Proses ini dinamakan
satu kali ekstraksi, dan demikian proses ekstraksi oleh pelarut ini terjadi
secara berulang-ulang. Semakin banyak frekuensi ekstraksi yang dilakukan maka
semakin banyak pula minyak yang akan terekstrak dari sampel kemiri.
Proses sirkulasi ekstraksi dapat
dilakuakn secara berulang-ulang, misalnya sebanyak dua atau dua belas kali
ekstraksi. Setelah ekstraksi telah selesai dilakukan, dilanjutkan dengan proses
penguapan dimana proses ini dimaksudkan untuk memisahkan minyak yang diperoleh
dari pelarut. Proses ini dapat disenut proses destilasi. Proses penguapan ini dilakukan dengan memanaskan pelarut
yang telah bercampur dengan minyak sehingga pelarut yang mempunyai titik didih
lebih rendah ini akan menguap sehingga pelarut akan terpisah dari minyak. Untuk
proses penguapan pelarut, alat soxhlet digunakan untuk menguapkan pelarut dari
ekstrak. Setelah dilakukan proses penguapan, dapat langsung menghitung berapa
banyak minyak yang didapatkan dari proses ekstraksi ini. Diketahui pada suatu
percobaan, dari hasil penimbangan ekstrak minyak kemiri yang diperoleh sebanyak
8,97 gram dan efisiensi kadar minyak kemiri yang diperoleh dari 50 gram sampel
(kemiri) sebanyak 17,94 % (Raharjo, 2010).
Cara kerja :
- Sebanyak 50 g kemiri yang sudah dipotong-potong dibungkus dengan
kertas saring dan diikat dengan benang.
- Siapkan dan rangkaikan seperangkat alat soxhlet.
- Masukkan n-heksan sebanyak dua kali sirkulasi (60% isi labu) dan batu
didih ke dalam labu soxhlet.
- Masukkan kemiri yang telah dibungkus kertas saring ke dalam alat soxhlet.
- Lakukan ekstraksi berkesinambungan ini selama dua jam.
- Ekstrak yang diperoleh diuapkan dengan rotary vacuum evaporator untuk
menghilangkan pelarut.
- Timbang minyak yang diperoleh dan masukkan ke dalam botol yang telah
disiapkan.

Dapus : (dapusnya masih acak acakan, tlong
dibenerin ya)
Rosman, R., Djauhariya, E., 2010. Status Teknologi Budidaya Kemiri, 10 :12.
Sudjadi, Drs. 1986. Metode Pemisahan. UGM Press :
Yogyakarta
Pratiwi, Diah I. 2014. Laporan Praktikum Soxhletasi minyak.
http://diahindahpratiwi.blogspot.com/. Diakses pada 10 Juni
2014 pukul 20.38 WIB.
Fessenden,Ralf J,1999. Kimia organik. PT Erlangga
: Jakarta
Sarker Satyajit, Nahar Lutfuh. 2009. Kimia Untuk Mahasiswa
Farmasi. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Alimin, Muh. Yunus, Irfan Idris. Kimia
Analitik. Makassar. Alauddin Press: 2007
Day, R.A dan Underwood, Al. Analisis
Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. 1986
Rahma, Rizka Aulia. 2012. Ekstraksi Soxhlet.
https://rizkaauliarahma.wordpress.com.
Diakses pada10 Juni 2015 pukul 20.41 WIB.
Raharjo, R.Alip. 2010.
Laporan Ekstraksi Soxhlet. Pendidikan Kimia, Universitas Haluole. .....
Karimah, mawadatul.
2012. Ekstraksi padat cair minyak kemiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar